Eps. 3

586 453 112
                                    

Toxic warning ️⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Toxic warning ️⚠️

•••••••

Sesampainya di dalam kelas, ternyata anak-anak yang lain masih berkeliaran ke sana-kemari. Yap, kita sepertinya dibohongi oleh laki-laki yang bernama Reyhan itu. Namun, memang sudah waktunya untuk jam pelajaran kembali dimulai. Tetapi, guru sama sekali tak memperdulikan kita.

“Itu anak bohong, Rehan resek memang,” ucapku kesal.

Padahal saat di kantin Parkojon asyik mengobrol malah diganggu. Merepotkan sekali. Hal yang membuat Parkojon lebih malas yaitu jarak antara kelas dan kantin. Repot rasanya kembali ke kantin untuk kembali berkumpul. Kantin merupakan tempat yang cocok untuk Parkojon berkumpul tanpa gangguan anak-anak kebun binatang di kelas.

Evelyn tiba-tiba duduk begitu kasar. Kedua alisnya mengkerut kesal. “Iya, tuh. Nyebar hoax,” balas Evelyn kesal. Emosinya seperti sudah tersulut. Ia sudah sabar selama ini dengan peraturan serta kebijakan sekolah yang sudah diluar nalar.

Tiba-tiba Letta datang entah dari mana asalnya. Dirinya langsung duduk lalu tiba-tiba salah tingkah. Bocah mana lagi yang membuatnya seperti itu selain crush-nya. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan apa yang dilakukan oleh crush-nya. Sejatinya, memang Letta menempati kelas yang sama dengan laki-laki itu.

Letta langsung duduk, lalu teriak-teriak tak jelas. Bahkan, ia menggoyang-goyangkan tubuh Evelyn yang lemas. Sejujurnya, Evelyn lelah dengan sikap Letta, yang sudah ingin membuatnya membawanya ke RSJ, rumah sakit jiwa terdekat. Namun, karena sayang teman, ia tak akan memalukan Letta.

“A .... Dia ganteng banget coba!!” ucap Letta.

Akan tetapi, Parkojon tidak memperdulikannya, kita sudah lelah. Mereka malah asik bermain ponsel dan membahas hal lain. Kesalahan besar telah Parkojon perbuat secara tidak kita sadari. Awal mula hancurnya pertemanan terjadi. Karena itu, Letta membuka ponselnya dan memainkannya kala Parkojon tidak memperdulikannya.

“Jadi bolos kemana?” tanya Evelyn tersenyum pasrah. Dirinya benar-benar sudah muak di dalam kelas. Suasana serta suara yang menganggu kenyamanannya dan kenyamanan aku. Monyet serta burung mengeluarkan suaranya.

“Gue pengennya ke kamar mandi. Tapi, gue takut ketahuan beliau lagi kayak tadi,” jawabku pasrah.

Sejujurnya cacing yang berada di perut sudah berteriak meminta untuk diisi, namun, uang yang tadinya pas-pasan sekarang menipis. Wali kelas kita telah meminta kita untuk patungan membeli keperluan kelas. Entah apa yang beliau rencanakan, semua rencananya benar-benar merepotkan.

Tiba-tiba crush Letta duduk persis di samping Letta. Hal itu membuat Letta semakin salah tingkah. Padahal, jarak antara laki-laki yang leta cinta dengan tempat Letta duduk berbeda satu kursi saja. Wajahnya terlihat memerah dan tubuh Letta berkali-kali bergerak-gerak tak karuan.

Parkojon. [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang