Part 5

64 13 2
                                    

Wait, warning bentar. Part ini bakalan panjang banget ±2,5k word semoga gak mual :)

Happy reading ...

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"A-AAKH ADUH AMPUN RA AMPUN!"

Bugh!

"ZAHRA IYA AMPUN RA, UDAHAN YA RA YA ALLAH ENCOK NIH AKU GEGARA KAMU RA!"

"BIARIN BIAR TAU RASA KAMU!"

Halaman rumah Zahra pagi ini terpantau ramai. Iya ramai, meski hanya ada Galih dan Zahra di sana, tapi mulut mereka berdua saja sudah lebih ramai dari pada keramaian. Ributnya sudah seperti 10 orang.

Tertangkap lensa Zidan yang hendak keluar, sedang terjadi penganiayaan di sana. Zahra sebagai pelaku sementara Galih lah korbannya.

"Ra- AKHH IYA-IYA."

Kini giliran telinga Galih yang jadi sasaran. Walaupun jari tangan Zahra itu kecil dan ramping tapi jangan remehkan kekuatannya. Jeweran gadis itu tidak main-main.

"SUKURIN! Ini pelajaran supaya kamu gak sembarangan buang sampah lagi. Terakhir malah kena kepala orang tapi aku yang dimarahin," cecar Zahra.

Galih mengangguk cepat.

"Iya Ra maaf, kan gak sengaja," cicitnya.

Zahra melepaskan jewerannya, membuat Galih segera mengusap telinga kirinya yang malang.

"Mau putus ini Ra, kamu kecil-kecil cabe rawit keriting. Pedesnya bukan main."

"Bodo! Biarin aja putus."

Zidan yang sudah bersandar di depan mobil bersiap dengan tas ransel yang tersampir di salah satu pundaknya itu pun tidak bisa untuk tidak tertawa.

Itulah kenapa dia jarang sekali mau melawan Zahra. Karena amukan gadis itu seperti maung lepas kandang. Tapi bukan berarti juga kalau Zahra adalah anak nakal. Nope!

Perbedaan usianya dengan sang adik tidak terlalu jauh, hanya terpaut 2 tahun. Zahra adalah anak yang periang, berbudi dan memiliki manners yang bagus. Semua orang yang mengenalnya secara dekat akan mengakui jika gadis ini memiliki aura positif. Pembawaannya yang selalu ceria membuat orang-orang merasa bahagia.

Dan sebagai perempuan yang tumbuh menjadi seorang remaja, Zahra termasuk dewasa. Ia pandai menempatkan diri dalam berbagai situasi. Sebenarnya, Zahra juga bukan tipe gadis pemarah yang tempramental.

Yang terjadi antara dirinya dengan Galih sekarang adalah love language mereka. Memang agak seram tapi jauh dari itu Zahra juga sosok yang tegas dan sangat mematuhi peraturan. Tidak suka merugikan orang lain jadi, dia juga tidak suka dirugikan.

Dan menurutnya, perbuatan Galih tempo hari itu merugikan dirinya.

"Kita temenan dari TK nol kecil loh Ra, kamu galaknya gak ilang-ilang," cicit Galih lagi. Masih setia mengusapi daun telinganya yang tampak kemerahan.

"Kamu sih!"

"Udah-udah ini kalian kalo ribut terus bisa telat nanti. Lagian Galih juga kan udah minta maaf Ra, Lingga juga udah ngobrol sama Abang tadi malem. Bukan kamu kok yang salah," terang Zidan.

"Gak usah sebut namanya, bete aku!"

"Dih jutek amat, awas loh nanti suka," ledek Zidan.

"IH AMIT-AMIT! Ka Marcel jauh lebih keren ya walaupun bawel banget."

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang