RT_Satu

585 39 2
                                    

Asalammualaikum semuanyaaa
Anyeong haseo ....
Ada yang kangen tulisanku nggak, nih?
Akhirnya, aku kembali lagi hehehe
Kali ini dengan cerita yang sangat ringan dan manis
Semoga suka yaa


Jangan lupa vote, coment, and share cerita ini


"Jangan nikahin aku!" seru Ashila dengan nada tertahan dan penuh penekanan. Matanya menatap tajam ke arah Kenzi yang duduk di seberangnya. Mereka sedang berbincang di rumah orang tua Ashila.

"Kenapa, Shil?" Kedua alis Kenzi bertaut.

"Nggak pokoknya, aku nggak mau nikah. Titik nggak pakai koma!"

Ashila masih berucap dengan penuh amarah di hadapan Kenzi. Bagaimana tidak, kepulangannya dari kota rantau tempatnya kuliah, disambut dengan dua kabar mengejutkan yang tak terkira. Ia tidak pernah membayangkan akan berhadapan dengan situasi tersebut seumur hidupnya.

Pertama, rencana pernikahan Tante Elma yang juga adik bungsu dari papanya, bukan terncam gagal lagi, tetapi sudah dipastikan tidak akan terlaksana. Satu hari setelah undangan tersebar, baru diketahui jika calon suami Tante Elma sudah menghamili karyawannya sendiri. Drama yang rumitnya melebihi cerita sinetron.

Kedua, Ashila diminta menggantikan tantenya untuk menikah demi menjaga nama baik keluarga. Terutama demi kesehatan kakek dan neneknya yang sangat syok hingga akhirnya berpengaruh ke kesehatan mereka berdua. Ashila harus mau menikah dengan Kenzi, tetangga seberang rumah Mbah Kung, kakek Ashila.

"Terus, kamu mau buat Mbah Kung sama Mbah Uti masuk rumah sakit?" tanya Kenzi dengan tenang. Laki-laki bergelar Sarjana Teknik ini juga baru datang dari luar kota.

Ashila sontak mendelik ke arah Kenzi. Tatapannya masih tajam menusuk. "Kenapa nggak kamu tolak permintaan ini?"

Usia Ashila dan Kenzi terpaut dua tahun. Namun, Ashila malas memanggil Kenzi dengan embel-embel Kak ataupun Mas. Kisah masa kecil dengan drama anak-anak menjadi pemicunya. Ashila kesal dulu sering menjadi korban kejailan tetangganya itu.

"Ken! Tolak, dong. Ayolah bantu aku. Kenapa kamu kayak pasrah aja sama permintaan papaku?"

Kenzi terkesiap. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.

"Jangan-jangan ... pasti ada niatan nggak bener," tebak Ashila. Kedua tangannya menyilang di depan dada.

"Loh, mana ada, Shil." Kenzi mulai salah tingkah.

"Terus, kenapa kamu mau-mau aja disuruh nikah sama aku, hah?" Mata Ashila membulat lebar. "Nikah beneran loh, ini."

Kenzi mengusap kedua pahanya dengan gelisah. Ia tidak berani menatap mata gadis di hadapannya itu.

"Udahlah, nggak usah dituruti permintaan konyol ini. Mana ada cerita Ashila sama Kenzi nikah. Bisa-bisa ada perang dunia ketiga." Ashila beranjak dari duduknya. Namun, saat baru melangkah, ia merasakan pergelangan tangannya disentuh.

"Aku hanya ingin patuh pada orang tuaku. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk membalas jasa baik Mbah Kung buat keluargaku." Kenzi tetap berusaha berbicara dengan tenang.

Ashila terdiam. Ia tahu betul maksud perkataan Kenzi. Mereka memang tidak memiliki hubungan darah, tetapi keluarga mereka seolah lebih dari saudara. Pak Arifin, ayah Kenzi adalah yatim piatu sejak masih SMA. Mereka bukanlah warga asli di desa ini. Saat diminta ikut saudara ayah dan ibunya, Pak Arifin memilih tetap tinggal di sana. Beliau ingin terus membesarkan toko pertanian yang baru dirintis almarhum ayahnya. Berkat bantuan Mbah Kung, Pak Arifin bisa sukses menjadi pemilik toko pertanian terbesar di desa.

RUMAH (te)TANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang