Budayakan vote sebelum baca ya ges, and happy reading ...
°•°•°•°•°•°
"Gue lagi gak cari ribut, dia pulang sama gue. Dan gue gak butuh izin dari lo!"
"Lo gak pake helm Zahra," suara berat Lingga terdengar.
"Tau! Terus?"
"Gue bawa motor juga gak suka pelan-pelan."
"Iya terus?"
Lingga berdecak, ia lupa kalau gadis ini masih menyimpan dendam padanya.
Tanpa persetujuan Zahra, Lingga mengambil kedua lengan gadis itu untuk dibawa melingkari pinggangnya.
"Marahnya sambung nanti lagi kalo kita udah nyampe tempat lesnya. Sekarang pegangan dulu, nanti jatuh," ucap Lingga.
Zahra yang hendak protes kembali mengatupkan bibir karena Lingga segera menjalankan motornya.
"Pemaksaan!" sungutnya galak.
Nyatanya perkataan Lingga tidak sesuai dengan ucapan lelaki itu barusan. Motor yang ia kendarai malah melaju dengan kecepatan di bawah rata-rata. Tidak ada ngebut-ngebutnya sama sekali.
Zahra bahkan tidak sabar dengan cara mengemudi Lingga yang menurutnya lelet.
"Balap apaan begini doang!" cecar Zahra bosan.
Lingga melirik gadis itu dari spion.
"Gue gak mau ngambil resiko, lo gak pake helm," jawab Lingga. Kali ini nadanya terdengar serius.
Zahra jadi malas mendebat. Lingga mode serius itu terlihat manly sekali. Ya walaupun biasanya juga tetap manly tapi auranya berbeda.
Tidak bisa dipungkiri Lingga yang seperti ini terlihat sangat keren.
Zahra segera menggelengkan kepalanya.
"Tapi serem," lirihnya.
"Duh mikir apa sih kamu Ra," gumamnya panik.
Tiba di tempat les masaknya Zahra segera turun dari sana. Perasaan kesalnya kembali lagi saat melihat wajah Lingga.
"Selesai jam 6 kan? Gue nunggu di cafe depan ya," kata Lingga sembari mengendikkan dagu menunjuk ke arah tempat makan di seberang jalan yang berhadapan langsung dengan gedung tempat les masaknya.
"Ngapain? Pergi aja gak papa kok nanti Kak Zidan yang jemput aku," sanggah Zahra.
"Zidan ada urusan Zahra, makanya dia nyuruh gue yang nganterin lo les masak. Otomatis lo juga pulangnya sama gue."
"Males banget!" ujar Zahra sinis.
"Gak ada bantahan!" Tapi sahutan Lingga tak kalah sinis.
"Ck, serah," kesalnya. Kemudian berjalan masuk ke tempat les dengan kaki yang dihentak-hentakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingga
Teen FictionHiruk pikuk keramaian kota Jakarta yang menyebalkan bagi sebagian orang, dan mendebarkan kadang kala. Demikian dengan harga yang harus mereka bayar. Begitulah Lingga selama ini menjalani hari-harinya sebagai pelajar rantau yang memilih ibu kota seba...