RT_Sembilan Belas

237 24 6
                                    

Ashila mencuci tangan di wastafel. Ia lalu menarik tisu yang terletak di samping cermin. Gadis itu membersihkan bibirnya. Ashila melirik ke luar, tampak pengendara motor baru saja memarkir kendaraannya di tempat parkir kedai bebek. Ia mengenakan jas hujan.

Ashila segera menuju meja tempat makan. Di sana masih ada Kenzi yang tengah menyantap bebek goreng yang tidak dihabiskan Ashila.

"Kayaknya arah barat hujan, Ken."

"Masa?"

"Itu ada yang pakai mantel basah. Buruan makannya."

Kenzi lekas memasukkan suapan terakhir ke mulut. Ia lalu beranjak untuk membersihkan tangan. Setelah itu, langsung menuju ke motor. Ashila sudah menunggu di sana.

"Waduh, lupa beli bensin," cetus Kenzi saat melihat spidometer.

"Arah ke rumah kan ada yang jual bensin."

Kenzi mengangguk. Ia segera menyalakan motor. Baru juga meninggalkan halaman kedai, hujan langsung turun dengan derasnya.

"Shil! Berteduh dulu apa gimana?!" Suara hujan yang turun membuat obrolan harus dilakukan dengan nada tinggi.

"Ada mantel, kan?!"

"Belum beli! Punyaku hilang!"

"Ya udah langsung ke tempat bensin dulu aja!"

Kenzi menambah kecepatan. Baju mereka pun mulai basah. Tinggal satu kilometer lagi. Sayangnya, begitu sampai di sana, penjual bensin yang dimaksud sudah tutup.

"Gimana, nih?" Kenzi menoleh ke Ashila.

"Lanjut, deh. Udah basah juga."

Kenzi segera melaksanakan perintah. Ia bahkan mengebut demi bisa sampai di rumah dengan sisa bensin yang menipis.

Ashila menggenggam bagian samping jaket Kenzi. Ia ketar-ketir dengan laju kendaraan yang kencang di jalanan yang basah. Namun, kecemasannya hilang melihat Kenzi mampu mengendalikannya. Suaminya ternyata sangat pandai dalam berkendara.

Motor sudah memasuki gerbang perumahan. Mendadak, lajunya tersendat.

"Alamat bensin habis," gumam Kenzi cemas. Jarak ke rumah masih lima ratus meter lagi.

"Kenapa, Ken?"

"Kayaknya habis ini mati mesinnya." Baru juga selesai bicara, mesin motor mati. "Dorong, ya, Shil."

"Hah?" Ashila yang sudah mulai kedinginan akhirnya pasrah. Lagi pula rumah sudah dekat.

Dalam derasnya air hujan yang turun, pasangan muda itu bekerja sama membawa kendaraan roda dua tersebut sampai di rumah. Baju mereka sudah basah kuyup.

"Dingin." Ashila menggigil begitu sampai di teras rumah. Ia lalu melepas helmnya.

"Ini kuncinya."

Ashila menerima kunci yang dilempar, lalu membuka pintu. Gadis itu segera menuju kamar mandi. Ia harus mengguyur tubuhnya dengan air agar tidak terlalu kedinginan. Membiarkan tubuh basah karena air hujan tanpa membilasnya, malah rentan membuatnya masuk angin.

Ashila mulai menanggalkan seluruh pakaiannya. Ia mulai menyiramkan air ke tubuh. Saat sudah selesai, ia tersentak sendiri.

"Loh! Aku pakai baju apa nanti?"

"Shil." Suara ketukan pintu terdengar. Kenzi sudah melepas bajunya dan berganti memakai sarung tanpa baju atasan. Ia sedang berdiri di depan pintu. "Ini handuknya."

Ashila berdiri dibelakang pintu, lalu membukanya sedikit. Tangannya diulurkan keluar. Handuk pun diterimanya. Ia lalu menutup pintu.

"Kenzi!" seru Ashila.

RUMAH (te)TANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang