Eps. 8 (Spesial)

493 395 86
                                    

•••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••••

Hari libur tak mungkin memutuskan tali pertemanan Parkojon. Kita merencanakan untuk bertemu di rumah Letta. Namun, tak semua Parkojon ikut. Pertemuan itu hanya dihadiri oleh beberapa orang saja.

Akan tetapi, pertemuan tanpa perjanjian hampa jadinya. Sebelum hari H, kita harus merencanakan apa yang akan kita lakukan di rumah Letta.

“Besok ayo main,” ucapku mengajak Parkojon. Saat ini, kita sedang berada di kantin. Seperti biasa, kita membolos di jam pelajaran guru paling menjengkelkan.

“Main kemana?” tanya Reyna. Jika soal main ke rumah temannya, ia paling depan.

“Ke rumah Letta gimana?” tanya kembali Evelyn. Sudah lama tak bertamu di rumah Letta lagi, setelah beberapa bulan.

“Boleh,” jawab Letta. Ia selalu membuka pintu untuk tamu, apa lagi tamunya Parkojon.

“Siapa aja yang ikut?” tanyaku. Karena sebelumnya pertemuan Parkojon hanya dihadiri beberapa anak.

Beberapa anak pun mengangkat tangan. Yap, seperti biasanya, hanya aku, Letta, Reyna, dan Evelyn yang akan datang. Lidya, Shenna, Alice harus menunggu izin dari orang tua mereka.

“Baiklah, seperti biasa,” ucapku bosan. Tak asik sekali jika yang bertemu hanya beberapa anak, dan itu seperti sebelumnya.

“Kenapa lu kaga ikut?” tanya Evelyn ke Alice.

“Seperti biasa, lihat aja nanti,” jawab Alice. Tanpa antar jemput, ia takkan berangkat. Karena keluarga Dirgantara selalu sibuk.

“Lihat aja nanti teros.” Aku berdecih. Pasalnya, memang seperti itulah keluarganya. Sibuk.

•••••••

Parkojon telah kembali ke rumah masing-masing. Seperti biasa, kita selalu menelepon grup Parkojon yang akan menyambungkan pada aku, Letta, Reyna, dan Evelyn.

“Jadi, jam berapa?” tanyaku di telepon.

“Jam 08.30 gimana?” tanya Letta mengusulkan pendapat.

“Terserah tuan rumah, sih,” jawab Evelyn. Memang benar jika jam janji tuan rumah dengan tamu lebih enaknya diserahkan pada tuan rumah.

“Nah, bener. Gue ngikut aja,” balasku. Pada dasarnya, memang aku selalu mengikuti apa mau mereka. Karena dari pada aku di rumah, bosan.

“Ya udah, kalian ke sini jam 08.00 biar gak kejebak macet,” ucap Letta. Perjalanan rumah mereka ke rumah Letta hanya memakan waktu 20 menit, itu pun jika tak terjebak macet.

“Gue jam 08.25, ya? Santai dulu ga, sih,” ujarku santai. Karena rumah aku dan rumah Letta berada di Perumahan yang sama.

Iya, deh. Si paling deket,” jawab Evelyn mengejek. Itulah dia.

Parkojon. [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang