🌺Happy Reading🌺
______
Wa jaza u sayyi'atin sayyi'atum misluha, fa man 'afa wa aslaha fa ajruhu 'alallah, innahu la yuhibbuz-zalimin
Dan, balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.¹
PERNAH mendengar kalimat yang mengatakan, jika peringatan dan hidayah dari Allah terkadang datang dari arah yang tidak pernah disangka-sangka? Kini, Tsabina menemukan sendiri makna dari kalimat itu.
"Alhamdulillah, bacaan Aina sekarang sudah lebih baik." Tsabina tersenyum, mengusap singkat kepala Aina. Salah satu santri Baiti Jannati yang baru berusia dua belas tahun.
Aina sumbringah. "Yang benar, Kak Tsab?"
Tsabina mengangguk. "Benar, sayang. Terus belajar, ya?"
"InsyaAllah, Kak Tsab. Terimakasih juga sudah banyak mengajari Aina. Karena Kak Tsab, sekarang Aina bisa baca dan menghafalkan qur'an seperti keinginan almarhum Abi dan Umi." Kata Aina.
"Sama-sama, Aina. Kak Tsab cuma sebagai perantara dari Allah untuk Aina. Semoga Allah jadikan hafalan yang Aina punya, sebagai pemberat amal orang tuamu di sana, ya?"
Aina mengusap wajahnya. "Aamiin."
Menutup mushaf usai menerima ziyadah² dari salah satu santri bernama Aina itu, Tsabina merasa tersentil mengingat makna dari ayat yang baru saja ia dengar.
Dimana ayat tersebut menyinggung tentang balasan bagi pelaku keburukan yang tak lain adalah keburukan semisalnya, dan tidak ada tambahan untuk itu. Tetapi, barangsiapa memaafkan pelaku keburukan dan tidak menghukumnya, lalu ia memperbaiki hubungan dirinya dengan pelaku yang dimaafkan tersebut demi mencari ridho Allah, maka Allah menjamin pahala maafnya.
Karena, pada dasarnya Allah tidak mencintai orang-orang zalim yang memulai permusuhan terhadap manusia dan berbuat buruk kepada mereka.
Namun, mudah jika hanya sekadar mendengar dan menerima. Sedangkan, yang paling sulit adalah melakukannya. Tsabina tidak memungkiri jika ia turut andil melakukan kesalahan dengan tidak mengindahkan apa yang ia dengar. Meski begitu, entah kenapa hatinya masih saja sulit untuk berdamai.
"Tsabina!"
Tsabina terlonjak saat pahanya ditepuk. Mengerjap, gadis itu lantas menghela napas melihat Zahra yang justru terkekeh di hadapannya.
"Kamu buat saya kaget!" Tsabina mendelik, tak suka.
"Maaf, ya? habisnya kamu melamun waktu aku ajak bicara." ucap Zahra, menggigit bibir bagian bawah.
"Bicara apa tadi?" Tsabina mengalihkan demi menghindari perasaan tak nyaman yang Zahra tunjukan. "Maaf, saya gak dengar."
"Soal rumah sewa yang santri kita tempati sekarang." Zahra mendongakan kepala, memberanikan diri menatap Tsabina yang kini juga tengah menatapnya dengan raut wajah datar.
"Kemarin, pemilik rumah ini datang. Beliau titip pesan karena beberapa hari ini tidak bisa menghubungi kamu. Katanya, beliau tidak bisa melanjutkan sewa rumah untuk santri Baiti Jannati. Rumah ini akan ditempati sendiri oleh anaknya yang baru menikah." sambung Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say ... "I do !"
Teen FictionRafif Yazeed Ilhamy, penulis terkenal yang pernah menorehkan luka teramat dalam di hati Tsabina selama delapan tahun lamanya. Kini, pemuda itu kembali datang dengan satu tujuan. Yaitu, mendengar Tsabina mengatakan ... "I do!" _____ -cover by : 'pint...