🌺Happy Reading🌺
_______
"KAK, Tsabina pulaaang!"
Suara khas nan menggemaskan yang selama beberapa tahun belakangan selalu terdengar riang menyambutnya pulang. Tsabina terkekeh, merentangkan tangan seraya menatap langkah kecil anak laki-laki yang tahun ini genap berusia empat tahun. Keponakan pertama, yang akrab memanggilnya dengan sebutan 'Kak' itu sedikit berlari dengan robot mainan ditangannya.
Hasan Al Zafir
Putra pertama Ali dengan istrinya, Fateemah—menjadi pengusir penat setelah ia lelah bekerja. Segala tingkah lakunya selalu berhasil membuat Tsabina tertawa.
"Assalamualaikum, ganteng." Tsabina mengucap salam. Lantas, menciumi pipi gembul Hasan dengan gemas.
Hasan menggeliat, geli. "Waalaikumsalam." jawabnya.
Satu diantara banyak hal yang membuat Tsabina merasa gemas pada Hasan. Keponakannya itu sudah lugas dalam hal pengucapan meski diumurnya yang masih balita.
"Mana coklat, Hasan?" kata Hasan sambil menadahkan tangan mungilnya. Sontak, hal itu membuat tawa Tsabina kembali berderai.
"Oh, Hasan mau coklat?"
Hasan mengangguk antusias.
"Ok! tunggu sebentar." Tsabina berjongkok, menyamakan tingginya dengan Hasan. "Kak Tsab ambil dulu coklatnya, ya!" ucap Tsabina. Lantas, segera melepas ransel hitam dari gendongan. Mengambil sebatang coklat yang sudah ia persiapkan sebelum pulang.
"Nah, ini dia coklatnya!" seru Tsabina, mengulurkan sebatang coklat pada Hasan. "Bilang apa coba?" tanyanya.
"Terimakasih, Kak Tsabina!" ucap Hasan dengan tatapan berbinar.
"Sama-sama sayang." Tsabina mengacak gemas rambut halus milik Hasan.
Jika Allah mengambil sesuatu yang tidak pernah kamu sangka akan diambilnya, maka Allah akan memberimu sesuatu yang tidak pernah kamu sangka akan mendapatkannya.
Kalimat dari salah seorang ulama itu terasa nyata bagi Tsabina. Setelah badai ujian yang membuat bahtera keluarganya karam, kini Allah menggantinya dengan bahtera yang baru. Meski, kali ini Zafir bukan lagi yang bertindak sebagai pemimpin, tetapi di bawah kendali Ali, sang abang. Bahtera mereka tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Bahkan, beberapa tahun setelah kehadiran Fateemah dan Hasan di tengah-tengah mereka, kebahagiaan rumah ini terasa kian bertambah.
"Loh, sudah pulang, Dek?"
Tersentak saat bahu kanannya ditepuk pelan, Tsabina segera berdiri. Lantas, berbalik badan menatap Ali dan Fateemah yang sudah berdiri di belakangnya dengan kening berkerut, heran. Pasalnya, Tsabina biasa tiba di rumah pukul sepuluh malam.
"Iya, bang." jawab Tsabina, mencium punggung tangan Abang dan Kakak iparnya bergantian.
"Tumben pulang cepat?" Ali memicing curiga.
"Lagi pengen aja."
"Lagian kamu aneh Mas! Adiknya pulang larut, kamu marah. Sekarang pulang cepat, kamu malah heran." Fateemah menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say ... "I do !"
Genç KurguRafif Yazeed Ilhamy, penulis terkenal yang pernah menorehkan luka teramat dalam di hati Tsabina selama delapan tahun lamanya. Kini, pemuda itu kembali datang dengan satu tujuan. Yaitu, mendengar Tsabina mengatakan ... "I do!" _____ -cover by : 'pint...