5. Situasi

114 8 0
                                    

Di sini Isagi dan Rin berada, di ruangan khusus yang menampilkan banyak monitor dan projektor yang menyala. Si pemilik ruangan mengulum senyuman manis kepada pria baru yang di temui nya "Selamat datang Rin, perkenalkan nama saya Yukimiya Kenyu, cukup panggil Kenyu saja." "Itoshi Rin.". Bagaimana bisa Isagi dan Rin berada di sini? jawaban tepat nya adalah seteah mereka mengunjungi ruangan Anri dan Ego, keduanya sibuk mengurus beberapa masalah, tergesa-gesa hingga akhirnya Anri memerintahkan Isagi untuk menemui Kenyu, sang tangan kanan kepercayaan Anri.

"Saya udah banyak dengar tentang kamu lho, Rin." "ucap kenyu kepada Rin sembari mendekat membawa beberapa tumpukan kertas "Saya pikir kamu bakal turun seperti kakakmu, ternyata ga." "Ya, uh.. Maaf?" "Ga usah canggung, santai aja." Kenyu menjelaskan cukup banyak mengenai apa yang akan dikerjakan oleh Rin, bagaimana cara kerja monitor itu, koordinasi apa yang harus di lakukannya bersama Kenyu, bagaimana cara dia bekerja sama dengan divisi lain, semua dijelaskan secara detail oleh Kenyu.

Rin mendengarkan dengan baik, dia cukup diam ketika orang lain berbicara mengenai sesuatu yang penting, terkadang Rin melontarkan pertanyaan jika dirinya kurang paham mengenai apa yang tidak ia mengerti.

Pembicaraan itu berlangsung lama, di selesaikan dengan Isagi yang berpamitan secara tiba-tiba "Ken, Gue minta izin pergi ya?" Rin sontak menengok kepada Isagi, memandangnya dan mempertanyakan, Isagi ingin meninggalkan nya bersama Kenyu? Dia masih orang baru di sini?! "Gue di tinggal?" tanya Rin kepada Isagi "udah waktunya gue ngejalanin misi Rin, lagipun sekarang lo harus bantu Kenyu." jawaban yang benar untuk Isagi, di tanggapi anggukan oleh Rin.

Isagi pergi, menyisakan Rin dan Kenyu di ruangan itu "Nah Rin, perhatiin saya kerja.. Sekira nya saya butuh bantuan nanti kamu saya panggil." "Iya kak." Kenyu tersenyum mendengar jawab ini, membuat dirinya membatin "Rin, bocah ini bisa sopan juga jika berada bersama orang tertentu." Kenyu kembali ke meja yang berada di ruangan tengah itu, di kelilingi beberapa monitor, di buntuti Rin yang mengikuti kemana Kenyu pergi.

.
.
.
.
.
.
.

"Agen-2J5 meminta bantuan!"

"Pelaporan mengenai kasus -----"

"Halo?! Halo?! Agen-72A9 membutuhkan beberapa alat!"

"Kondisi kami cukup baik disini, laporan selanjutnya akan kami sampaikan! --"

Mata turquoise milik Rin melebar kala melihat apa yang baru saja terjadi, monitor dan projektor itu menampilkan banyak suasana yang tidak pernah Rin lihat, laporan demi laporan masuk, suara-suara orang di sebrang sana yang terus menerus menyebutkan nama Kenyu, mereka bertugas dan Kenyu yang mengambil keputusan kala situasi benar-benar genting.

Rin memandang Kenyu dengan mata berbinar, pria ini benar-benar luar biasa. Tetap tenang walau semua masalah terus menerus timbul, mengambil dan menyimpan semua data informasi secara baik.

membutuhkan beberapa waktu untuk Kenyu menyelesaikan itu semua, setelah suara itu makin hilang Rin membuka mulutnya untuk berbicara "Itu yang harus gue kerjain?" "Ya, semacam itulah, tapi ga semuanya, tentu saya bimbing." "Wow.." "Keren?" "Iya." "Kalau begitu ayo belajar!"

.
.
.
.
.
.
.

Di pertengahan percobaan tugas pertama untuk Rin. Terdengar suara panggilan masuk dari salah satu monitor, Rin dengan cepat menjawab panggilan itu "Pusat agensi disini, bantuan apa yang bisa-" "Kenyu! Gue butuh bantuan! Kirimin bala bantuan!" ucapan Rin terpotong ketika mendengar suara yang tidak asing terdengar di sebrang sana "Abang?.." "... Rin? ini kamu? Kenyu dimana? panggil dia." "Abang dimana?" "..." tidak ada jawaban dari Sae, Rin memutuskan untuk menyerahkan ini kepada Kenyu.

Kenyu menerima itu jika keputusan Rin, dia dengan sigap mendekat dan mengambil alih tugasnya "Ini gue Sae, kenapa? Jelasin keadaan lo." "Cukup banyak, gue butuh bala bantuan, kirimin Ken." "Gue bisa kirimin itu, segera-" ucapan Kenyu terpotong dengan sambaran dari Rin secara tiba-tiba "Kak Kenyu, kirim aku"

.
.
.
.
.

Itoshi Sae POV

Mataku melebar ketika mendengar ucapan dari Rin, sungguh apa yang dipikirkan olehmu? ku mohon jangan gegabah, Rin. "Gak, yang abang mintain keputusan itu Kenyu, bukan kamu Rin." "Aku mau kesana." "Ga boleh." "Abang kenapa? setidaknya jelasin ke aku keadaan abang."

Terdiam, rahangku tidak berani membuka suara. Jika di jelaskan membuat Rin khawatir, aku harus mengambil keputusan yang tepat, benar bukan? "Abang cuman kekurangan orang, makanya minta bala bantuan."

Tidak ada jawaban dari Rin cukup lama hingga akhirnya terdengar suara Kenyu di sebrang sana "Bantuan udah gue kirim Sae, mau ngobrol sama adek lo bentar?" "Makasih Ken, ga perlu, nanti selesai gue yang omongin, gimana keadaan Rin?" "Anaknya diem linglung denger jawaban lo, seharusnya dia ga bodoh kalau lo lagi bohong." "Titip Rin, Ken." " Oke."

Itoshi Sae POV selesai.

Selesainya percakapan Sae dengan Kenyu, terdengar suara kericuhan di balik tembok tempat Sae berada "Cari penyusupnya! mata-mata sialan." . Sae yang mendengar itu sontak mundur secara perlahan, misi nya gagal lagi, kali ini dia memutuskan untuk kembali tanpa mengambil resiko apapun. Keluar dari gedung dengan keadaan selamat.

Sae melangkah keluar dari gedung secara mengendap-endap, para penjaga sibuk lalu lalang mencari penyusup; mencari dirinya. Sungguh kesialan yang terjadi pada Sae cukup membuatnya hampir kehilangan nyawa, tanpa sengaja menghancurkan sebuah barang akibat tersenggol dan membangunkan beberapa penjaga di sana adalah kesalahan yang fatal.

Dirasa cukup aman, Sae dengan cepat berlari menjauhi gedung. Ia melirik ke belakang untuk memastikan tidak ada yang menyadari kepergiannya, *Bruk Dirinya menabrak sesuatu di depan ketika ia melihat ke arah belakang, ia mendongakkan kepalanya dan dengan cepat meminta maaf.

Yang di tabrak pun diam saja, menatap dalam diam ke arah mata milik Sae, ia mengingat-ingat mata itu, mata turquoise dengan bulu mata yang lentik, bahkan di bagian bawahnya. Terasa cukup aneh menurut Sae, dia melenggang pergi tanpa izin pria itu.
Melihat kepergian Sae, pria itu diam sedikit bergumam.

"Tidak terlihat"

"Yang ku ingat hanya matanya."

"Dia memakai pakaian serba hitam."

"Bahkan rambutnya pun tertutup dengan kupluk sweater miliknya."

"Yang ku ingat adalah ciri khas matanya."

Apapun yang terjadi, kedua Itoshi bersaudara ini harus berhati-hati di waktu mendatang.

A Mission Boy With His Little Brother. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang