Part 4

62 13 3
                                    

Happy reading before, cie aku balik. Ada yang nunggu aku update ga sih haha. Jangan lupa klik pojok kiri bawah dulu sebelum baca ye.

•°•°•°•°•°•°•°•°•

"Ra sini, ngapain kamu bengong di situ?" Panggilan Zidan membuat gadis berpiyama di pojok sana segera mengerjap beberapa kali. Dia dengan cepat memutus kontak mata dengan laki-laki yang duduk di sebelah abangnya.

Zahra mendekat, kaki telanjangnya melangkah pelan dengan debaran jantung yang sedang disko. Dalam hati merutuki kenapa bisa ada orang itu di rumahnya?

"Masa dia sampe nyari tau rumahku sih, yang cari gara-gara kan Galih. Masa aku juga kena," batinnya miris.

Sementara Lingga sejak tadi bahkan tak memutuskan tatapannya pada gadis itu barang sedetik pun. Sepasang mata bulatnya yang besar mendapat tanggapan lain dari sosok mungil yang sudah berdiri di sisi kanan Zidan.

"Dia udah ngomong sama Bang zidan belum ya? Duh kok jadi ribet gini sih. Gara-gara Galih nih!"

Di bawah sana, tangannya meremat keras boneka pisang yang ia peluk dari tadi. Melampiaskan kekesalannya terhadap Galih dengan bonekanya.

"H-hai Kak, ketemu lagi. Hehe." Zahra membuka suara. Senyum canggung dan suaranya yang terdengar gugup membuat suasana semakin awkward saja.

"Loh kalian udah saling kenal?" tanya Zidan merasa kalimat Zahra barusan seperti sedang bertemu teman lama.

Gadis yang masih memeluk boneka pisang itu langsung menggeleng cepat.

"Nggak! Kita mah gak kenal. Ya kan Kak?" katanya lantang sembari melirik Lingga was-was.

"Iya please bilang iya, biar gak makin riwueh aja ini urusan!"

"Hum, gak kenal," sahut Lingga singkat yang membuat Zahra segera menghembuskan napas lega.

Tapi tidak bertahan lama karena selanjutnya Lingga kembali berucap, "Tadi lo nanya kepala gue kenapa kan? Bocah ini penyebabnya."

Zidan segera menoleh pada bekas luka di kepala Lingga kemudian melirik sang adik yang sedang mendelik.

"ENAK AJA! YANG NGELEMPAR KAMU KAN GALIH BUKAN AKU. SEMBARANGAN AJA KALO NGOMONG!!" semprot Zahra berapi-api.

Lingga tampak mengusak telinganya dengan wajah mengernyit, suara gadis itu tidak main-main.

"Tetep aja temen lo kan?" kata Lingga.

Wajah datarnya membuat Zahra tecengang, beneran gila ini orang.

Ini sih cari ribut namanya, padahal tadi Zahra berniat bersikap ramah dan mengajak orang itu bicara baik-baik. Tapi sepertinya akan ia tarik semua maksud dan tujuannya itu.

Laki-laki ini rese, ngeselin, simpulnya.

"Ya iya temen aku tapi yang ngelempar kamu itu Galih. G-A-L-I-H bukan aku! Lupa siapa yang bersihin luka kamu? A K U!" Kata terakhirnya Zahra ucapkan penuh penekanan.

Gadis itu jengkel setengah mati ketika melihat senyum tipis terukir di bibir Lingga.

Lingga terkekeh, "Lucu," katanya.

"Gak ada yang lucu! Udah aku obatin bukannya terima kasih malah nuduh aku yang enggak-enggak!"

Lingga semakin melebarkan senyumnya. Matanya yang bulat seketika menyipit membentuk bulan sabit. Lesung pipinya pun muncul.

Zidan yang sudah biasa mendapati adiknya ngomel-ngomel bahkan ngereog seperti kuda lumping itu tidak terlihat peduli sama sekali. Bokongnya sudah mendarat mulus di atas sofa dengan kaleng adem sari di tangannya. Menonton acara yang Zahra dan Lingga sajikan.

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang