Di Balik Semua Kisah: Bulan Putih dan Panda Merah

46 8 51
                                    

Fusuma²¹ menuju pemandian bergeser terbuka dan Kashimura melangkah masuk. Selembar handuk biru muda disampirkan di bahu kirinya sementara tangan kanannya sibuk membawa satu setel pakaian berwarna jingga cerah. Demi melihat sang ayah datang membawa baju ganti untuknya, Fumiya langsung berenang ke tepi kolam air panas, hampir tergelincir saat naik ke atas. Toneri sigap membantu bocah itu.

"Tou-san!" Dia berseru senang. Kakinya yang basah membuat suara kecipak di tiap langkah.

Kashimura melambai, berjongkok saat putranya makin mendekat. "Ayo cepat berpakaian, ibumu sudah memesan ikan asap."

"Ikan asap?!"

Telinga Toneri berkedut mendengarnya. Sampai kapan pun ia mungkin tidak akan pernah terbiasa dengan suara keras dari ayah-anak di belakangnya, mereka masih menempati peringkat pertama sebagai yang paling berisik meski sebelumnya ia telah bertemu Kankuro. Ia makin menurunkan tubuhnya, berendam hingga setengah wajahnya berada dalam air.

Gemeresik kain menjadi tanda bahwa Kashimura tengah membantu putranya berpakaian. Dari dengusan dan gerutu pelan yang terdengar, bisa dipahami dia kesal sebab Fumiya terus bergerak hingga membuat usahanya memasang pakaian ke bocah itu makin sulit.

"Aduh, Fumi. Diamlah sebentar, Bocchan²²."

Fumiya terkikik pada penggunaan panggilan khusus itu, akhirnya menurut setelah melihat kerutan di dahi ayahnya bertambah dua kali lipat. Sembari mendesah lega, Kashimura kembali sibuk memasukkan tangan si bocah ke lubang lengan lalu menyelipkan ujung baju ke dalam celana pendek yang dipilihkan Michiko untuk putra mereka.

"Nah, sudah selesai," ucap Kashimura. Dia mengusap keringat yang tidak ada di wajahnya dan menepuk-nepuk bahu Fumiya. "Sekarang kembali ke kamar. Ayah mau bicara sebentar dengan Nii-chan."

"Bicara tentang apa, Tou-san?" Fumiya bertanya penasaran.

"Tentang ... rahasia. Anak kecil tidak boleh tahu."

Giliran Fumiya yang mengerutkan dahi, cemberutnya makin tampak ketika sang ayah perlahan menuntunnya keluar pemandian.

"Tou-san pelit!"

"Oi!"

Si kecil Fumiya secepat kilat berlari menghindari tangan ayahnya yang terulur untuk menangkapnya, menyempatkan diri untuk menjulurkan lidah dengan mengejek sebelum berbelok di lorong.

Kashimura mendengkus keras-keras. Tidak sadar dia bahwa sifat jahil yang Fumiya miliki adalah turunan langsung darinya. Dia berbalik menghadap Toneri yang masih betah berendam meski hari kian sore, segera akan lebih banyak orang menggunakan pemandian umum ini. Selagi ada waktu di mana tak ada yang akan mengganggu, Kashimura memutuskan ini saatnya menuntut penjelasan dari Toneri.

Toneri mendongakkan kepala ketika pria berambut merah itu berdehem.

"Kau belum menjelaskan keterlambatan kalian, Putra Bulan." Kashimura menatap lurus tepat ke arah mata Toneri.

"Sesuatu telah terjadi."

"Aku tahu itu dengan pasti. Itulah sebabnya aku meminta penjelasan darimu."

Toneri menimbang-nimbang, apakah ia harus jujur dan menceritakannya dari awal, atau hanya sebagian kecil saja. Dalam pikirannya, yang mana pun itu, terasa buruk. Ia memutuskan diam.

"Kau diam saja? Apakah aku harus memaksamu membuka mulut?"

Kalimat tegas dan raut serius itu sedikit membuat Toneri segan. Namun, ia masih saja enggan memberi tahu. Mulutnya terus terbungkam. Ia juga khawatir akan reaksi yang diberikan Kashimura jika dirinya sungguhan menceritakan penculikan Fumiya, bisa saja pria itu mengamuk dan menghancurkan area pemandian dengan tulang bajanya. Sifat keras Kashimura membuat Toneri ragu dia bisa mendengarkan dengan tenang sampai akhir cerita.

WILD KINGDOM (The Unforgettable Words)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang