Di Balik Semua Kisah: Penyihir Bulan Sabit

42 4 56
                                    

"Lepaskan!" seru si wanita.

Tsukiyoshi melepaskan pegangannya dari obi si penyusup. Namun dia mengarahkan pedangnya ke leher si wanita.

"Lihat! Dia memakai amigasa. Hanya penari yang memakainya. Penari wanita sama dengan—"

Belum sempat Kashimura menyelesaikan kalimatnya, zori—sandal jerami—dengan tali berwarna ungu sudah melayang mengenai wajahnya.

Kashimura berteriak kesakitan. Dia pun dengan lantang berseru, "Aku yakin benar, dia memang suruhan Madara!"

"Dasar bodoh!" perempuan itu tak kalah keras berseru.

Mendengar dakwaan bawahannya, Tsukiyoshi pun tanpa basa-basi menekan pedangnya hingga menyentuh leher si perempuan.

"Siapa kau?" Tsukiyoshi bertanya sembari memelintir tangan kiri penyusup tersebut.

"Akh!" Perempuan itu merintih kesakitan. "Apa begini kalian memperlakukan perempuan?"

"Iya." Tsukiyoshi menjawab tenang, "Jawab, atau pedangku mengantarmu ke neraka."

Perempuan itu tertawa kecil, "Yang akan ke neraka adalah orang yang membunuh tanpa alasan."

"Kau penyusup, itulah alasannya." Gerakan tangan Tsukiyoshi berpindah ke leher si wanita.

Akibat dari itu, kalung yang melingkar di leher wanita itu terjatuh. Kashimura melihat ada lambang bulan sabit di bandul kalung si perempuan. Kalung emas dengan bandul safir ungu. Dia kenal dengan lambang itu. Bukan orang sembarangan yang bisa memilikinya. Kashimura meyakini sesuatu. Dia perhatikan lagi si wanita dengan saksama. Mata dan rambutnya begitu tidak asing.

"Haaaa! Haaa!!!" Dia mengarahkan telunjuknya kepada wanita tersebut.

"Apalagi kali ini, Kashimura-kun?" Tsukiyoshi hampir bosan dengan teriakan-teriakan perwira remajanya yang satu itu.

"Kau? Kau penyihir dari Negeri Bulan Sabit!"

"HAH?" Tsukiyoshi dan perempuan tadi serempak menanggapi hal yang bagi keduanya tidak masuk akal.

"Aniki! Jauhi perempuan itu! Kita bisa kena sial!"

Anehnya, Tsukiyoshi dengan refleks menjauh dari si wanita dan mendekatkan diri kepada Kashimura, bahkan dia sekarang berada di belakang bawahannya itu. Kashimura pun berlagak seperti induk ayam yang melindungi anak-anaknya dari burung pemangsa berjenis elang.

Sekali lagi, zori bertali ungu itu melayang ke wajah Kashimura. "Sembarangan!"

Kashimura menghentikan ceritanya ketika dia melihat ekspresi dari Toneri yang mengeras. Ayah dari Fumiya itu tahu betul kalau putra Murasaki mengenali sosok wanita yang tiba-tiba hadir di kisah, dituduh penyusup pula.

"Ada apa?" tanya Kashimura.

Toneri mengedikkan bahu, "Aku hanya tertarik pada asal usul Panglima Tsukiyoshi."

"Aku akan katakan, jika sudah menyelesaikan sedikit lagi cerita ini."

Tawaran Kashimura dibalas dengan anggukan Toneri.

Maka, berlanjutlah kisah yang sempat tertunda tadi.

Keributan mereka mengundang para perwira lain untuk menyaksikan. Salah satu dari mereka beraksi dengan mengadukan hal tersebut kepada Panglima Utama Osamu. Beberapa saat kemudian, dia bersama putrinya datang ke lokasi kejadian. Situasi perang dinodai oleh tingkah Kashimura yang gegabah, adalah kesimpulan dari Osamu.

"Michiko, bawa nona itu ke tendamu!" Demikian titah Osamu.

Michiko melaksanakan perintah ayahandanya. Setelah kedua perempuan itu sudah berlalu, Osamu membubarkan para perwira yang ada di sana. Lalu, dia dan Kashimura berikut Tsukiyoshi kembali ke depan tenda pemimpin divisi sayap kanan. Tepat saat mereka menghentikan langkah, dari belakang, Osamu mengarahkan pedangnya kepada Kashimura.

WILD KINGDOM (The Unforgettable Words)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang