"Kemarin keluar sama Mario?" tanya Rei di siang bolong, sebelum Bora berangkat kuliah karena masih merapikan rambut barunya di depan cermin.
"Hm, nape lo? Cemburu?" tanya Bora nyolot.
Rei menghela napasnya. Ia melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di belakang tubuh Bora yang sedang berdiri. Ia bisa melihat jelas wajah Bora yang lebih kalem dibanding biasanya karena warna rambut Bora yang lebih gelap dibanding sebelumnya.
Yah, gadis kesukaannya itu makin enak dipandang. Membuatnya semakin khawatir saja, khawatir jika ada laki-laki yang menggoda.
"Iya gue cemburu," jawab Rei, sambil membisik ditelinganya.
Bora merinding disko. Ia langsung membalikkan tubuhnya, melayangkan pandangan kesalnya pada lelaki itu. "Lo green flag banget sih, segitu cintanya apa lo sama gue?"
Rei mengangguk mantap.
"Kenapa lo bisa jatuh cinta sama gue? Padahal lo sering ngatain gue cewek gila dan merepotkan!"
"Ya karena itu," jawab Rei cepat, tangannnya meraih ujung rambut Bora lalu membelainya dengan lembut. "Baru kali ini ada cewek gila, nggak jaim, dan ngerepotin gue tiap hari. Lo bikin gue kepikiran, bikin gue khawatir, bikin gue pengen lindungin lo."
Alasan jatuh cintanya Rei padanya membuatnya menelan air ludah. Entah mengapa, jantungnya jadi berdetak kencang.
"Jadi gue nggak peduli, mau lo terima cinta gue atau nolak gue. Gue bakal bersikap apa adanya, karena jagain lo itu salah satu tanggung jawab gue."
Bora hening, tetapi matanya masih menatap pada Rei yang menatapnya dengan penuh cinta.
"Ngapain aja kemarin sama Mario?" tanyanya lagi.
"Mesra-mesaraan di mobil," jawab Bora asal.
"LO GILA!" protes Rei kemudian, tatapan cintanya berubah jadi tatapan malaikat maut. "Jangan macam-macam lo sama sahabat gue!"
"Ih, orang bercanda juga! Pemarah banget!" balas Bora, ia sedikit terkejut akan hentakan dari Rei barusan.
Rei mencoba mengontrol amarahnya. "Ya udah sana siap-siap, gue anter jemput lo hari ini kuliah."
"Astaga ngapain? Gue bisa naik becak."
"Kasihan tukang becaknya bawa lo, berat."
"Enak aja, gue kurus slim body goals kaya manekin gini lo bilang berat!" Bora melotot pada lelaki itu. "Lo niatnya buat gue jatuh cinta, tapi tiap hari bikin gue emosi aja. Gimana bisa coba gue jatuh cinta sama lo kalau kaya gini?"
"Gue emang beda, bukan cowok sembarangan," jawab Rei dengan percaya dirinya.
"Tch, pede banget jadi manusia." Bora tak habis pikir, hari demi hari Rei ternyata lebih gila dibandingkan dia. "Ya udah yuk, berangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leebora, My Crazy Housemate
Romance"REIHART! GUE KAN TITIP PEMBALUT KENAPA MALAH DIBELIIN POPOK ORANG DEWASA?" "Jangan deket-deket, gue kan jadi pengen cium! Lo ganteng banget sumpah." "Wah habis mandi, pasti baunya wangi banget jadi pengen cium." "Rei, boleh nggak gue pegang otot pe...