Fase 5

49 10 58
                                    

“Aku telah banyak mengetahui berbagai cerita dari ibuku di waktu kecil. Ayahku juga tidak bosan menceritakan sebuah epos kepadaku sepeninggalan Ibunda Ratu.”

“Ibunda Ratu?”

Toneri mengucapkan sapaan yang belum seharusnya dia ucapkan di depan khalayak.

“Hm, bagiku ... ibuku adalah ratu di duniaku, di hatiku dan di dalam kepalaku.” Toneri berujar tenang.

Kecepatan Toneri dalam mengamankan situasi pertanda bahwa perpaduan antara nasab ibunya dalam beretorika dan pengalaman pemuda itu dalam retorikanya bekerja dengan sangat baik.

Shion tersipu, lantas berkata, “Sungguh manis. Kau adalah orang yang paling indah berkata-kata yang pernah kutemui.”

Toneri kembali memamerkan senyumannya. Kali ini senyuman yang benar-benar di hati. Bukan karena pujian Shion, tetapi karena ia teringat kalimat ayahnya.

“Orang yang indah dalam berkata-kata, di satu keadaan bisa akan menjadi paling kejam kalimatnya.”

Tentu sang ayah tengah menceritakan ibundanya. Senyum Toneri melebar tatkala saat ini pun ia dengan membicarakan sang ibu dengan Shion.

Hati Shion berdesir. Dia tidak menafikan bahwa lelaki di depannya memiliki daya tarik yang unik. Namun, kepalanya juga memberi peringatan bahwa dia hanyalah milik Uchiha Sasuke.

“Jadi, apa tujuanmu ke tempat ini?” Shion berdiri, mata Toneri meneliti.

Sebelum Toneri menjawab, Shion sudah duduk di sampingnya. Bertambah keras degup jantung si pengasuh Fumiya.

“Selain bercerita tentunya,” sambung Shion.

Telunjuk kanan Shion membelai pipi kiri Toneri, membuat lelaki itu memejamkan matanya karena panik. Namun, ia belum tahu harus berbuat apa untuk mencegah keributan sekaligus menemukan yang ia butuhkan.

“Tidak ada. Hanya ingin bercerita. Jadi, Nona ... bisakah Anda menyingkirkan telunjuk Anda?”

Kesopanan Toneri membuat Shion sedikit merasa segan. Tidak ada yang pernah menolak Shion. Alih-alih menolak, mereka sangat menginginkan wanita itu. Akan tetapi, sang bunga hanya dimiliki oleh penguasa, bahkan diberikan pengamanan khusus.

Telunjuk Shion tidak lagi berada di pipinya. Sebagai gantinya, dia menanyakan nama.

“Aku ingin nama aslimu.”

“Sesuatu yang kuinginkan belum aku dapatkan, tetapi Anda sudah menginginkan hal yang seharusnya tidak boleh Anda lakukan kepada pengunjung.”

Shion terkesiap. Dia hampir saja mengabaikan semboyan rumah bordilnya, bahwa kenyamanan dan keinginan pengunjung adalah hal yang utama.

“Baiklah, katakan!” Shion menghadapkan tubuhnya ke arah Toneri yang duduknya kaku.

“Sesuatu tentang ....”

“Hmm?” Shion menggoda.

“Orang hilang.”

Shion mengerutkan kening, “Aku tidak paham.”

“Aku adalah seorang pengasuh dari anak lelaki. Dia hilang saat aku lalai menjaganya.”

Shion tertawa. “Tuan Muda, aku telah banyak melihat manusia di tempat ini. Hanya dengan melihat mereka aku bisa menebak status dan perangai mereka.”

Toneri rasanya ingin membasahi tenggorokannya dengan air murni yang menyegarkan, tetapi tak tersedia di sini.

“Minum?” tawar Shion.

Wanita itu mengangkat tangannya, lalu datanglah seorang pelayan muda mengantarkan cangkir dan teko yang terbuat dari tanah liat.

Shion menuangkan cairan di dalam teko ke dalam cangkir. Baunya menyengat dan belum pernah Toneri mencium bau semacam itu di tempat asalnya.

WILD KINGDOM (The Unforgettable Words)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang