Cerita bisa dibaca sampai tamat di Karya Karsa Wihelmina Miladi di bagian seri.Esok harinya Evans terbangun lebih awal karena merasa ingin ke toilet, dia kaget mendapati ada Naraya tidur disebelahnya. Untuk sesaat Evans memang lupa karena otaknya belum kumpul sempurna.
"Oh iya, gue 'kan udah nikah. Bisa-bisanya lupa." Evans terkekeh.
"Jadi ini rasanya bangun pagi dan disebelah kita ada seseorang. Aneh juga rasanya, tapi entah kenapa ini terasa menyenangkan."
Tanpa sadar Evans tersenyum memandangi Naraya yang masih tertidur pulas. Dia membelai rambut Naraya yang sedikit menutupi wajah. Lalu Evans menyingkirkan rambut itu ke belakang agar tidak menutupi sebagian wajah istrinya.
"Cantik," ujarnya spontan, kemudian Evans bergegas pergi ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi yang penuh keheningan, Evans jadi kembali memikirkan masa lalu. Kala itu masa pubertasnya. Saat Evans kelas Sembilan SMP, dia menyadari kalau dirinya menyukai Naraya. Tapi tentu saja Nara hanya menganggapnya sebagai seorang adik. Evans yang kesal marah dengan keadaan, mengapa umurnya dan Naraya harus terpaut begitu jauh. Awalnya Evans menganggap kalau itu hanya cinta monyet yang akan menghilang suatu hari nanti.
Pada saat itu dia menganggap itu wajar karena temannya juga ada yang menyukai orang yang usianya lebih tua. Teman satu kelasnya malah menyukai guru mereka sendiri. Evans hanya menganggap kalau perasaan ini akan menghilang dengan sendirinya. Tapi ternyata begitu sulit melupakan cinta pertamanya, dia yang frustasi akhirnya memperlakukan Naraya dengan kasar.
"Ternyata perasaan ini masih ada, bahkan sampai detik ini. Tapi aku bersyukur karena pada akhirnya aku bisa memilikimu. Aku tidak akan melepaskanmu, tidak akan pernah." Evans memandang pantulan dirinya di cermin kamar mandi.
"Caraku mendapatkanmu mungkin memang salah, aku juga tidak menyangka akan jadi seperti ini. Tapi aku tidak menyesal sama sekali, setidaknya karena ketidaksengajaan itu aku bisa memilikimu."
Tampak wajah Evans begitu cerah, sudut bibirnya terangkat, matanya terlihat berbinar seperti orang yang habis menang lotre.
Pada saat itu ternyata alcohol dan obat perangsang mampu membuat diri Evans yang sebenarnya bangkit. Begitu melihat Naraya, alam bawah sadarnya benar-benar menginginkan gadis itu.
Evans kembali ke kamarnya, dia berbaring disamping Naraya. Matanya terus memandangi sang istri yang sedang berada dialam mimpi. Dengan lembut Evans membelai pucuk kepala Naraya, dia berusaha selembut mungkin agar tidak membangunkan Nara.
"Cantik banget, istrinya siapa sih ini?" gumam Evans sambil terkikik sendiri.
Evans kemudian kembali merengkuh tubuh istrinya, ia mendekapnya seolah mengklaim kalau Nara adalah miliknya seorang. Kemudian Evans mengecup kening Nara dengan begitu lembut, ia memejamkan matanya lagi karena ini masih jam tiga dini hari.
Beberapa jam telah berlalu, kini jam menunjukan pukul lima pagi. Nara terbangun karena dia memang biasa bangun pagi. Nara sempat kaget karena ada lengan kekar yang memeluknya. Sama seperti Evans yang masih belum terbiasa, apalagi otaknya belum kumpul sepenuhnya karena baru tersadar.
"Astaga!" pekik Nara yang refleks mendorong Evans sampai suaminya itu bangun.
"Umm, hah, kamu kenapa sih, Ra? Pagi-pagi udah dorong suami aja." Evans setengah menggoda istrinya.
"Maaf, aku tadi kaget!" cicit Nara.
"Hah, iya gapapa. Kamu pagi banget udah bangun, padahal ini masih hari libur loh." Evans menguap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Murid Nakalku
Romansa"Apa yang kau lakukan, Evans. Jangan bertindak tidak sopan, ingat, aku adalah gurumu!" -Naraya- "Di sekolah, kamu memang guruku. Tapi di atas ranjang, kamu adalah istriku. Ingat itu, Naraya!" -Evans- Follow akun Wattpad ini sebelum baca! Follow Inst...