Chapter 2

274 26 76
                                    

"Son?"

Travis menajamkan telinganya saat mendengar suara sang papa memanggilnya. Travis tersenyum mendengar derap langkah Jovan yang menghampirinya.

Jovan mendudukkan dirinya di samping Travis, mengusak lembut surai si manis.

"Udah malem, bobo ya?" Ujar Jovan lembut.

Travis menggeleng. "Avis masih pengen dengerin musik, pa" jelasnya.

Jovan mengangguk. "Papa temenin sampe avis bobo ya?"

"Iya. Mau"

Jovan mengubah posisinya menjadi naik di kasur dan bersandar pada Headboard kasur. Travis? Pandangan itu lurus ke depan dengan telinga yang tertempel earphone.

"Papa?"

Jovan menoleh. "Hm? Kenapa sayang?"

"Mata avis makin burem. Ini gabakal kenapa kenapa kan, pa?" Tanya Travis agak ragu.

Jovan terdiam. Semakin burem? Maksudnya? Tidak. Ayo berfikir positif Jovan.

Jovan merapikan rambut Travis yang menghalangi mata anak itu.

"Gapapa sayang. Nanti kita cek ke dokter lagi ya? Sekarang avis bobo sini papa peluk. Nanti papa matiin musiknya kalo avis udah nyenyak" tutur Jovan lembut.

Travis mengangguk. Ia langsung mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping menghadap Jovan. Tangannya memeluk erat tubuh Jovan dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jovan.

Tanpa sadar, Mia mengintip di balik pintu. Jujur saja hatinya teriris karena melihat keadaan putranya yang berbeda dari anak lain. Di bilang tunanetra bukan, tapi di bilang enggak juga bukan.

Terkadang, Jovan dan Mia benar benar sedih dan selalu berusaha untuk mencari obat agar Travis putra kesayangannya bisa melihat dengan jelas dunia itu seperti apa. Bahkan, Mia sering menangis tengah malam.

••••

Pagi tiba. Mia tengah menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan putra kesayangannya. Sesaat, Mia mendengar derap langkah kaki dari arah tangga, ia lantas menoleh mendapati sang suami yang turun dengan pakaian yang sudah rapi dengan jas kantornya.

Jovan menghampiri Mia, ia mendudukkan dirinya di meja makan di ikuti Mia. Travis? Anak itu masih belum bangun mungkin akan bangun siang karena semalam Travis sibuk bercerita dengan Jovan sampai jam 12 tengah malam.

"Nanti bangunin adek, mas mau ke rumah sakit"

Mia mengernyit. "Kenapa? Ada sesuatu?"

Jovan menghela nafas panjang. "Mas mau cari dokter spesialis mata buat adek. Mas gatega kalo harus liat adek kayak gitu, apalagi adek masih polos"

Mia mengangguk. "Iya mas, nanti kabarin yang baiknya" ujar Mia sembari memakaikan dasi pada jas sang suami.

"MAMA PAPA!!"

Jovan dan Mia terkejut bukan main. Lantas keduanya langsung buru buru lari ke kamar atas, membuka paksa pintu kamar Travis dan langsung membawa putra kesayangannya ke dalam dekapannya.

Travis? Anak itu sudah menangis histeris sejak tadi.

"Papa ga mau! Papa GAMAUU!! HIKS GAMAUU!!"

Jovan terus mendekap putranya sedangkan Mia hanya bisa ikut menangis. "Ssttt, hey boy. Kenapa hm? Anak papa kenapa sayang, kenapa nangis?" Jovan mengusap usap lembut surai Travis mengecup sayang puncak kepala anak itu.

"Gelap papa..."

Deg.

Dua kata mampu membuat Jovan dan Mia terdiam. Hatinya sakit bagaikan di iris ribuan pisau.

Complementary Gems [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang