CHAPTER 2: DUGAAN

1.1K 152 1
                                    


"Kecurigaan muncul bersamaan adanya perubahan."

Kau tahu ada yang salah. Tapi, kau tidak berusaha menyudahinya. Atau memang sebenarnya, kau ingin membuat hatimu terluka semakin parah? Untuk mereka yang sedang terkena mantra sihir paling mematikan, yaitu jatuh cinta.

***

Malam minggu bulan kemarin, seorang pria datang ke rumah Andre. Memperkenalkan diri sebagai calon suami mamanya.

Lancang sekali, pikir Andre yang menerimanya di kursi teras. Dia tidak sudi membiarkan pria itu masuk rumah.

Mereka baru kali pertama bertemu. Mamanya juga belum bercerita apa-apa mengenai hubungan dengan pria itu.

"Calon suami?" Kening Andre berkerut.

Semburat tak suka terlihat dari mata Andre yang menyipit. Untungnya, Andre masih bisa menahan emosi. Kalau Heksa yang ada di posisinya, pasti dia sudah meneriakkan segala macam hinaan.

"Iya. Nama saya Dedi," ucap pria itu sembari mengulurkan tangan.

Andre menilai dari ujung rambut sampai kaki. Penampilannya rapi. Rambut tebal yang dimodel khas ala oppa Korea. Modern, pikir Andre. Dan, sepertinya lebih muda dibanding Mama.

"Anda mengenal Mama dari mana?" tanya Andre. Mengabaikan uluran tangan pria itu.

"Hahaha. Anak muda ini protektif sekali dengan mamanya," tukas pria itu sembari menepuk-nepuk bahu Andre sok akrab.

Andre menghela napas panjang. Berusaha menahan diri agar tidak memelintir tangan pria itu. "Oh, tentu, Om. Saya sangat menyayangi Mama. Sebagai anak pertama, saya akan selalu menjadi penjaga Mama dan adik perempuan saya."

Yang dibicarakan muncul. Aura berlari riang menghampiri Andre, lalu menghambur memeluk kakaknya.

"Eh, ini Aura, ya?" Kesempatan emas, pikir Dedi, kalau anaknya yang besar susah ditaklukkan maka mengambil hati anak kecil akan jauh lebih mudah.

"Om, ini siapa, Kak?" tanya Aura. Tangannya menggenggam sang kakak. Merasa aneh dengan gerak-gerik pria asing di depannya.

"Om ini calon Papa ...."

"Cukup!"

Bukan cuma Dedi yang terkejut, Aura sampai terbelalak mendengar suara keras kakaknya.

"Jaga mulut Anda atau saya panggil security perumahan untuk mengusir Anda," ancam Andre. Sorot matanya yang biasa ramah menjadi tatapan penuh amarah.

"Dan satu lagi, Mama masih di luar. Kalau Anda mau menunggu, silakan tunggu di sini. Kami tidak pernah memperbolehkan orang asing masuk ke rumah tanpa seizin Mama. Sekalipun Mama kenal, tapi kami kalau merasa orang itu tidak baik, kami akan tetap menjaga jarak," tambah Andre dengan nada tegas.

Yang menyebalkan, bukannya merasa tak enak, tapi Dedi malah tersenyum. Seolah memandang remeh dua anak di depannya, menganggap keduanya hanya anak kecil yang tak perlu mencampuri urusan orang dewasa.

Setelah Dedi menunggu hampir setengah jam, Mama Andre datang.

"Hei, Juwita!"

Andre yang mengintip melalui jendela, refleks melebarkan matanya. Terkejut melihat pria itu cipika-cipiki dengan mamanya.

"Kamu udah ketemu anak-anak?" tanya Juwita, kemudian mengajak Dedi masuk ke ruang tamu. "Andre, Aura ...," panggil Mama.

Aura berlari kecil dari dalam kamar. Ketika hampir sampai ke ruang tamu, Andre menarik tangannya. Meminta agar gadis kecil itu tetap berada di sampingnya.

Happy Birth-Die 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang