21

3K 105 0
                                    

Kejadian ini di mulai akhir tahun setelah kelulusan Sekolah Menengah Pertama Jihan, semua mengenalnya dengan sangat baik, seorang Jihan yang murah senyum, pintar dan memiliki segalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kejadian ini di mulai akhir tahun setelah kelulusan Sekolah Menengah Pertama Jihan, semua mengenalnya dengan sangat baik, seorang Jihan yang murah senyum, pintar dan memiliki segalanya. Jihan bukan anak orang kaya raya tapi dia lahir dari keluarga yang di idamkan semua anak, kakak yang baik, orang tua yang perhatian dan fasilitas yang cukup. Selain itu Jihan sangat di sukai teman-temannya karena sikap ramah dan suka menolong, semua mengenal Jihan karena gadis itu yang cukup baik. Sangat baik bahkan membuat orang lain iri padanya, selain terkenal di sekolah, Jihan tentu saja punya cukup teman yang di anggap sangat dekat dengannya.

Karina Alaia, satu kelas dengannya, sangat dekat bahkan selalu bersama-sama. Mereka sering di sebut sebagai pasangan gadis populer di sekolah, punya segalanya termasuk hal yang paling menonjol yaitu kecantikan. Karina jelas semua pasti mengenalnya dengan baik, karena dia hampir berkencan dengan semua laki-laki tampan di sekolah. Tidak ada hari untuknya jomblo, setelah putus pasti dapat lagi yang baru dan terus seperti itu. Tapi semuanya berubah setelah liburan akhir kelulusan kelas 3, semuanya berubah saat dia menyukai satu laki-laki.

Laki-laki yang paling berpengaruh dalam kehidupan Karina dan Jihan, awal dari semua kisah yang membuat Jihan tidak bisa tidur dengan nyenyak beberapa tahun setelah itu.

Jihan terbangun dari tidurnya saat cahaya matahari menerobos masuk kedalam kamar tempatnya tidur, kepalanya menoleh ke segala arah, dia ingat jelas kalau semalam tidur di rumah Sekala, tapi bangun tidur di sebelah laki-laki lagi membuat kepalanya kembali pening. Jihan menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan duduk di tepian ranjang sambil memijit kepalanya yang sakit. Gadis itu melihat kotak rokok milik Sekala yang ada di atas meja, bukan rokok yang biasa Jihan hisap tapi mungkin itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

Jihan beranjak dari ranjang dan berjalan menuju ke meja dimana rokok milik Sekala berada, baru mengambil kotak bungkus rokok tersebut dan akan mengambilnya satu. Sebuah tangan merebut rokok tersebut dari Jihan.

"Masih pagi." Suara berat khas bangun tidur terdengar di telinganya, Jihan menoleh kebelakang dan menemukan Sekala berdiri dibelakangnya sambil menutup kembali bungkus rokok tersebut.

Wajah pucat Jihan membuat Sekala terdiam, laki-laki itu memperhatikan Jihan yang berbeda dari biasanya untuk pertama kali. "Kenapa? Lo sakit?." Sekala memegang pipi Jihan dengan kedua tangannya setelah memasukkan rokok miliknya kedalam saku celana.

"Gue minta satu aja." Ucap Jihan seakan memohon pada Sekala.

"Nggak, gue nanya lo kenapa? Ada masalah?."

"Nggak ada."

"Gue yakin lo nggak baik-baik aja sekarang." Sekala menuntun Jihan duduk di sofa. "Lo nggak perlu cerita kalau emang nggak mau cerita." Lanjut Sekala.

Jihan memperhatikan Sekala yang duduk disebelahnya, entahlah apa yang dia pikirkan saat ini karena pikirannya berantakan, dia hanya tau didepannya itu Sekala, bukan siapapun yang dia takutkan, hanya Sekala, Sekala yang dia tau sangat baik padanya.

"You need hug?." Tanya Sekala lembut.

Jihan mengangguk.

Melihat persetujuan Jihan, Sekala menarik gadis itu kedalam pelukannya. Tanpa mengatakan apapun lagi, hanya memeluknya, mengusap punggungnya, menenangkan keadaannya tanpa menanyakan apa permasalahan yang Jihan pikirkan. Beberapa orang yang punya masalah tidak ingin di cerca dengan banyak pertanyaan, menyuruhnya mengungkapkan apa yang dia pikirkan. Beberapa orang hanya ingin sebuah pelukan yang membuatnya tenang tanpa memikirkan kembali hal yang membuatnya sedih atau sakit..

Setelah menghabiskan sarapan pagi itu dengan tenang, tidak ada perbincangan apapun lagi. Sekala mengantarkan Jihan pulang, Jihan ada kelas siang kemungkinan Aldi akan pulang siang ini untuk mengantarkan adiknya ke kampus. Sehingga Sekala harus meninggalkan rumah Aldi segera setelah memastikan Jihan aman sampai rumah.

"Gue balik dulu, kalau ada apa-apa, kabarin aja."

"Makasih kak."

"Sama-sama."

Jihan turun dari motor Sekala dan masuk kedalam rumah.

Dress selutut di padukan dengan jaket menjadi style pilihan Jihan hari ini, tak lupa sepatu sneakers putihnya dan tote bag yang berisi laptop serta buku kitab kebanggaan anak hukum. Dia hanya ada kelas 2 kali sampai jam 4 sore, setelah itu pulangnya harus mengerjakan tugas kelompok untuk pertama kalinya. Untung saja kelompok kali ini sesuai nomor urut absen, kalau tidak mungkin Jihan harus kesusahan mencari teman satu kelompok.

Jihan duduk di kursi kosong berhadapan dengan teman kelompoknya yang lain, semuanya tengah berdiskusi mengenai tugas kelompok mereka hari ini. Jihan yang tidak banyak bicara hanya memberikan pendapatnya jika di suruh memberikan pendapat oleh teman kelompok yang lain. semua kenal Jihan, itupun karena Jihan adik dari Aldi, bukan hal yang istimewa, hanya karena Aldi satu paket dengan Sekala yang jelas kepopulerannya.

"Kita dapet satu anggota lagi, tapi katanya hari ini nggak masuk, jadi ketemu next time." Ucap Ketua kelompok memberikan pemberitahuan sebelum diskusi hari ini di tutup.

Kelas pun akhirnya berakhir, Jihan keluar kelasnya menuju ke loby untuk menunggu kedatangan Aldi yang sudah janji akan menjemputnya sore ini. Jihan duduk sendiri di sofa yang ada di lobi, biasanya sofa itu di gunakan oleh dosen untuk menunggu kelas di mulai atau hanya di gunakan untuk beberapa mahasiswa yang menunggu kelas akan di mulai, sifatnya umum. Jika ramai, Jihan tidak akan duduk disana. Tapi karena posisinya sepi, jadi Jihan duduk di sana.

Pandangan Jihan tertuju pada beberapa gerombolan yang keluar dari kelas yang tidak jauh dari tempatnya duduk, mata mereka benar-benar bertemu, Jihan menatapnya dingin, tapi laki-laki itu tersenyum padanya mengabaikan beberapa teman yang mengajaknya mengobrol. Siapa lagi kalau bukan Sekala, entah kelas apa lagi yang laki-laki itu ikuti tapi melihatnya ada kelas, sudah jelas kalau Sekala masih mengambil beberapa kelas lagi sebelum full mengerjakan tugas akhir.

"Jihan." Sebuah panggilan membuat Jihan menoleh.

Aldi berdiri disebelahnya duduk dengan wajah kesal, bagaimana tidak kesal karena Jihan tidak membalas pesannya pada gadis itu membawa ponsel di tangannya.

"Abang udah dateng?."

"Lo kira? Gue udah chat lo dari tadi tapi ga bales."

"Emang Iya?."

"hufftt udahlah, ayo pulang."

"Boleh mampir beli novel nggak? Ada novel baru yang rilis."

"Novel lagi, udah bilang mama?."

"Udah, kata mama nggak papa kok, ntar uangnya di tf belakangan."

"Ya udah ayo."

Jihan tersenyum kemudian berdiri dari duduknya mengikuti langkah Aldi menuju ke parkiran, hari ini Aldi tidak bersama Venna karena Venna ada urusan dengan teman-temannya, urusan perempuan yang tidak membutuhkan Aldi didalamnya. Setidaknya Aldi bisa mengantarkan Jihan jika tidak bersama Venna, Venna tidak menganggunya, tapi dia tidak nyaman harus mengajak Venna juga untuk kepentingan adiknya.

 Setidaknya Aldi bisa mengantarkan Jihan jika tidak bersama Venna, Venna tidak menganggunya, tapi dia tidak nyaman harus mengajak Venna juga untuk kepentingan adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Night, Matcha Latte✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang