Part 3

87 11 3
                                    

"Udah belum, Ra?"

"Ck sabar kenapa sih!"

"Yaelah payah bener lu cil, tinggal dikali doang sesusah itu ya?"

Sepasang kakak beradik itu tengah lesehan di ruang tengah. Sebab sang adik yang meminta bantu kepada kakaknya untuk mengerjakan pr.

"Kalo segampang itu aku gak bakal nanya siapapun! Lagian mana bisa cuma dikali doang, penyebutnya harus disamakan dulu, hasilnya dikali silang. Perbandingan titik-"

"Iya iya iya shut ..." Zidan menyela cepat. Membuat gestur diam dengan jari telunjuknya.

"Yaudah lanjutin gih," sambungnya.

Karena percaya atau tidak aslinya, Zahra ini ada bakat untuk menjadi seorang rapper. Cuma kalah di percaya diri saja. Mungkin suatu saat nanti Zidan akan mendaftarkan adiknya itu ke audisi pencarian bakat di negeri gingseng secara diam-diam, sebagai perwakilan Indonesia. Mana tahu iseng-iseng berhadiah.

"Ya enggak iseng juga sih, biar pergi aja dari rumah sekalian kan lebih bagus," tuturnya tanpa sadar.

"Apanya yang bagus?"

Mam-to-the-pus! Merupakan salah satu slang inggris kekinian yang sering diucapkan remaja zaman sekarang.

"Itu loh Dek temen Abang kan baru beli motor baru, bagus," Zidan menjawab seadanya yang terlintas di otak.

Bersama senyum tipis nyaris terpaksa dan hidung yang kembang-kempis menahan napas.

"Oh ... motor apa?"

"Fiuh ..." Barulah bisa Zidan menghembuskan napasnya dengan lancar bin tenang.

"Enggak lagi-lagi deh gue gibahin nih anak tuyul di depan orangnya. Hampir aja gue yang terusir dari rumah."

"Motor-"

TIN!

Suara klakson motor dari luar memutus kalimat Zidan yang belum rampung.

"Nah itu tuh kayaknya temen Abang yang habis beli motor baru. Panjang umur ya Ra, baru aja Abang mau ceritain."

Ngarang! Mana ada temannya yang habis beli motor baru. Terakhir Marcel beli motor matic yang biasa ia pakai ke kampus itu 2 setengah tahun yang lalu. Itu pun berhasil terbeli setelah membongkar celengan ayamnya.

Selain Lingga, Marcel juga merupakan teman karib Zidan di kampus. Marcel terkenal karena visualnya yang Masyaallah sekali, tapi kelakuannya astagfirullah tiga puluh tiga kali. Tingkahnya suka di luar nalar.

"Adek kiw buatin minum dong," ucap Zidan selembut mungkin diakhiri wink yang sayangnya Zahra justru mual melihatnya.

"Sorry enggak dulu, Zahra banyak pr!" sahut sang adik.

Anak gadis itu berkata sembari membereskan buku-bukunya di atas meja dan lantai.

"Dek iya dong sekali aja gitu loh kamu nyambut tamu-tamu Abangmu ini, Ra."

"Gak minat!" SPO, Singkat Padat On point. Tipikal Zahra sekali.

Ck, sudahlah Zidan jangan berharap banyak.

Membuang muka kesal, lelaki berperawakan tinggi menjulang itu pun meluncur ke depan. Tidak ambil pusing dengan kelakuan penurut adiknya yang tidak suka membantah. Nanti akan ia cekokin air dukun instan dari kulkasnya saja. Lebih praktis.

Zidan membuka pagar rumahnya, meski keluarganya tergolong keluarga yang berkecukupan, tapi kehidupan mereka cukup sederhana. Seperti contohnya, tidak memakai jasa satpam pribadi sehingga jika kedatangan tamu maka tuan rumah sendiri lah yang harus membuka.

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang