9. hukuman?

180 142 73
                                    

Happy Reading*•̀ᴗ•́*

"kalian berdua, ikut saya ke ruang asatidz!" titahnya lalu meninggalkan kerumunan itu.

·ᴗ·

Karena pertengkaran yang Freya dan perempuan itu lakukan, akhirnya saat ini mereka berada di ruang asatidz.

Mereka berdua tertunduk di hadapan gus itu dan ustadzah Syifa.

"jadi, apa yang terjadi pada kalian berdua?" tanya gus itu yang membuat mereka berada di ruang asatidz.

"dia bawa hp gus!" ucap perempuan itu cepat.

Freya yang mendengarnya memelotot tajam ke arah perempuan itu.

Ustadzah Syifa pun memandang Freya sejenak,"mbak Freya, mbak tahu bahwa mondok itu dilarang membawa handphone?" tanyanya.

Freya yang mendengar itu dengan cepat menggeleng, kesempatan bukan.

"saya gak tahu ustadzah, saya kan baru masuk kemarin!" jawab Freya menatap ustadzah Syifa.

"ada ya orang yang ndak tau kalo mondok ndak boleh bawa hp?" gumam kesal perempuan itu yang masih bisa di dengar oleh ketiganya.

"ada! buktinya gue gak tau tuh ada peraturan kek begitu!" jawab Freya ketus.

Ustadzah Syifa yang mendengar itu menghela napas pelan, apa Rita masih belum menjelaskan prihal jika mondok?

"lalu mengapa kalian menjadi bertengkar hebat seperti tadi? memangnya kalian anak kecil yang tidak tahu cara menyelesaikan masalah dengan cara baik-baik?" ujar gus itu dengan wajah datarnya.

"dia yang duluan jambak saya gus!" jawab Freya cepat dan mengikuti ucapan perempuan itu dengan memanggil gus.

"bohong iku gus? wong kamu yang main jambak hijabku! terus aku tegur karena kamu yang ndak bisa di kasih tau!" balas perempuan itu tak terima jika disalahkan sepihak.

"tapi lo juga kan ya mulai rebut hp gue?"

"ndak! kamu yan-"

"cukup! kalian berdua jangan saling menyalahkan," sela gus itu melerai adu mulut antara Freya dan perempuan itu.

"yasudah, jika memang benar mbak Freya tidak tahu. Kita masih bisa toleransi, tetapi tetap saja yang namanya melanggar tetap akan mendapatkan hukuman!" ucap ustadzah Syifa.

Perempuan itu tersenyum penuh kemenangan pada Freya, sedangkan Freya hanya membalasnya dengan menatap sinis.

"bagaimana gus Hanan? hukuman apa yang pas untuk hal ini?" tanya ustadzah Syifa tanpa menatap wajah gus Hanan.

"seharusnya santri yang melanggar peraturan karena membawa handphone ke pondok, handphone itu akan kami hancurkan," ucap gus Hanan.

Freya yang mendengar itu terkejut, bagaimana nasib ponsel kesayangannya ini.

"gus saya kan gak tau kalo peraturan di sini kayak gitu!" sela Freya memotong pembicaraan gus Hanan.

"saya belum selesai bicara mbak...?" tanya gus hanan bingung.

"Freya ustadz, nama saya Freya!" jawab Freya yang mengerti jika gus Hanan bingung untuk menyebut dirinya.

"iya maksudnya mbak Freya, jadi saya akan memberi mbak Freya hukuman ringan saja. Hukumannya, mbak Freya berdiri di tengah lapang selama empat jam!" ujar gus Hanan.

"em-empat jam? gus gak salah? selama itu yang ada kaki gue patah gus!" balas Freya keceplosan menyebut dirinya gue pada gus Hanan.

"mbak Freya bisa pilih, mau handphone mbak kami hancurkan atau mbak berdiri di lapang sesuai yang gus Hanan intrupsikan?" tanya ustadzah Syifa lembut.

Pilihan Yang Terbaik [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang