Homey. Rasanya tiga hari berada dirumah sakit tidaklah menyenangkan. Apalagi ditambah kejadian tak enak beberapa hari lalu, membuat gue tak ingin berlama-lama menjadi lemah.
Gue kembali ke rumah dijemput Atha dan kedua sahabatnya. Sungguh tak enak karena mereka jadi harus membantu membawakan tas gue dan menjadi penonton atas sikap Atha yang sangat protektif pada gue. Huuh.. suami gue satu ini emang deh.
"Maaf ya, kak Mike dan kak Mika karena kalian malah jadi direpotin bukannya seneng-seneng"
Mike mengacak rambut gue dan tersenyum, "Gapapa kok, udah pernah menginjakkan kaki di New York saja gua udah seneng banget"
Gue tersenyum tulus padanya. "Siang ini aku pergi antar mereka jalan-jalan dulu ya, Koc" ijin Atha
Gue mengangguk, "Aku ikut" sahut gue yang langsung mendapat tatapan tajam dari Atha. "Pelit!" rajuk gue
Atha menghela nafas dan duduk dihadapan gue, "Kamu baru pulang dari rumah sakit, Koc. And it doesn't mean you're quite recover"
Gue mendelik dan menyandarkan tubuh di sofa, malas menatap Atha yang sedang memandang gue dengan tatapan meminta pengertian. Dia gak merasakan apa yang gue rasakan. Bosan, 3 hari hanya diam di kamar rawat dan sekarang masih harus diam di sini?
"Ajak saja Koci, Ga. Dia butuh refreshing juga kali. Itu proses penyembuhan juga, kok" usul Mika
Gue mendongak dan melihat sosok Mika yang tersenyum didekat Mike. Gue ikut membalas senyumannya. Dia sesungguhnya baik, hanya saja dia memiliki perasaan pada suami gue. Hal itulah yang membuat gue sedikit canggung dengannya.
"Lo tahu kan, Mik, sakitnya dia itu--"
"Dia bukan pengidap kanker stadium akhir kok, Ga. Ya, wajar sikap lo gitu sama istri, tapi menurut gue, lo terlalu protektif. Dia bukan orang penyakitan yang bakal mati kalau kena udara luar, kok. Lo bersikap seolah dia fragile"
Atha menatapnya lurus. Hebat. Mika dapat mendebat Atha hingga Atha terdiam. How could he does'nt like her? Cewek pemberani. Bukannya cowok suka perempuan yang membuatnya merasa tertantang?
"Mik.."
"Koci, siap-siap gih. Yuk, sekalian gue bantu"
Mika pun berjalan menghampiri gue dan tak mengacuhkan Atha yang duduk didepan gue. Gue beranjak dari sofa dan melihat Atha yang masih terdiam.
Gue masuk ke kamar mandi dan berganti pakaian lalu membasuh muka. Wajah gue sudah tak sepucat kemarin. Syukurlah. Harusnya Atha tak perlu terlalu cemas begini. Hal ini yang membuat gue enggan memberitahunya.
Gue keluar dan menemukan Mika yang sudah duduk manis di ujung tempat tidur.
"Gue mau ngomong. Boleh?" tanyanya pelan. Gue mengangguk pelan. "Jangan terlalu tegang gitu, duduk sini" ajaknya dan menepuk kasur di sebelahnya
Dengan mengambil nafas pelan, gue pun beranjak duduk disebelahnya.
"Lo merasa terintimidasi ya dengan keberadaan gue disini?"
Gue menatapnya bingung namun ia tak menoleh. "Maksud kak Mika?"
Dia tersenyum. "Faktanya, gue emang masih suka sama Aga dan lo juga tahu kalau gue dan Mike sayang sama dia" Sepertinya hal itu gaperlu dilisankan, gue pun tahu dengan sangat jelas. "Tapi bukan berarti gue berniat merebut Aga yang statusnya suami lo" Dia tertawa hambar, "Apa kata orang kalau gue ngambil suami orang yang jelas adalah sahabat gue sendiri?"
Gue diam, tak menanggapi ucapannya. It is better if I keep quiet and let her keep talking.
"Hanya saja, gue cuma minta pengertian lo" Kini dia menoleh dengan wajah sendu, "Biarin Atha bersikap seperti ini pada gue, jangan merubahnya. Ijinin gue masih manja sama dia dan dia tetap care sama gue. Gue masih sangat membutuhkannya, at least sampai gue menemukan seseorang yang bisa mengganti posisinya di hidup gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey ✔️
Storie d'amoreSEQUEL OF THE MATCHMAKING -- This story is private. Please click follow button before you add this story to you library. Happy reading:) -- Menjadi seorang istri di umur yang masih belia tak pernah di bayangkan oleh perempuan mana pun. Namun...