⏳ Bohong

8K 745 271
                                    

Tes tes masih nunggu nggak nih?

Lapak ini udah kek goa

Ramein dulu kalau mau dipublish yaa

Absen yang mau di up terus?

Absen yang mau di up terus?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau. Tapi sekarang saya lebih pengen makan kamu," ucap Prico tepat di atas wajah Yesterday. Nafasnya yang hangat menyentuh kulit wajah Yesterday.

Tangan Yesterday refleks mencari pegangan di bagian sofa. Siapa yang tahu jika Prico mode on fire ternyata cukup membuatnya ketakutan.

Tidak ada sopan santun dan kelemah lembutan yang melekat pada diri Prico. Tapi tunggu, memangnya siapa yang akan sopan jika berbicara urusan ranjang?

"Jadi, bisa kita lanjutkan sekarang?" Prico bertanya pada Yesterday yang masih berusaha mengatur nafasnya.

Diamnya Yesterday dianggap sebagai lampu hijau oleh Prico. Ketika bibirnya hendak menyapu leher Yesterday, dengan cepat Yesterday menjatuhkan diri ke lantai. Peduli amat deh sama kerasnya lantai.

Ia bahkan langsung berdiri memperbaiki pakaiannya ketika berhasil lolos dari Prico.

Sedangkan Prico? Ia masih berada di sofa tanpa seseorang lagi di bawah tubuhnya. Dengan raut wajah datar, ia menoleh ke Yesterday. Ia mengambil posisi duduk bersandar di sofa. Biar gak malu-malu banget sudah ditolak berhubungan oleh Yesterday.

"Kamu kenapa harus kabur di detik-detik saya lagi pengen-pengennya? Umh?"

Yesterday yang berdiri jaga jarak dari sofa, masih sempat-sempatnya nyengir walau otaknya sudah bekerja keras memikirkan alasan di balik penolakannya tadi.

"Malah nyengir, saya kira kamu yang mancing-mancing biasanya."

"Pakde marah?"

Pakai nanya, ya sudah jelas marah lah! Rutuk Yesterday dalam hati.

"Ya menurut kamu aja? Kamu gak merasakan sih jadi laki-laki yang kalau lagi di puncak-puncaknya malah harus nahan diri."

"Hehe tapi kayaknya Pakde gak marah deh, kesabaran Pakde kan setebal isi dompet Pakde."

Prico tak menanggapi, ia bangkit berdiri kemudian berjalan ke arah tangga.

Yesterday jadi merasa bersalah. Untuknya yang baru pertama kali akan melakukan begituan tentulah sangat menakutkan. Omongannya saja yang besar selama ini.

"Pakde," panggilnya dengan suara yang terdengar merayu.

Prico tak menjawab, hanya berhenti di bawah tangga.

"Uang jajan saya gak bakal dipotong kan habis ini?"

Benar-benar Yesterday, masih sempatnya bahas soal uang di situasi begini. Prico geleng-geleng kepala dengan satu tangan yang berada di pinggangnya. Ia tak menggubris pertanyaan gadis itu.

See You YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang