PART 76

1.3K 220 0
                                    

keadaan chika kini sudah lebih tenang. Ara yang sudah selesai mandi, mencoba duduk dan berbicara denganya.

"Jangan suka ngamuk ngamuk, gak baik buat mental kamu" Ucap ara sambil mengusap kepala chika

Chika berusaha menghindar. Ia mengambil jarak dan membalikan badanya memunggungi ara.

"Yauda kalo masih marah, aku tidur duluan"

Tidak ada jawaban dari chika. Ia memilih diam.
Tak lama dengkuran halus pun terdengar dari nafas ara. Chika kembali memastikan apa ara sudah tidur dengan nyenyak atau hanya pura-pura.

Ara kini sudah terlelap dengan tidur indahnya. Chika pun membalikan tubuhnya ke arah ara. Wajah teduh yang terlihat lelah membuatnya tidak bosan memandangi.

'Kenapa kamu tinggalin aku si ra' ucap chika dalam hati.

Chika berusaha menahan tangisnya lagi, ia mendekap mulutnya dengan tanganya sendiri. Air matanya tak bisa ia bendung.

'Aku udah nyesel ra karena udah buat kamu kecewa sampai sejauh ini. Di balik senyum dan canda tawa kamu, kamu menyimpan luka yang besar. Yang membuat kamu benar benar berpikir tinggalin aku.'

Hik... Hiks...

Suara chika tidak dapat ia tahan, tangisnya pun semakin terasa sesak. Ara yang sedang tertidur pun merasa terganggu dengan hal tersebut dan membuka matanya.

Mendapati chika sedang menangis membuat hatinya teriris.

"Kok belum tidur?"

Mendengar suara ara, chika pun merasa kaget. Ia buru buru menghapus air matanya.

Ara yang mengerti chika sedang menangis langsung memeluknya.

"Maafin aku yaa... Maaf atas ucapan aku tadi. Bukan sepenuhnya salah kamu juga aku mau grad, tapi memang ada tawaran yang lebih baik menanti"

Tangis chika lagi lagi pun pecah dalam pelukan ara.

"Maaf kalo aku terus buat kamu sakit, sedih, maaf chik"

Chika tak kuasa lagi mendengar ucapan ara, tangisnya semakin menjadi. Ara memberinya waktu untuk menangis agar chika bisa lebih tenang.

Sesekali ia mengusap air matanya. Ia pun sedih melihat keadaan orang yang ia sayangi menangis pilu seperti ini. Ia mengecup kening chika cukup lama.

Chika menarik dirinya dari pelukan ara, kini ia sudah agak sedikit lebih tenang.

"Istirahat ra" Ucap chika datar

"Hehe iya chik" Ara tersenyum getir

Meskipun ia menolak chika bukan berarti ia tak sayang. Justru saat ini perasaanya kepada chika sudah tidak bisa tertahankan, jumlahnya sangat banyak sehingga hatinya tak mampu menampung.

Terasa sakit mendengar ucapan chika barusan. Biasanya ia tak seketus itu, saat berbicara pada ara ia akan selalu tersenyum. Ada sedikit rasa kehilangan di hati ara.

Ara berusaha menutup matanya rapat rapat, begitu pula dengan chika. Hingga akhirnya keduanya benar benar terlelap.

***

"Kapan jadwal kelulusan ara put?" Tanya ismail yang kini sedang berada di dalam ruangan BOT

"Buru buru amat! Santai dulu lah bro"

"Ya kan lo tau, ini kesempatan emas yang gue tunggu tunggu"

"Ambisi banget gue liat liat, awas lo jatoh kalo terlalu tinggi"

A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang