"Tenang, duit gue di rekening banyak, gue bisa nginap di hotel malam ini," ujar Bora dengan santainya sambil berjalan di lingkungan perumahan rumah Shankara hingga membawanya ke jalan raya yang mana banyak kendaraan lalu lalang. Ia sudah hafal dengan area demi area di kota Malang, jalan blusukkan saja dia tahu akan membawanya ke arah mana.
Meski belum mandi karena tergesa-gesa pergi dari rumahnya Rei saking kesalnya dengan ucapan Rei, gadis itu santai saja. Ia rasa wajahnya yang cukup di semprot face mist sudah mampu mengalihkan pandangan para manusia, khususnya para lelaki hidung belang.
Faktanya itu memang benar, setiap ia melangkah ada saja yang oleng akan parasnya yang rupawan.
Langkahnya pun berhenti di depan sebuah bangunan fakultas tempatnya menimba ilmu, ia yakin sekali sebentar lagi jam kelas pacarnya bernama Egi akan berakhir dan ini adalah waktu yang pas untuk kembali menjadikan Egi kekasihnya usai pertengkaran kemarin.
Saat Bora menunggu Egi di dudukan area fakultas, beberapa teman mengajaknya berincang, namun tidak lama hingga akhirnya ia kembali ke kesendiriannya. Yang Bora lalukan hanya bersandar, makan cemilan yang dia beli di kantin kampus, dan memainkan ponsel sampai waktu menunjukkan pukul setengah dua belas siang di hari Jumat.
Benar sesuai prediksi, Egi keluar dari pintu bangunan fakultas. Gadis itu langsung mencegat langkah Egi.
"Bora," ujar Egi, tampak terkejut.
Bora tersenyum manis pada lelaki itu meski hatinya marah dan kesal akan kelakuan bejat Egi yang sudah menduakannya.
"Ke mana aja dari kemarin aku hubungi nggak ada respon?" tanya Egi. "Maaf ya sayang, maaf banget karena kejadian kemarin."
Egi memegang pundak Bora. Ia rasanya hendak memeluk gadis itu, namun ia sadar ini di area kampus, yang ada malah ia viral di dunia maya kalau pelukan di kampus. Jujur dari lubuk hati Egi, sebenarnya lelaki yang sudah berpacaran dengan Bora kurang lebih setengah tahun itu juga tidak mau putus dengan Bora.
Bagi Egi, mendapatkan pacar seperti Bora itu seperti jackpot. Banyak teman-temannya yang mendekati Bora, tetapi Bora tolak mentah-mentah. Egi pun bisa berpacaran dengan Bora setelah serangkaian kegiatan bersama karena mereka berada di kelompok yang sama di salah satu mata kuliah semester lalu hingga terjadilah cinta lokasi. Ya, mereka memang satu fakultas, walau begitu mereka jarang satu kelas.
"Jujur, kemarin sama Adel kenapa bisa kamu jadi sopirnya dia?" tanya Bora, mencekam. "Kamu beneran selingkuh?"
"Enggak sayang, Adel cuman bareng aja karena ketemu aku di depan gerbang kampus. Kasihan dia jalan kaki pake heels tinggi, jadi aku ajak bareng," jelas Egi.
Bora sebenarnya tidak percaya, tetapi ia pura-pura percaya. Ia juga tidak mau putus dengan Egi, apalagi dibalik rasa sakit hatinya karena diselingkuhi Egi kemarin dia masih sayang dengan Egi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leebora, My Crazy Housemate
Romance"REIHART! GUE KAN TITIP PEMBALUT KENAPA MALAH DIBELIIN POPOK ORANG DEWASA?" "Jangan deket-deket, gue kan jadi pengen cium! Lo ganteng banget sumpah." "Wah habis mandi, pasti baunya wangi banget jadi pengen cium." "Rei, boleh nggak gue pegang otot pe...