"Udah siap semua?" Tanya Sae kepada Rin, pagi ini pukul 04.45 kedua itoshi bersaudara ini mengemas barang-barang mereka ke dalam koper dan tas masing-masing yang ukurannya lumayan cukup besar.
"Udah, kayaknya." Jawab pria yang di tanya oleh Sae, Rin kemudian terdiam sebentar "Serius? Ketinggalan abang ga peduli" ucap Sae sembari menarik kopernya ke arah ruang tamu "Tunggu- Ih gue ga inget anjing." "inget-inget, abang tunggu di ruang tamu." Rin sontak mendongak dan menglihat ke arah sekeliling kamarnya "Bentar!".
Sae tidak menggubris adiknya yang gelagapan akibat takut di tinggal padahal waktu keberangkatan pun masih jauh tapi adiknya ini terlalu panik, sungguh sifatnya jauh berbeda menjadi manja jika bersama dengannya "Masih lama, Abang di ruang tamu." mendengar ucapan dari kakaknya, Rin pun menenangkan dirinya dan menyiapkan kembali barang-barang yang menurutnya penting.
.
.
.
.
.Sae berada di ruang tamu, lebih tepatnya duduk di sofa dan kembali mengecek barang-barang untuk keperluan misi nya, ia mengabsen setiap barang yang sekiranya dia butuhkan "Pistol, gas mata, sarung tangan, walkie-" ucapannya terhenti ketika terdengar suara ketukan pintu, ia melirik ke arah pintu dan terdiam sebentar "Siapa pagi-pagi buta begini dateng? Orang gila.".
"ABANG!" lamunan Sae terhenti ketika mendengar Rin berteriak sembari menuruni tangga, Sae melirik ke arah Rin dan meletakkan jari telunjuk nya ke mulut guna mengisyaratkan untuk tidak berisik.
Rin yang melihat gelagat Sae pun membungkam mulutnya dan mendekat "Kenapa?" "Ada orang di depan pintu" jawaban dari Sae pun membuat Rin melihat ke arah pintu "Ga di bukain?" Sae terdiam mendengar jawaban dari Rin.
Sudah cukup termasuk bodoh atau gegabah adiknya ini? Sae dengan sontak mencubit perut Rin "Gila, siapa pagi-pagi buta mau ngetamu?" yang di cubit pun hanya meng-aduh ria "Aw- Ouch! Oh.. Oh iya? rampok kali" "Mulut kamu kalo ngomong-"
Ucapan Sae kali ini terpotong lagi karena gedoran dari pintu, Sae bangun dari duduknya dan berdiri di depan Rin guna melindungi Rin "Siapa?!" Ucapnya pada seseorang di depan sana. Tidak ada jawaban hingga akhirnya gedoran itu terhenti dan terdengar suara tidak asing di sana "Sae? buka pintu."
"Lo siapa?" "Shidou, anjing buka cepet Sae bangsat dingin di luar!" Sae memutuskan untuk berjalan mendekati pintu di ikuti Rin di belakangnya, di bukanya pintu itu dan langsung terlihat pria berkulit tan; Shidou dengan keadaan mabuk "Sae, lo ke pusat ya?" ucapnya dengan lemas, Sae mengangguk lalu terdengar si bungsu itoshi berbicara "Bang do bau, lo minum seberapa banyak?" "Banyak cil, mau?" tawar shidou kepada Rin yang mendapatkan tatapan sinis dari Sae.
"Oh Sae, gue ikut ke pusat." "Ngapain?" "Dapet tugas dari sana, sekalian bareng ya." "Ya" "Biarin gue masuk" Sae memutar bola matanya dengan malas dan menarik lengan Rin untuk kembali ke sofa di ikuti Shidou yang langsung membanting tubuhnya ke sofa.
"Rin ikut?" Si pemilik nama menoleh ke arah Shidou, menaikkan salah satu alisnya dan memandang bingung ke arah Shidou "Ikut." Shidou sedikit menyipitkan matanya lalu memandang ke arah Sae "Sae, lo ngizinin?" "Gue ga bisa biarin Rin tinggal disini tanpa pengawasan".
.
.
.
.
.Kini Sae, dan Shidou membenahi barang-barang mereka di koper, di sisi lain si bungsu itoshi sedang tertidur lelap di dalam mobil karena dirinya yang kurang mendapatkan tidur yang cukup akibat semalam terjaga menunggu kepulangan si kakak.
"Lo yakin Sae?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Shidou "Ya, sama gue Rin aja ga aman, apalagi kalau ga sama gue?" "Tapi lo tau tugas lo seberapa bahaya kan kalau udah di pusat?" Sae terdiam, dia memikirkan apa yang Shidou ucapkan "Ya, bahaya.. Maka dari itu gue butuh kalian." Shidou yang mendengar itu tersenyum kecil dan berjalan masuk ke dalam mobil ketika sudah selesai "Mereka, ya?.."
Sae menutup pintu bagasi dan berjalan masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin dan menancapkan gas, menempuh perjalanan mereka ke pusat agensi di perkotaan dengan waktu beberapa jam yang cukup lama.
.
.
.
.
.Di sini mereka berada di depan gedung yang cukup besar, mesin mobil di matikan dan Shidou turun terlebih dahulu dari mobil "Gue duluan ya, misi negara bro~" yang hanya di jawab dehaman oleh Sae, Sae pun turun dari mobilnya dan membuka pintu mobil penumpang untuk membangunkan adiknya yang tertidur lelap.
"Rin? Dek, bangun." digoyangkannya pundak sang adik dengan lembut guna membangunkannya agar lebih cepat dan di tanggapi lenguhan kecil dari Rin "Mmhh.. silau." "Bangun Rin, udah sampe." "Huh.. Mmh? Sampe?" "Ngantuk banget?" "Ga, udah bangun."
Selesai membangunkan adiknya, Sae dan Rin pun segera menurunkan barang-barang mereka, Sae memimpin jalan untuk memasuki gedung. Banyak mata tertuju pada Sae, tidak. Lebih tepatnya kepada Rin yang berada di belakangnya, Sosok pria asing yang beberapa orang atau mungkin hampir semua tidak mengenalinya, pandangan aneh itu membuat hati Rin bergejolak, perasaan aneh yang sudah lama tidak Rin rasakan, takut, panik, cemas, menjadi satu.
Rin berjalan semakin mendekati Sae bak ekor, Sae yang menyadari itu hanya melirik Rin dari sudut matanya, ia menghela nafas prihatin dengan perasaan gundah yang menyerang adiknya, tidak mau memusingkan hal itu ia lalu kembali berjalan menuju suatu ruangan.
.
.
.
.
.Keheningan yang berlangsung cukup lama ini membuat Rin semakin meneguk ludahnya sendiri "Apa-apaan, bahkan atmosfer ruangan ini mencengkam, sial." ucap Rin di dalam hatinya. Mereka berada di ruangan ini, Ruangan Ego Jinpachi dengan seorang wanita yang berdiri di belakangnya, Anri Teiri.
"Dia adikmu?" Keheningan dipecahkan oleh Anri, seutas senyum di tunjukkan kepada Rin ketika dia bertanya kepadanya. Sae mengangguk sebagai jawaban "Ya." Ego sedikit menyipitkan matanya lalu sedikit terseringai "Kalau begitu apa dia ikut menjalakan misi bersama-" "Tidak." Tegas Sae memotong ucapan Ego.
Rin yang mendengarkan percakapan itu sedikit memiringkan kepalanya dan terlintas banyak pertanyaan di kepalanya. "Kalau begitu dia bisa membantuku di agensi ini tanpa harus turun kelapangan, benarkan?" Tanya Anri dengan semangat kepada Ego yang hanya mendapatkan jawaban dari pria berambut mangkuk itu.
"Aku tidak keberatan dengan itu tapi tidak tau dengan Rin dia setuju atau tidak." Ucap Sae dan menoleh ke arah Rin hingga membuat si pemilik surai hijau tua ini menatap sang kakak "Membantu tugas apa?" tanya Rin kepada Sae "membantu kakakmu." Bukan, ini yang menjawab adalah Ego, pria penuh muslihat ini berani memanipulasi jawaban untuk Rin di depan sang kakak.
"ku peringatkan, Rin masih di bawah umur dan jika terjadi sesuatu padanya aku tak senggan melakukan apa yang akan ku lakukan." Ucap Sae kepada Ego ketika dia menyadari tipu muslihat yang di rencanakan pria ini. Ego yang mendapat jawaban itu tertawa dan menepuk pundak Rin "Ku pastikan ini akan menarik, kau hanya perlu menyetujui nya, Itoshi Rin." "Uh? Baiklah."
"Rin, Jaga dirimu baik-baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mission Boy With His Little Brother.
PertualanganTentang Itoshi Sae di tugaskan dari agensinya untuk melakukan sebuah misi, namun diri nya memiliki adik; Itoshi Rin yang harus di jaga. "Abang mau ngejalanin misi? Rin mau ikut bang." "Ga Rin, keselamatan kamu lebih penting dari misi ini." Akan kah...