Atha sudah membiarkan Mike pulang sedang ia sendiri tertidur di kursi santai di dekat kolam renang. Begitu terbangun, hari sudah gelap dan ia merasa badannya tak enak. Tiba-tiba suara sendawa terdengar dari bibirnya. Sepertinya ia masuk angin.
Ia melangkah masuk ke rumah dengan sebelah tangan mengusap lehernya dan sesekali bersendawa.
"Ono opo toh, den Atha? Masuk angin?"
Atha menoleh dan tersenyum pada mbok Sum, "Kayaknya iya nih, mbok"
"Sudah, sana balik ke kamar. Biar si mbok kerokin mau?"
Atha mengangguk, "Makasih, mbok"
Atha pun segera naik, kembali ke kamarnya dan tak menemukan sosok Koci disana. Ia mencari disekitar kamar dan tetap tak menemukan Koci hingga ia berkesimpulan bahwa Koci belum kembali ke kamar. Kemana dia? Mungkin ia sedang bersama Aini. Mereka terlihat sering bersama belakangan ini.
Atha mencuci muka dan berbaring telungkup di atas kasurnya. Suara pintu diketuk dan ia mempersilahkan mbok Sum untuk masuk dan mengerokinya. Setelahnya, Atha tertidur.
***
Atha terbangun karena seseorang membangunkannya. Ia menggeliat sebentar lalu membuka mata dan menemukan Koci sedang membuka tirai jendela. Atha tersenyum melihatnya. Istrinya tampak cantik.
Ia berdiri dan beranjak mendekati sang istri lalu memeluknya dari belakang. Dapat Atha rasakan bahwa tubuh Koci menegang dalam pelukannya yang membuat Atha sedikit bingung. Koci melepas pelukan mereka dan berbalik, menatapnya.
"Mandi gih. Kamu harus ke kantor. Saat sarapan, aku mau bicara"
Atha memiringkan kepalanya, "Bicara apa? Bilang saja sekarang"
Koci menggeleng, "Nanti" kemudian ia menepuk pipi Atha gemas. "Sana mandi!"
Atha tersenyum dan mengangguk. Sebelum ia beranjak mandi, terlebih dulu ia mengecup cepat pipi Koci yang seketika beku dan pipinya merah. Ada apa? Ada yang aneh pada Koci hari ini, batin Atha. Atha pun beranjak mandi.
Saat sarapan, Atha merasa semakin aneh karena Koci tak memakan sarapannya melainkan hanya mendorong-dorong sendoknya diatas makanan dengan tatapan kosong. Seperti ada beban pikiran yang mengangganggunya. Ada apa? Atha jadi khawatir.
"Koc.." panggil Atha pelan yang menyentakkannya
"Ya?" jawabnya sambil mengerjap
"Kamu kenapa sih?" Koci mengangkat alisnya seolah bertanya 'apa' padanya. "Kamu aneh pagi ini"
"Kamu sudah selesai makan?" tanyanya dan melihat piring Atha yang sudah kosong
"Ya. Kamu mau bicara?" Koci mengangguk. "Silahkan"
Koci meneguk ludah susah payah dan tak mampu menatap suaminya. Ia hanya menatap piringnya yang masih tersisa makanannya yang tak membuatnya selera sama sekali. Ia menarik nafas dan memberanikan diri untuk mengatakan keputusannya semalam.
"We better off separated"
"What did you meant?"
Koci menengadah dan menatap Atha dengan wajah yakin. "A divorce"
Atha menatapnya kaget dan tajam, "Apa-apaan kamu, Koci! Gak akan ada perpisahan apa pun apalagi perceraian. Ada apa sama kamu sampai kamu berpikir seperti itu?!" bentak Atha karena emosi
Koci tersentak karena gebrakan meja oleh Atha yang tampak sangat tak setuju atas keputusannya. Tapi ini keputusannya, ia sudah memilih untuk mengalah demi hubungan persahabatan Atha dan kebaikannya. Sesungguhnya ia tak pernah mau menjadi penghalang apalagi jadi pemicu pertengkaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey ✔️
RomansaSEQUEL OF THE MATCHMAKING -- This story is private. Please click follow button before you add this story to you library. Happy reading:) -- Menjadi seorang istri di umur yang masih belia tak pernah di bayangkan oleh perempuan mana pun. Namun...