Atas ucapan terima kasihku kepada semua pembaca dan pemberi vote yang baik, part ini adalah hadiah untuk kalian atas 1k vote untuk The Journey. Love yaa
***
A few years ago..
Menjadi orang tua adalah hal yang sangat sulit sekaligus menyenangkan. Itulah perasaan yang dirasakan oleh Koci dan Atha melihat tumbuh kembang kedua putra mereka yang berbeda umur 4 tahun satu sama lain. Melihat mereka tumbuh dengan baik dan sehat juga aktif. Kebahagiaan selalu membuncah saat kedua putranya menunjukkan keahlian masing-masing.
Menjadi orang tua dari dua orang putra tidaklah mudah, mereka selalu merasa lelah akibat anak-anak mereka yang sangat aktif namun mereka tak pernah mengeluh, mereka hanya selalu mensyukurinya karena mereka tau masih banyak orang diluar sana yang menginginkan kehadiran seorang anak dalam kehidupan mereka.
"Bun, anak-anak udah tidur?" tanya Atha saat membuka connecting door antara kamar mereka dan kamar anak-anak
Koci menoleh dan menggeleng, "Masih pada mau main katanya"
Atha melihat kedua putranya yang sedang berusaha mengeluarkan mainan mereka dari tempatnya dan kemudian menghampiri mereka.
"Hayo, sudah malam kenapa kalian belum tidur?"
Keduanya kaget dan berjingkat mundur namun saat mengetahui bahwa yang berbicara adalah ayah mereka, mereka segera terkekeh dan berlomba memeluk sang ayah.
"Yah, main!" ajak Babal yang masih berusia 3 tahun
"Iya yah, main helikopter yang baru!" seru Baim juga
Atha mengernyit, "Kalian masih mau main?" tanyanya pelan. Mereka mengangguk dengan semangat. "Ayah mau tanya, sekarang jam berapa?"
Keduanya segera menoleh ke arah belakang sang ayah dimana terletak jam dinding bergambar animasi cars kesukaan mereka. "Jam 9!" jawab mereka bersama
"Nah, sudah malam kan?" Keduanya kembali mengangguk. "Kalau sudah malam, waktunya tidur"
"Tapi yah, Baim masih mau main helikopter" jawabnya memelas
Atha menatap kedua putranya dengan seulas senyum, "Besok kita main lagi ya. Kalau kalian gak tidur sekarang, besok gabisa olahraga dan main. Lagian kalau kalian gak tidur, susu yang kalian minum gabisa dicerna perut dan bisa sakit perut. Kalian mau sakit perut?" Keduanya kompak menggeleng. "Yaudah, ayo tidur!" ajaknya
Yang menggandeng tangan Atha hanyalah Babal, sedangkan Baim masih memasang wajah memelasnya.
"Baim kalau gak nurut, bunda sedih loh. Liat tuh, bunda sendirian"
Baim menoleh ke arah dimana sang bunda duduk sendiri diatas ranjangnya. Ia tak suka melihat bundanya bersedih, ia pun segera berlari dan memeluk erat sang bunda.
"Bunda, jangan sedih ya. Maafin Baim ya nakal gamau tidur. Sekarang ayo kita tidur. Baim mau bobo sama bunda"
Koci tersenyum melihat perhatian dan kemanjaan sang anak. "Sudah gede masih manja nih anak bunda? Kalau Baim tidur sama Bunda, ayah dan Babal tidur sama siapa?"
"Babal juga mau bobo sama bunda"
"Kita tidur dikamar bunda aja yuk, tidur bareng-bareng ya"
"Iyaa!"
Koci tersenyum dan memandang Atha yang sudah berdiri disebelahnya. Mereka berjalan ke kamar sebelah dan melihat Babal yang sudah berjalan sempoyongan sambil menguap, Atha segera meraihnya dalam gendongan. Dalam sekejap, Babal sudah beradu di alam mimpi miliknya.
Baim naik ke tengah kasur dan segera memeluk sang bunda.
"Bismillah" ucapnya pelan dan segera terpejam
Atha sudah meletakkan Babal dengan nyaman disamping sang kakak lalu menatap kedua putranya dengan senyum lebar.
"Kegayaan ya mereka, Koc. Mau main padahal baru sebentar udah tidur"
"Wajar, mereka lagi dalam masa aktif dan mereka pasti capek"
Atha segera memeluk putra-putranya serta sang istri, "Nah sekarang kita yang tidur. Aku gamau kamu sakit karena mengawasi keaktifan mereka hingga restless"
"Sleep tight, Tha♥"
"Sleep well, Koc♥"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey ✔️
RomanceSEQUEL OF THE MATCHMAKING -- This story is private. Please click follow button before you add this story to you library. Happy reading:) -- Menjadi seorang istri di umur yang masih belia tak pernah di bayangkan oleh perempuan mana pun. Namun...