Diamnya seseorang, menyimpan banyak rahasia.
Di sudut sebuah kafe berhiaskan lampu-lampu kecil, dua lelaki tampan duduk sembari berbincang-bincang. Tepatnya, menggosip. Membicarakan orang-orang yang lewat walau tak kenal. Sejak tadi Willy sibuk nyinyir, sementara Andre tetap fokus melihat-lihat isi kameranya.
"Kak Andre?"
Yang menyahut malah Willy, "Wih, ada cewek cakep. Boleh ke—"
Akan tetapi, sedetik kemudian, Willy menutup mulut karena seorang cowok keren dengan style kekinian datang menyebelahi gadis itu.
"Ini Kak Andre yang kemarin kamu ceritain?" tanya cowok itu kepada sang pacar.
Gadis itu mengangguk sembari tersenyum. "Iya. Aku jadi model iklan di majalah sama medsos katering mamanya. Yang motoin Kak Andre. Dia jago banget, lho. Hasil fotonya bagus."
"Gue Bram, Kak. Cowoknya Dona." Lelaki itu mengulurkan tangan untuk berkenalan.
"Andre."
Hanya beberapa detik keduanya bersalaman, Andre langsung menurunkan tangannya.
Setelahnya, Bram dan Dona bersalaman dengan Willy.
Dona memberi kode kepada pacarnya untuk memilih kursi dulu, sementara gadis itu masih membahas soal pekerjaan sesaat dengan Andre. Andre berniat memotret produk baru katering mamanya, yaitu kue-kue petit fours yang cocok untuk pesta kelas atas. Dan, dia butuh model yang sesuai untuk semua platform, baik itu majalah untuk ibu-ibu kelas atas, maupun Instagram dan Tik-Tok untuk followers yang usianya lebih muda. Selain itu, mereka harus mencocokkan waktu pemotretan karena, baik Andre maupun Dona sama-sama masih sekolah.
Akhirnya, obrolan soal pekerjaan beralih karena rasa penasaran Andre. "Lo ganti cowok lagi? Yang kemarin ke mana?"
Dona tersenyum malu. "Yang kemarin tukang selingkuh, Kak. Banyak ceweknya. Yang ini kece juga kan, Kak?" tanya gadis itu meminta pertimbangan.
Andre hanya memiringkan kepala sambil tersenyum canggung. Sebenarnya, dia sudah punya firasat. Namun, mereka kembali membahas soal sesi foto, lalu Dona pamit untuk duduk bareng cowoknya.
Setelah Dona beranjak dari sana, Willy mulai bisik-bisik, "Kenapa Tuhan nggak adil banget, sih? Yang cantik dapet yang cakep. Lantas, bagaimana nasib hamba yang punya wajah pas-pasan gini?"
Andre tidak berkomentar. Namun, bibirnya mengulum senyum penuh arti. Belum terjawab rasa penasaran Willy dengan senyum penuh arti sahabatnya itu, tiba-tiba muncul kegaduhan di dalam kafe.
"Oh, jadi gara-gara dia kamu ninggalin aku?"
Drama terjadi. Seorang cowok yang baru masuk mendatangi meja Bram dan Dona. Cowok itu tampan nan kekar dan penampilannya sangat rapi seperti seorang eksekutif muda. Terjadi perebutan.
"Astaga! Berantem, Ndre, berantem!" Willy mengguncang-guncang bahu Andre. Mereka berdua menyaksikan dari meja mereka. Willy dengan antusias, Andre dengan tetap tenang.
Keributan yang terjadi di dalam kafe itu, membuat Dona sontak menjadi pusat perhatian pengunjung. Gadis itu berlari keluar sembari terisak. Kepalanya tertunduk malu.
"Mantannya Dona punya banyak cewek, tapi yang udah lepas masih terus dikejar! Haduuuh ...." Willy bergidik merinding.
Andre diam tak bereaksi, jadi Willy menyikut lengannya. "Jahat lo, Ndre. Kalau dah tahu bakal gini kejadiannya, kenapa lo nggak ngasih tahu Dona dari awal?"
"Gue nggak pernah mencampuri takdir orang lain, sekalipun gue melihat apa yang bakal terjadi ke depannya, saat gue salaman sama mereka." Andre menyeruput teh hangatnya. "Inget, ya. Gue bukan Pijar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Birth-Die 2
Teen FictionAndre Oktovian, yang memiliki kemampuan bisa melihat jodoh orang, akhirnya melihat jodoh masa depannya, yaitu Ginny. Karena tidak ingin hal itu terjadi, Andre berusaha untuk menggagalkan takdir tersebut, dan menghalangi Pijar (yang juga punya kekuat...