Setiap detiknya planet bumi memang berputar, setiap detiknya juga manusia memiliki kegiatan mereka masing-masing. Begitu juga dengan perasaan, yang awalnya sayang, cinta, atau pun kurang perhatian, bisa berubah seiring berjalannya waktu. Berubahnya pun bervariasi, ada yang hilang rasa dan ada yang semakin cinta.
Semua memang tergantung dari pribadi satu sama lain dalam menjalin hubungan. Begitu juga dengan Reihart dan Leebora. Satu tahun lebih berlalu hingga kini Reihart berdiri di depan panggung karena menjadi wisudawan terbaik di angkatannya, laki-laki itu masihlah menjadi laki-laki yang sempurna bagi Bora.
Dia tampan, berprestasi, perhatian, tidak pelit, jago berantem. Ya, perfect sekali seperti tokoh-tokoh fiksi pada umumnya. Meski Bora sering membuat ulah karena sikap Bora yang bar-bar, Reihart selalu mengarahkan dan menuntunnya untuk menjadi lebih baik lagi.
Begitu juga dengan Leebora, gadis itu mengarahkan dan membantu Rei untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dan tidak mudah tersulut emosi. Hanya saja, Rei tetap saja cemburuan. Untungnya batas cemburu Rei tidak separah dulu yang sampai main adu otot.
"Congratulations." Gadis itu tampak cantik, menggunakan dress sopan selutut berwarna pink mix putih, rambutnya di hairstyle terurai bergelombang, make up-nya tipis, dan dia tersenyum lebar sambil memberikan setangkai bunga dengan ukuran lumayan banyak.
Lelaki itu tertawa kecil. "Hahaha, ini bunga metik di mana?""Di belakang halaman rumah, hehe," jawabnya, ingin sekali nyosor karena Rei begitu tampan tapi nggak bisa karena ada orang tua Rei dan Mamanya disekelilingnya.
"Selamat ya sayang, Mama bangga sama kamu," ucap Raisha pada anak tunggalnya itu.
Begitu pula dengan Oom Radit, beliau memberikan pelukan dan tepukan di punggung Rei saat anaknya itu telah keluar dari gedung kampus dan kini tinggal foto-foto saja lalu acara keluarga.
"Selamat Rei, Tante ikut senang banget," kata Eva Ceria yang menggunakan pakaian warna senada dengan Bora. "Keren kamu, kamu cumlaude!"
Reihart tersenyum sambil mengangguk. "Thanks, Tante."
"Ya sudah sana kamu foto-foto dulu sama teman-teman kamu, Mama tunggu mobil. Jangan lama-lama, ya?"
Reihart mengangguk pada Mamanya itu.
Bora memperhatikan langkah demi langkah keluarga Rei dan Mamanya yang semakin menjauh, hingga akhirnya ia menjinjit sedikit untuk membisik kepada Rei. "Berarti habis ini gue dicium?" bisiknya.
Rei mengembangkan senyum lebarnya, ia pun menjitak jidat gadis itu. "Lulus dulu, baru gue cium."
Wajah Bora pun kesal seketika. "Rei, gue udah nunggu lo cium gue setahun setengah. Tega lo nganggurin bibir gue yang seksi ini, nggak pernah lo sentuh sama sekali!"
"Anggap aja itu motivasi biar lo cepat selesain skripsi lo, oke?" goda Rei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leebora, My Crazy Housemate
Romantizm"REIHART! GUE KAN TITIP PEMBALUT KENAPA MALAH DIBELIIN POPOK ORANG DEWASA?" "Jangan deket-deket, gue kan jadi pengen cium! Lo ganteng banget sumpah." "Wah habis mandi, pasti baunya wangi banget jadi pengen cium." "Rei, boleh nggak gue pegang otot pe...