Ketika Toneri, Hinata, dan Neji kembali memasuki aula, sudah terdengar alunan yang berbeda. Mereka bertiga berjalan menuju tempat duduk sebelumnya. Toneri menghela napas setelah bersisian dengan Kashimura lagi, melirik pria itu yang sibuk mengobrol tentang topi anyaman bambu dengan sang istri.
Ia meraih gelasnya yang sudah berkurang separuh, menyesap dengan jeda tiga kali. Aula pertemuan masih sama ramainya, ia bisa melihat Putra Uchiha dan Tayu Shion bercengkrama di sudut ruangan, sama sekali abai dengan kemungkinan orang lain memergoki mereka. Ia membuang tatapan ke arah lain, pada Hyuuga Hinata.
Putri sulung keluarga Hyuuga tengah duduk sambil menunduk. Tidak ada kepercayaan diri yang dia tunjukkan seperti pada pertemuan pertama. Kali ini, terlihat Hinata yang lain, yang mengembuskan udara kerapuhan dalam keanggunannya. Ada kesan jika sesuatu menyentuh bunga yang menakjubkan ini, kelopak-kelopaknya akan segera jatuh ke lantai.
Penampilan Hinata begitu lembut, tapi entah bagaimana Toneri merasa seperti sedang melihat kepedihan dalam diri perempuan itu.
Ia menarik napas, menaruh gelas di atas meja. Ia sudah memiliki keinginan berbincang dengan Hinata saat Uchiha Sasuke tanpa peringatan memanggil nama si perempuan berambut gelap.
"Ini waktunya kau bekerja," ucap Putra Mahkota dengan kecongkakan sama seperti sebelumnya.
Hinata mendongak, hanya mampu mengangguk dan perlahan bangkit dari kursinya. Neji setia mengikuti. Dia melangkah ke sayap barat aula yang sengaja dikosongkan, kemudian duduk bersila menghadap semua yang datang.
Toneri menatap penasaran, alisnya terangkat karena heran. Tidak seharusnya putri jenderal seperti dia dibiarkan duduk langsung di atas lantai dingin seperti itu. Setidaknya harus ada karpet bulu atau sesuatu di bawah sana.
Seolah mengerti dengan pertanyaan yang tak disuarakannya, Kashimura berhenti fokus pada Michiko. Pria itu menyenggol lengan Toneri untuk mendapatkan perhatiannya.
"Sepertinya Uchiha itu menyuruhnya menunjukkan sesuatu. Mungkin permainan shamishen."
Kashimura mengangkat bahu, berpura-pura tidak tahu-menahu akan apa yang selanjutnya terjadi. Michiko di sebelahnya tersenyum tipis sembari menyuapi Fumiya.
Setengah ragu dengan ucapan Kashimura, Toneri kembali mengamati Hinata dan Neji, menerka-nerka pekerjaan apa yang dimaksud Sasuke.
Tayu Shion menyuruh seorang bujang membawa kotak berpernis keemasan yang panjangnya sekitar dua meter dan menaruhnya di depan Hinata, menunggu hingga Hinata mulai melepas pita-pita yang mengikat kotak. Dia mengeluarkan boneka oiran setinggi satu meter, berpakaian persis pakaian yang dikenakan Shion.
"Itu boneka penari, biasanya dipakai dalang Kugutsu¹². Kalau melihat dari bentuk dan kerapihan ukirannya, mungkin itu dari Kerajaan Angin." Kashimura menyeletuk santai, memasukkan sebuah bola-bola gula ke mulut.
Toneri mengangguk paham. Boneka penari, cara menggerakkannya adalah dengan memegang salah satu kakinya. Pada era Heian, ada seorang dalang yang bahkan bisa membuat bonekanya mengocok tabung berisi dadu saat memainkan sugoroku¹³. Menurut kata sejarah, itu adalah boneka jenis pertama yang sangat canggih karena jari-jarinya bisa digerakkan.
Hinata mengambil boneka tersebut lalu menggerakkannya dengan ahli. Salah satu asisten muda Shion menabuh tambur sementara yang lain memetik shamishen. Seraya bernyanyi dengan suara lembut, Hinata cekatan menggerakkan boneka.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD KINGDOM (The Unforgettable Words)
FanfictionOotsutsuki Toneri menjadi raja setelah ayahandanya mangkat. Kehidupan rakyatnya benar-benar damai bila dibandingkan dengan kondisi kerajaan seberang. Oleh sebab itu pula, sebelum meninggalkan sang putra untuk selamanya, ayahandanya meminta Toneri m...