•
Bodoh, tolol, goblok, bego, semua kata makian yang kutujukan pada diriku terus memenuhi pikiranku. Ya, aku saat ini sedang diantar Mark dengan motor— yang sedikit berbeda, menuju ke rumahnya.
Hari ini banyak hal yang terjadi. Aku sudah cukup lelah menangani tingkah Jaehyun yang sering membuatku kesal, ditambah, aku dengan mudahnya luluh dengan sentuhan kecil yang diberikan oleh Mark.
Aku bahkan tak peduli dengan angin yang menerpa tubuhku yang tak berjaket ini, hanya menggunakan kemeja putih bercorak, itupun lumayan tipis. Aku hanya menunduk ke bawah, masih merenungkan semua perlakuan Mark pada ku tadi.
Ya ampun, aku benar-benar canggung dengan Mark. Aku bahkan tak berani berpegangan pada kaosnya! Padahal beberapa waktu lalu kami sempat uh.. melakukan adegan dewasa. Tapi mengingat kejadian beberapa hari lalu, kami bahkan mengucapkan sepatah kata pun tidak sejak mulai melaju tadi.
Entahlah, semua rutuk yang telah kusampaikan dalam hati pada Mark hilang seketika ketika ia mulai menyentuh tubuhku. Astaga, kayaknya aku emang semurah itu buat Mark.
Saking larutnya aku dalam pikiranku, tiba-tiba kepalaku yang dilindungi helm terantuk pada punggung Mark, membuat Mark terlonjak kaget, untunglah ia masih bisa mengendalikan kemudinya dengan baik. Aku ingin sekali mengucapkan maaf, tapi suaraku tidak mau keluar.
Aku tidak biasa dengan ini. Mark kerap kali mengajakku berbincang jika sedang dalam perjalanan seperti ini, tapi kali ini, tak ada yang berani mengeluarkan suaranya.
Aku tanpa sadar melamun, ternyata sudah sampai saja di depan rumah Mark. Mark sampai menepuk pahaku dari depan, menyadarkanku dari fokusku. Aku segera turun dari motor Mark (?) dan mengembalikan helm yang kupakai. Aku yang baru setengah sadar, dikagetkan. Mark memelukku, sangat erat.
Aku masih kaget, pelukan Mark benar-benar kencang, aku agak sulit bernafas. Tapi, aku sama sekali tak berani protes. Oh, ya. Setelah aku turun, Mark cepat-cepat melepas helmnya dan segera turun untuk memeluk tubuhku.
Aku benar-benar bingung harus mengeluarkan respon apa dalam situasi ini. Aku enggan memeluknya balik. Tunggu.. aku mendengar suara sesenggukan. Mark menangis?
Aku tak bisa menahan diriku lagi, setelah aku dengar suara tangisan kecilnya itu, aku langsung memeluk tubuh besar Mark balik tak kalah erat, aku elus lembut punggung lebarnya itu.
"Maaf, maaf, maaf, maaf.." 4 kali ia sebutkan maaf itu, dengan suaranya yang serak akibat tangisannya. Aku ikutan emosional. Pelukanku makin erat, berusaha menyampaikan 'Aku selalu maafin kamu, mas.' Entah Mark paham atau tidak, aku tak kuasa bicara saat ini.
"Maaf, Haechan. Saya benar-benar gak bisa hidup tanpa kamu, saya sadar pentingnya kamu di hidup saya. Maaf.." kuelus punggung kepala Mark, tangisannya mengeras. Aku tak bisa menahannya lagi, tangisanku pecah seketika. Ingin berusaha memelankan suara namun tak bisa.
"Those sorry will never— sialan. Will never change—" ucapanku benar-benar terbata-bata. "—anything.. but, i always forgive you, Mark." Setiap kata, selalu ada jeda, menyediakan waktu untuk ku bernafas.
Mark melonggarkan pelukan kami, kepalanya berpindah dari di pundakku, kali ini ia mencium keningku. Aku bisa merasakannya, air matanya hangat. Katanya, air mata hangat itu karena perasaan emosional yang sangat tinggi. Dia.. sesedih itu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
$ebatas Uang || MarkHyuck
Fanfiction"Ingat, hubungan kita hanya Sebatas Uang. Aku cuma pemuas nafsu dan penis rakus mu itu saja." "Ah ya? Kita lihat seberapa kuat kamu menahannya, Lee Haechan." "Marga ku Seo! Bukan Lee keparat!" Mark! Dom! Haechan! Sub! ⚠️ HAECHAN PUSSYBOY! BUKAN GEND...