Fase 4.5

50 11 15
                                    

"Pemerintah militer? Maksudmu mereka hendak membasmi warga?"

"Buktinya ada pada pergerakan Putra Mahkota."

Perasaan ngeri menderanya. Fumiya batal membuka mata ketika ia mendengar kalimat rahasia tersebut, berpura-pura masih tertidur. Ia memasang telinga pada tiap kata yang diucapkan penculiknya, memproses informasi tiba-tiba yang ia yakin dapat membantu keluarga.

Fumiya tidak asing dengan konflik negara. Berkat ajaran ibu serta ayahnya, ia memiliki pengetahuan lebih banyak tentang itu dibanding anak-anak seusianya. Meski ada masa-masa ketika kepala kecil Fumiya tidak dapat menangkap maksud yang disampaikan karena istilah-istilah asing, ia tetap tergolong cerdas. Tapi saat ini berbeda.

Tidak pernah ia merasa begitu ketakutan, bahkan untuk menarik napas pun ia amat berhati-hati, seolah gerakan sekecil semut dapat membuatnya kehilangan nyawa. Namun, siapa pun pasti sama sepertinya jika mereka tanpa sengaja mengetahui rencana pembasmian manusia oleh orang-orang yang seharusnya melindungi mereka.

Ia memaksa diri untuk tetap tenang. Tangannya terikat di belakang tubuh, makin sakit dengan berlalunya waktu, tetapi Fumiya harus diam jika tak ingin menarik perhatian. Maka dengan jantung yang berdegup kencang, Fumiya mengatur napasnya hingga tampak seolah ia masih terlelap setelah kelelahan melawan penculikan.

"Apa saat ini Putra Mahkota ingin menghancurkan negerinya sendiri?"

Seorang perempuan mengajukan pertanyaan. Fumiya tidak tahu bagaimana rupa perempuan itu, tapi dia jelas memiliki suara yang enak didengar. Mungkin dia seorang penyanyi. Ia kembali menyimak percakapan yang sesekali di jeda oleh suara tegukan berulang.

"Bisa jadi begitu." Dengan serta merta suara lain menjawab. Fumiya cukup yakin pemiliknya adalah orang dengan mata ular, menilik dari betapa dingin nada bicaranya.

"Muatan dokumen di papan pengumuman resmi cukup menunjukkan bahwa kebijakan telah diubah untuk keuntungannya," lanjut si Mata Ular.

Ada jeda tegukan lagi sebelum suara kembar saling bersahutan.

"Apabila warga selain yujo²⁰ diketahui bersembunyi di luar daerah Kerajaan Matahari, pihak penemu akan melaporkan hal itu pada pemerintah. Apabila ia lalai maka keluarganya akan menanggung hukuman."

"Tabib dilarang memasuki daerah ini dengan naik tandu atau menunggang kuda."

Fumiya menelan ludah, menahan diri untuk tidak terkesiap akan tawa dari pemilik suara kembar. Mereka anehnya senang dengan muatan dokumen yang jelas-jelas merugikan rakyat kelas bawah dan hanya menguntungkan para kelas atas. Bagai tak miliki empati, mereka kini berpesta sambil membahas ketimpangan.

Perintah pertama berarti melarang masyarakat selain wanita penghibur secara bebas bepergian dan menerima pekerjaan di luar kerajaan. Guna menegaskan peraturan itu, siapa saja yang ketahuan melewati Gerbang Utama-satu-satunya jalan keluar dan masuk Kerajaan Matahari yang selalu diamankan oleh pos jaga Akatsuki-akan menerima hukuman berat dari pemerintah. Pada dasarnya, itu hanya cara mengurung warga biasa, sehingga jika sesuatu terjadi mereka tidak dapat meminta bantuan luar. Dalam hal ini, mereka akan menjadi tumbal keserakahan pelakon kerusakan.

Perintah kedua lebih merugikan lagi. Tak peduli berapa banyak orang yang jatuh sakit, mereka akan dipaksa menunggu tabib dari luar yang hanya diizinkan berjalan kaki saat menuju Kerajaan Matahari tiba, sementara tabib-tabib dari negeri sendiri dilarang bersinggungan dengan mereka. Sebab waktu lama yang dibutuhkan tabib-tabib itu dalam perjalanan, kebanyakan yang memiliki penyakit akan lebih dulu mati daripada mendapat pengobatan. Lagi-lagi keegoisan penguasa menciptakan kesengsaraan dan petaka.

Fumiya mulai mual karena pemikiran itu, ditambah aroma memuakkan dari minuman keras yang penculiknya konsumsi mengisi ruang sempit tempat ia ditahan. Sembari terus mengatur pernapasan, ia menyimak sampai langkah-langkah milik penculiknya mulai menjauhi ruangan, dan barulah Fumiya bisa mendesah lega.

WILD KINGDOM (The Unforgettable Words)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang