8. Rahasia?

92 10 0
                                    

*drap drap drap langkah itu terdengar di sebuah lorong yang cukup panjang. Pria jangkung dengan surai kehijau tuaan itu jalan menuju sebuah ruangan, perasaannya benar-benar gundah. Dia harus bertemu dengan pria itu, pria yang memiliki jabatan tertinggi di agensi ini.

Sampai disebuah pintu kayu yang cukup besar di buka dengan kasar oleh Rin membuat atensi beberapa orang menuju padanya. Bukan kepalang takut atau apa, namun Itoshi bungsu ini lebih memantapkan hatinya untuk berbicara dengan pria yang tepat duduk di sebuah meja di depan sana dengan bertenggerkan tangan memandang kearah dirinya.

"Dimana sopan santun mu tuan Itoshi?" Pria itu bertanya kepada Rin; Ego Jinpachi mendongakkan kepalanya seraya menyipitkan matanya. "Aku ingin berbicara empat mata denganmu." nampaknya Rin benar-benar tak mempedulikan hal lain selain perasaan hatinya "Bisa kau lihat bahwa aku sedang mengadakan rapat dengan beberapa atasan???" "ya, aku lihat lantas itu jadi alasan kau tak bisa berbicara denganku?" "Kau cukup mengganggu tuan Itoshi" "Ini mengenai-"

Ucapannya terpotong kala seorang pria yang nampaknya memiliki jabatan cukup besar membuka mulutnya untuk berbicara "Kami memberikanmu ruang tuan Itoshi, bicaralah dengan Jinpachi" pria itu melirik ke beberapa orang yang berada di ruangan itu, menganggukan kepalanya dan bangun diikuti dengan beberapa orang pergi meninggalkan ruangan

.
.
.
.
.
.
.

Kini ruangan itu hanya menyisakan Ego dan Rin yang memandang satu sama lain dalam diam, hingga akhirnya Ego mulai berbicara "Kau berhasil menarik perhatian mereka, Rin. Lalu apa yang ingin kau bicarakan? cepat waktumu disini hanya sebentar" "Cukup aneh, aku membutuhkan beberapa penjelasan." "Mengenai?".

Rin menarik nafasnya "Misi apa yang di jalanin abang?".

Hening,

Tidak ada jawaban..

Lawan bicaranya hanya diam saja.

Ada apa ini?

"Perlu memangnya orang sepertimu yang bekerja di agensi untuk tau apa saja yang di lakukan para agen?" "Aku termasuk pekerja juga." "Kau tak sama dengan mereka yang turun ke lapangan" "seberapa bahaya misi itu?".

Lagi dan lagi, Ego terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Cukup lama hingga akhirnya Rin bertanya lagi "seberapa bahaya misi itu? jelaskan padaku." "Tidak terlalu berbahaya" Tunggu, apa?! tidak terlalu bahaya katanya?

Rin mendengus kesal, ia sedikit meninggikan nada bicaranya "Tidak terlalu bahaya katamu? Lalu mengapa semua itu berikatan?!" "Maksudmu?"

Hah, apa? Ego tidak mengetahui apa yang dikatakan Rin? "Kertas surat yang berisikan marga keluarga itoshi, misi yang abang jalanin, racun, dan pria misterius itu. Memangnya kau tidak diberikan informasi ini?". Ego sedikit menyeringai " kau pikir di agensi ini hanya misi kakak mu yang kami pikirkan?" "Kau.." brengsek.

"Naif sekali, kau bahkan orang baru di agensi ini Rin, jangan pikir hanya karena kakakmu bekerja disini sudah lama kau memiliki wewenang untuk memojokkan ku." ucap Ego sembari bangun dan berjalan mendekati Rin, sontak Rin mundur beberapa langkah "Aku hanya membutuhkan beberapa penjelasan, bukan memojokkanmu." "Oh ya?" Ego Berhenti tepat di depan Rin, menepuk pundak si surai hijau tua dan berbisik di telinganya.

"...***.. ****.......**.."

Mata turquoise milik Rin melebar kala mendengar ucapan dari Ego, tubuhnya sedikit bergetar. Ia mundur kebelakang sedikit terhuyung, matanya mulai memanas berkaca-kaca. Ego yang melihat reaksi dari si bungsu Itoshi pun menyeringai berhasil menurutnya.

Rin menundukkan kepalanya, membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan ruangan itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jam menunjukkan pukul 00:12, Rin belum tidur. Sedari tadi dia hanya menatap langit-langit kamar miliknya, matanya sembab dan memerah. Rin menghela nafas kasar, mendudukkan tubuhnya dan melihat ke arah kasur milik Bachira, dan Isagi. Mereka sudah tertidur sedari tadi.

Oh, tunggu. Kasur Chigiri kosong, dimana pemiliknya? Rin mengerjapkan matanya berkali-kali, turun dari kasur dan berjalan mendekati jendela. Memandangi bintang-bintang yang menaburi langit malam "Mungkin dia masih menjalankan misi." gumam Rin.



"Lo belum tidur Rin?" Suara itu datang dari pintu kamar, Rin menoleh kebelakang dan mendapatkan Chigiri berdiri di ambang pintu "Belum." "Waw, istirahat Rin emangnya ga mengantuk?" sekali lagi Chigiri bertanya, ia masuk ke dalam, menutup pintu yang berada di belakang nya dan merapihkan barang-barangnya. "ga, lo sendiri? baru selesai menjalankan misi?" "kayak yang lo liat." "sangat larut." "pulangnya? ini termasuk normal menurut gue."

Memangnya larutnya para agen pulang jam berapa? jam segini masih terlalu awal kurasa. Apakah Sae selalu pulang sebelum tepat jam 12 malam? itu yang di pikiran Chigiri, menurutnya Rin belum pernah melihat Sae pulang pukul 2 atau 3 dini hari, atau bahkan kembali di jam subuh.

Cukup hening cukup lama, hanya terdengar suara dari Chigiri yang sibuk merapihkan barang-barang miliknya. "Melanjutkan misi abang yang gagal ya?" mak jleb, Chigiri sontak memberhentikan kegiatannya, menoleh ke arah Rin "Bagaimana?" "Bang Kenyu yang ngasih tau." ohh.. Kenyu, oke.

"Iya Rin, bener." Chigiri menyetujui itu, toh jika keputusan Kenyu adalah memberitahu itu kepada Rin, berarti ini cukup penting menurutnya. "Boleh tanya sesuatu?" "Boleh, apa si yang ga." adeknya Sae masa gue kacangin "Misi apa yang lo jalanin Chi?" "Hmm.." "Chi, tolong jujur." "Cuman observasi, Rin." "Terus kenapa abang bisa gagal?" "Ketauan bukan?" "ga salah."

Tidak, bukan jawaban ini yang Rin inginkan "Chi." Sekali lagi, Dia ingin memastikan ini. Chigiri yang di panggil pun memfokuskan atensinya kepada Rin "Yo?" "besok masih ngejalanin misi?" "Hah? iya lah, belum kelar Rin. Lagi juga kayaknya bakal makan waktu lama jadi-" "Gue ikut."

Chigiri membelalakan matanya, Sungguh ucapan Itoshi bungsu ini membuat jantungnya berhenti berdetak 00000,01% detik. Apa-apaan Itoshi Rin?! Lo mau gue di hajar abang lo?! "Ga bisa." "Alasannya?" "Ya, karena lo kerja di agensi, bukan di lapangan-" "Persetanan sama itu, alasan bangsat." "Taruhannya gede Rin." "Terus? Gue ikut." "Woi anjir.."

Sungguh betul dan benar bahwa Itoshi memang keras kepala dan ga mau ngalah "Perlu izin dulu." "Izin ke siapa? abang?" "Ya, maybe?" "Diem-diem pergi, apa susah." Sudah hilang akal Chigiri untuk menahan Rin, tak mempunyai alasan lagi "tetep ga bisa, Rin. Lagi pula lo baru kan disini? masa langsung mau nentang." "lambat laun juga bakal tanggung jawab sama tugas yang dikasih, Please Chi." Baru kali ini marga Itoshi memohon.

Chigiri menghela nafas, mendekati Rin lalu menepuk pundaknya "Oke, tapi ini rahasia." Cukup terkejut Chigiri menyetujui apa yang Rin minta, Rin mengangguk paham "Gue jaga diri sendiri baik-baik kok." "Setidaknya jangan sampe lo lecet, taruhannya dihajar abang lo." "Iya Chi, gue paham."

Malam ini menjadi percakapan rahasia di antara Rin dan Chigiri.























'Itu..'


























Yang dimana seseorang mengetahui rahasia itu.

A Mission Boy With His Little Brother. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang