Jangan lupa vote komen. Follow juga.
Instagram: Wihelmina Miladi
Di IG admin biasa update spoiler atau video-video trailer/ilustrasi cerita.
Pagi ini Evans dan Nara sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Evans sudah mengenakan seragam SMA-nya, dan Nara mengenakan seragam guru. Nara melirik Evans sejenak, kemudian ia menghela napas. Rasa malu sekali mengakui fakta kalau bocah berseragam SMA itu yang merupakan muridnya sendiri kini menjadi suaminya. Nara sepertinya akan sangat lama untuk bisa menerima fakta ini, karena itu sangat melukai harga dirinya.
"Kenapa sih pagi-pagi udah mengehela napas aja, kaya yang banyak pikiran aja." Evans ternyata begitu peka.
"Gapapa, cuma lagi kepikiran aja. Rasanya aku jadi kaya pedofil yang menikahi pelajar. Aku malu, pokoknya jangan sampai ada yang tahu tentang pernikahan ini. Reputasiku bisa hancur, dan kamu bisa dikeluarkan dari sekolah. Meskipun papamu pemiliknya, tapi itu tidak bisa menyelesaikan masalah begitu saja kalau ini sampai ketahuan."
"Ra, cukup dong kamu berpikiran kaya gitu. Aku itu bukan bayi atau balita, jadi kamu bukan pedofil. Lagian bukannya banyak guru yang menikah dengan muridnya sendiri. Kamu lupa sama Pak Davin yang menikahi Mitha? Terus Pak Marcel yang nikah sama muridnya juga siapa itu lupa nama istrinya."
"Beda dong, Evans. Pak Davin menikahi Mitha saat dia udah lulus sekolah. Dan Pak Marcel menikahi Indri juga saat Indri udah masuk kuliah."
"Apa bedanya, aku juga sebentar lagi lulus, Ra."
"Beda, jelas beda. Apalagi guru-guru yang kamu sebutkan tadi itu cowok, sedangkan aku cewek. Aneh aja 'kan guru cewek menikahi muridnya. Kalau guru cowok, okelah itu kasusnya cukup tidak bisa disebut aneh."
"Hah, sudahlah, hentikan perdebatan ini, Ra. Aku tidak peduli dengan pandangan dan penilaian orang lain, karena yang menjalani hidup kita 'kan kita sendiri, bukan mereka. Lebih baik kita sekarang sarapan, kamu gak mau 'kan kita terlambat hanya karena perdebatan konyol ini."
Karena dirasa omongan Evans ada benarnya, Nara memutuskan untuk mengakhiri perdebatan pagi itu. Di rumah itu ada dua ART dan satu satpam. Sedangkan tukang kebun biasanya datang mingguan.
"Yuk, berangkat." Evans mengajak Nara berangkat bersama.
"Aku naik ojek aja deh, aku takut ketahuan."
"Astaga, Nara. Gak bakal ada yang curiga. Semua orang juga tahu kalau kita sejak dulu satu rumah."
"Tapi untuk jaga-jaga saja, aku tidak mau kalau sampai ketahuan."
"Ra, ayolah aku sudah berjanji pada papa untuk selalu antar jemput kamu."
"Hah, tapi janji harus hati-hati biar gak ketahuan."
"Iya, aku akan hati-hati."
Tiba-tiba saja Evans mencium pipi kanan Nara, setelah itu melenggang pergi dengan raut wajah santai seolah tanpa rasa bersalah. Sedangkan Nara merasa aneh karena semenjak menikah dengan Evans, lelaki itu jadi lebih sering melakukan kontak fisik dengan Nara tanpa rasa canggung.
Kini keduanya sudah berada di mobil, Evans mengendarainya dengan santai karena kalau cepat-cepat bisa-bisa istrinya ngambek.
"Nanti kita makan malam di luar yuk, bosen di rumah terus."
Evans ingin semakin dekat dengan Nara, seperti sepasang kekasih pada umumnya.
"Gak ah, takut nanti ada murid atau guru sekolah kita yang lihat." Nara langsung menolak.
"Kamu selalu gitu deh, emangnya kalau ada yang lihat kenapa sih. Lagian 'kan aku udah bilang berkali-kali, mereka gak akan curiga karena mereka tahu kita yang sudah seperti keluarga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Murid Nakalku
عاطفية"Apa yang kau lakukan, Evans. Jangan bertindak tidak sopan, ingat, aku adalah gurumu!" -Naraya- "Di sekolah, kamu memang guruku. Tapi di atas ranjang, kamu adalah istriku. Ingat itu, Naraya!" -Evans- Follow akun Wattpad ini sebelum baca! Follow Inst...