•
Aku perlahan membuka mataku, disambut oleh Mark yang masih memelukku sambil tertidur pulas. Aku tersenyum kecil melihatnya. Perlahan aku menyingkirkan tangan Mark yang memelukku. Lalu aku bangun dan duduk.
"Ouch! Shh sakit.." Rasa sakit menyambar di pantatku, aku kembali ke posisi tidur, pantat ku sakit sekali. Sepertinya aku akan menunggu Mark bangun saja.
Aku melihat Mark mulai bergerak, lalu mengedipkan matanya. Ajaibnya, matanya langsung terbuka.
"Hey, kebangun?" Tanya Mark pelan. Aku mengangguk. "Gara-gara kamu pantatku sakit." Mark terkekeh mendengar ucapanku.
"Iya, maaf. Besok ada kelas? Kalau, ada izin saja. Kayaknya kamu gabisa jalan dek." Ujar Mark. "Gaada." Jawabku singkat. Mark terlihat menggumamkan kata 'Yes!'.
Sesaat kemudian, aku bisa mendengar perut Mark yang keroncongan. Sepertinya Mark belum makan dari siang tadi.
"Belum makan ya?" Tanyaku dengan nada marah. "Hehe.. Sorry love." Jawab Mark. Aku menggeleng kepala heran.
"Yasudah, ayo turun Ku ambilin makan." Aku perlahan bangkit, berdiri dari posisi tidurku.
"Shh!" Ringisku. Rasa sakit menyambar lagi pada pantatku, aku kembali terduduk. Mark yang sudah berdiri menatapku khawatir.
"Saya gendong saja ya." Mark berjalan kearahku, lalu memelukku perlahan. Ia menuntun ku tuk berdiri, lalu aku segera di bawa gendongan gaya koala milik Mark.
Kami berdua sudah sampai di bawah. Aku meminta Mark untuk mengambil kotak bekal di mobil dan menaruhnya ke meja, aku di dudukkan di kursi dekat dapur.
"Ini, masih sakit?" Mark menaruh kotak bekal itu di meja di hadapan ku. Aku mengangguk kecil. Aku masih bisa merasakan rasa nyeri di pantatku.
"Saya saja yang masak gima-- Duh! Sakit dek!" Aku memukul kepala Mark lumayan keras mendengar ucapannya itu. Mengingat telur yang ia masak beberapa hari lalu, lebih baik jangan.
Aku berdiri perlahan, berniat berjalan ke dapur untuk memasak. Ugh, rasa sakit di pantat ku ini membuatku ingin tumbang. Sudahlah. Aku terus berjalan ke dapur pelan-pelan, berdiri di depan kompor dan bertumpu pada meja counter.
Mark memelukku dari belakang. Memberi kecupan hangat pada pucuk kepalaku. Itu lumayan meredam rasa sakit yang ku rasakan sekarang.
"Bantu, ya." Ujarku singkat. Mark mengangguk semangat. Akhirnya Mark membantuku memasak untuk makan kami berdua.
•
Kami berdua sudah selesai memasak. Seksrang kami sedang makan di meja makan, Mark memakan nasi telur yang sudah ku siapkan di kotak bekal, sedangkan aku memakan nasi telur yang baru kami berdua masak.
"Emang masih enak? Gamau aku panasin dulu?" Tanyaku. Aku dari tadi memaksa Mark untuk memanaskan nasi telurnya, tapi ia terus menolak. "Enggak, sayang. Fisik kamu lagi sakit, saya gamau repotin kamu." Jawab Mark tegas. Aku tak bisa melawan jika Mark sudah berbicara dengan tone kesal.
Aku perlahan memakan nasi telurku. Hangat, aku suka. Aku melirik Mark sedikit, maupun makanannya sudah dingin, ia masih terlihat menikmatinya. Ya sudahlah, aku tidak bisa memaksa.
"Emang kamu gabisa manasin sendiri?" Tanyaku memecah hening. "Saya gapernah nyentuh microwave, dek." Jawab Mark. Aku menahan tawa ku. Mana mungkin, pria di sebelahku ini tidak pernah menyentuh microwave?
Aku tak tega melihat Mark memakan nasi telur yang dingin. Aku memutuskan untuk memanaskan nasi telur Mark. "Aku panasin ya." Ku rebut kotak bekal Mark, aku perlahan berdiri. Meringis kecil saat rasa sakit kembali ku rasakan. Aku perlahan berjalan kearah microwave di pojok counter.
"Jangan peluk-peluk, mas." Ujarku. Membuka microwave, menaruh kotak bekal Mark dan menutupnya. Mulai menekan tombol-tombol microwave, aku suruh Mark duduk saja. Mark ngeyel, terus memelukku dan mendusel di leher ku.
Setelah 4 menit menunggu, microwave telah berbunyi. Aku mengambil sapu tangan yang ada di counter, entah milik siapa. Aku membuka microwave, mengambil kotak bekal Mark dengan sapu tangan tersebut. Aku menaruhnya di meja makan, tidak lupa menyuruh Mark menutup microwave tersebut.
Kami berdua sudah duduk di meja makan, aku lanjut memakan nasi telurku. Mark kembali makan nasi telurnya yang sudah di panaskan, ia tertawa kecil sebelum mulai makan. "Makasih yaa dek. I love you so much." Mark tiba-tiba mengecup pipiku. Sepertinya muka ku langsung memerah, aku segera menutup wajahku malu.
"Kecup balik dong dek.." Ujar Mark sambil menurunkan tanganku. "Shut the fuck up." Aku lanjut memakan nasi telurku.
"Adek, tadi mas minta apa?" Fuck! Mark menarik dagu ku menghadap wajahnya. Jarak kami berdua sekarang sangat dekat. Aku menatap kearah lain, Mark sekarang sangat antusias menatapku.
"Kecup balik, atau saya entot kamu lagi?" Aku cepat-cepat mengecup pipi Mark. Setelah itu segera melanjutkan makanku. "I– I love you even more." Cicitku. Mark terkekeh mendengarku.
•
Kami sudah selesai makan. Sekarang kami berada di kamar. Entah kenapa perasaanku tiba-tiba sedih. Aku duduk bersandar pada headboard kasur, sambil memeluk kaki ku. Mark ikut duduk di sebelahku.
"Ayah sekarang hidupnya gimana?" Ujarku pelan, menenggelamkan wajah ku di antara kedua tanganku. Mark mengelus punggungku, menenangkan ku. "Ayah hidupnya sekarang lebih baik, dek." Aku menoleh kearah Mark, ia memanggil ayah dengan sebutan yang sama.
"Ayah sekarang kerja di perusahaan saya. Dapat uang bulanan juga." Mark mendorong kepalaku agar bersandar pada pundaknya. Aku tersenyum lega mendengar ucapan Mark.
"Mas, i wanna hug you so bad." Ujarku. Mark terkekeh. "Peluk? Sini, saya pangku saja." Mark menepuk-nepuk pangkuannya. Aku segera duduk di pangkuan Mark, segera memeluk tubuh besar Mark. Ia memeluk ku balik.
"Pelukan kamu hangat, aku suka." Aku memejamkan mata sambil menaruh kepalaku di pundak Mark. Menikmati penuh pelukan ini.
"Sudah tenang?" Tanya Mark sambil mengelus punggung kepala ku. Aku mengangguk. "Besok ketemu ayah yuk." Aku kaget. Benar-benar kaget.
"Markala? Lagi bercanda ya?" Aku memegang pundak Mark, menatap dalam-dalam kedua mata Mark. Mark tertawa, ia mengangguk. "Kamu malah kaya mamah, kalo aku lagi bercanda." Aku kembali di kagetkan. 'Aku'? Tidak, aku tidak biasa dengan ini.
"Pardon? Aku?" Tanyaku bingung. Mark tertawa lagi. "Gajadi deh. Lebih nyaman pake saya kalo sama kamu." Jawab Mark. Ugh, padahal aku sudah senang mendengar Mark menggunakan 'Aku'.
"Kamu nyebelin ah. Gasuka." Aku berpindah, sekarang aku berbaring di kasur. Tidak di pangkuan Mark lagi. Aku bisa merasakan Mark mengguncangkan tubuhku. Aku tersenyum kecil.
"Sayangg, mas minta maaf:( Saya memang ga biasa pake 'Aku', dek." Mark terus mengguncang tubuhku. Aku tetap keukeuh tidak bergerak. Terus berbaring dengan posisi membelakangi Mark.
Aku suka interaksi kami, hangat. Jauh lebih hangat daripada nasi telur yang tadi kami makan.
•
•
how? ayo teman teman, lebih suka mark pake aku atau saya???🤨🤨
please answer yaa, aku plin-plan banget mau pake aku atau saya.
aku lagi mood update cepet, so here i am. see u next chapter.
i appreciate every vote & comment.
thankyou.
KAMU SEDANG MEMBACA
$ebatas Uang || MarkHyuck
Fanfiction"Ingat, hubungan kita hanya Sebatas Uang. Aku cuma pemuas nafsu dan penis rakus mu itu saja." "Ah ya? Kita lihat seberapa kuat kamu menahannya, Lee Haechan." "Marga ku Seo! Bukan Lee keparat!" Mark! Dom! Haechan! Sub! ⚠️ HAECHAN PUSSYBOY! BUKAN GEND...