Lima

1.8K 74 17
                                    

Hanya kamu yang bisa

Bisa membuatku rela

Rela menangis karenamu

(Cinta tak mungkin berhenti - Tangga)

***

Sudah seminggu mbok Sum menginap disini dan gue tidur dengannya. Sudah seminggu pula gue mogok ngomong sama Atha. Durhaka banget ya gue jadi istri? Gue sadar akan hal tersebut, tapi gue sendiri pun bingung akan dibawa kemana hubungan kami ini. Gue gak melihat adanya cahaya diantara kami.

Setiap berangkat sekolah, gue berteriak pamitan dan hanya mengecup tangan Atha serta mbok Sum tanpa menoleh. Pulang pun sama. Atha pun seperti terlihat mengurangi kesibukannya diluar, dia lebih sering terlihat sibuk dirumah.

Sore ini, gue baru pulang sekolah dan membawa kotak es krim. Moodbooster. Gue membuka pintu dan sudah melihat Atha duduk di depan meja, mengerjakan tugas--sepertinya--dengan serius, tanpa menoleh. Haaah... siapa yang mulai duluan? Bisa dibilang ya gue.

Gue segera menghampirinya dan mengambil tangannya lalu mengecup punggung tangannya tanpa berkata apapun, kemudian segera kembali memeluk mbok Sum yang sedang duduk di salah satu sofa. Dari sudut mata dapat gue lihat kalau Atha menoleh pada kami sebentar lalu menghela nafas berat dan kembali pada buku-bukunya.

Gue cemberut. Kenapa Atha gak mencoba bicara sama gue? Baik-baikin gue?

Gue berdiri dan mengambil tiga gelas kecil dan sendok lalu meletakkan beberapa scoop es krim ke dalamnya. Setelahnya, gue taburi es krim itu dengan chocochip dan potongan strawberry juga susu putih kental manis. Looks delicious, right? It's absolutely yummy!

Gue bawa tiga gelas ini dengan nampan ke meja dimana Atha sedang belajar. Gue berikan gelas berisi es krim ke masing-masing tangan--tabgan mbok Sum dan tangan Atha. Mereka menerimanya dengan senyum dan ucapan terima kasih.

Gue merebahkan diri di sofa dan menikmati es krim. Gue lihat Atha masih sibuk dengan buku-bukunya dan mengabaikan es krimnya serta gerakannya terlihat kaku. Ia pasti letih. Apa gue harus memijatnya? Oh, c'mon Koci, lo istri sahnya dan selama ini ulah lo yang mulai musuh-musuhan gini, cobalah tebus.

Gue bergerak mendekati Atha dan menyadari bahwa tugasnya banyak sekali. Could I help him? Tangan gue terangkat dan hinggap di pundak Atha. Gue tahu Atha kaget, but I keep quiet. Tangan gue bergerak, memijat pundak Atha yang terasa kaku dan tegang. Ya ampun Koci..! Lo baru sadar kalau suami lo capek? Kemana saja seminggu ini? Tega. Durhaka.

"Jangan dipaksain banget, Tha. Kamu capek banget kan pasti"

Kalau saja gue melihat wajah Atha, pasti ada senyuman disana. Saat gue pijat, tubuhnya perlahan rileks dan ia menunduk, melepaskan pulpen dan buku dari tangannya. He's really tired. Gue pun tersenyum.

"Kalau perlu bantuan, bilang saja, Tha. Jangan maksain gini, capek banget, kan"

Dia menoleh dan gue melihat senyumnya yang membuat senyum gue semakin lebar. "Makasih, Koc. Dan aku juga minta maaf"

Gue mengernyit dan menggeleng, "The past is only the past, huh?"

Ia mengangguk. "Eheemm.." suara dehaman membuat kami menoleh dan bersemu malu. "Maaf si mbok mengganggu" katanya sambil tersenyum. "Ada skype masuk dari nyonya"

Kami menatapnya kaget dan segera bangkit, Atha meraih laptop yang di bawakan mbok Sum dan meletakkannya diatas meja.

"Makasih, mbok" ujar gue

Atha mengangkat video call dari mama dan muncul wajah mama dihadapan kami. Lemme explain. Gue masih duduk diatas sofa dan Atha duduk diatas karpet, tepat didepan gue. Pantas, kan kalau mama tersenyum begitu melihat kami. Yang untungnya, mama gatau kalau kami sempat bertengkar.

The Journey ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang