PART 2 : Keputusan yang gila
***
Kedua orang tua Kinan selalu melakukan kunjungan rutin selama tiga bulan sekali untuk memastikan si bungsu aman dan nyaman selama tinggal sendirian di kota orang. Kos-kosan yang tak cukup aman lantaran banyak anak laki-laki datang silih berganti juga menjadi alasan mengapa orang tua Kinan yang tinggal di Semarang rutin melakukan kunjungan maupun video call setiap hari.
Sudah beberapa kali Kinan diminta untuk mencari kos-kosan yang lebih bagus dan terjamin pengamanannya namun gadis itu menolak permintaan ayah dan ibunya.
Bukan tidak mempedulikan keselamatan diri sendiri, bukan itu. Kinan hanya merasa tak tega kepada orang tuanya. Biaya semesteran jelas tidak sedikit, belum lagi uang jajan dan keperluan sehari-hari. Ibunya hanya pemilik warung sembako sementara ayahnya penjual sate yang mana tiap pagi mengurusi sawah. Mungkin mereka lebih dari mampu memberinya tempat yang bagus, hanya saja Kinan tidak ingin terlalu merepotkan.
Kemarin Kinan ingat baru saja memberitahu ibunya jika perutnya sedang sakit lantaran hari pertama haid. Tapi Kinan melewatkan satu hal bahwa tiga bulan ini kedua orang tuanya belum melakukan kunjungan rutin. Jadi sekalian untuk memastikan kondisinya, ayah dan ibunya datang ke Jakarta tanpa memberikan kabar apapun.
Kesialan pun menimpa Kinan berkali-kali hari ini. Pertama, gangguan Prabu. Lalu yang kedua orang tuanya datang di saat teman sekelasnya itu masih berada di kos-kosan dalam keadaan tidak memakai baju pula.
Bak sedang melakukan sidang akhir, Kinan yang merasa sakit kepalanya mulai reda setelah beristirahat cukup lama, hanya bisa menunduk dalam. Begitu juga dengan Prabu yang beberapa waktu lalu meminta izin untuk melaksanakan sholat ashar sebelum menerima penghakiman dari orang tua Kinan yang tampaknya salah paham atas apa yang dilihatnya di kos-kosan sang putri.
"Sebagai orang tua kami sangat kecewa dengan ulah kalian. Terutama kamu, Kinan. Kamu menghancurkan kepercayaan yang Bapak sama Ibu berikan."
"Pak, Kinan bisa jelasin."
"Om, Tante, sebelumnya saya meminta maaf untuk kesalahpahaman yang terjadi saat ini. Saya berani bersumpah jika saya tidak melakukan apapun bersama Kinan. Tadi kami sedang mengerjakan tugas kelompok. Hanya itu."
"Tugas kelompok macam apa yang dilakukan berdua di kos-kosan. Terlebih tadi kami lihat Kinan sedang tiduran sementara kamu keluar dari kamar mandi dengan tubuh basah."
Ngomong-ngomong, makanan pesanan Prabu sudah datang dan berakhir tergeletak begitu saja di atas kasur Kinan.
"Saya berani bersumpah Om. Tadi saya kecapean ngerjain tugas selama tiga jam non-stop. Dan kebetulan saya mau sholat ashar makanya sekalian mandi karena nggak nyaman badan saya penuh keringat."
Kipas angin di kos-kosan Kinan tidak berfungsi dengan baik yang membuat Prabu sempat mengumpat karena ruangan yang terlalu panas. Herannya Kinan bisa tidur dengan nyaman.
Benar-benar gadis kerbau.
"Kinan sedang sakit Om, Tante, sementara tugas kelompok kami harus segera diselesaikan. Makanya saya terpaksa kesini."
"Gimana sama orang tua kamu? Sudah di telpon?"
Prabu menelan saliva sebelum kemudian memberi anggukan pelan.
"Sudah, Tan."
"Terus apa jawaban mereka?"
"Anu itu Tan, Mama sama Papa saya sedang dalam perjalanan kesini."
"Baguslah. Kita tunggu orang tua kamu datang baru selesaikan semuanya."
Harusnya Prabu menuruti permintaan Kinan untuk menunda pengerjaan tugas kelompok. Siapa sangka jika sikap keras kepalanya malah membawanya ke dalam petaka. Nantinya dia tidak hanya berhadapan dengan orang tua Kinan, tetapi juga kedua orang tuanya yang tadi sempat mengomel karena ia tak mau mengatakan dengan jujur alasan mengapa memaksa mereka untuk datang ke kos-kosan sempit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
ChickLit--REPOST-- Ini adalah kisah milik Prabu Dwi Ranjaya dan Kinandari Adya Rumaisya. Dua mahasiswa semester empat yang harus terjebak ke dalam pernikahan di usia mereka yang baru menginjak 20 tahun. Semua berawal dari kesalahpahaman yang membuat keduany...