Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[❤];
"Tsukasa merajuk?" [Name] dengan lagak polos memiringkan kepala ke kanan.
Lembayung melirik sebentar ke puja di depannya. "Nggak."
Dia peka banget.
Sebelum dan sesudah pacaran [Name] tak banyak berubah. Ia tetap peka pada sekitarnya.
[Name] menegakkan kepala. Mendegus. Tangannya menyingkirkan poni merah yang menutup dahi lalu memberi kecupan lembut. Pipi Tsukasa memerah, ia membelalak menatap sang kasih.
"Jangan cemberut lagi, Tsukasa tetap yang prioritas. Aku harus pergi sebelum Anzu-chan mencari." [Name] melangkah pergi.
Satu tangan Tsukasa bertumpuk pada dinding. Kepalanya menunduk, satu tangannya lagi menutup mulut. Warna pipinya sama persis dengan rambutnya.
Nggak kuat iman Tsukasa.
[❤];
Jam menunjukkan matahari di atas kepala. Siang hari musim semi sedikit panas. Tsukasa duduk di ruang bersama asrama, menggulir media sosial di layar. Ia menatap jenuh lalu mematikan smartphone, meletakkan di samping.
Ia membuang napas. Pekerjaan hari ini hanya pemotretan yang akan dilakukan sore nanti. Tsukasa tidak tau harus melakukan apa untuk membunuh waktu. Haruskah ia latihan? Seperti ini tak perlu.
Tsukasa berangkat dari sofa. memasang sepatu lalu pergi keluar. Dibawa dirinya pergi ke gedung ES. Mungkin disana ia bisa mendapatkan sesuatu disana.
Diruangan para karyawan berkerja. [Name] mendongak ke Tsukasa yang berdiri disampingnya. Muka ksatria ini tampak lesu. Jelita sunggingkan senyum. "Kenapa sayang?"
Kebetulan disana tak banyak pekerja disana.
"Aku nggak tau harus berbuat apa jadinya kemari..."
"Maaf aku nggak bisa temanin main."
Tsukasa menggeleng. Ia maklumi hal ini.
[Name] menarik kursi di sebelahnya. "Duduk sini, temanin aku kerja."
Mungkin ini bukan ide buruk. Tsukasa duduk di kursi itu. Matanya menatap sang cinta yang kembali fokus bekerja. Dia jadi ingat masa lalu ketika mereka belum pacaran. Dulu Tsukasa pernah juga kejadian seperti ini, karna nggak tau kemana doi milih pergi ke tempat [Name].
Saat itu Tsukasa nggak berani buat menghampiri pujaan hati, ia akan mengintip dari sudut dinding memperhatikan punggung jelita yang sibuk berkerja dan ketika [Name] berbalik Tsukasa bakal bersembunyi, jika merasa sudah aman ia bakal melanjuti pengamatannya. Mengingatnya membuat Tsukasa malu sendiri pernah melakukan hal seperti itu. Sekarang ia tak perlu lagi memperhatikan dari jauh.
Tsukasa menjatuh kepala ke bahu kanan [Name].
"Kenapa? Bosan juga?" Tanya [Name].
"Cuman ngantuk."
"Tidur lah, nanti ku bangunin."
Tsukasa bergumam sebelum jatuh terlelap.
[❤];
Arashi mengedipkan mata beberapa kali. Satu tangan menutup mulut dan satunya lagi mengibas memanggil Izumi.
"Apa?" Izumi mengikuti arah telunjuk Arashi. Perempatan merah imajiner menyiku di kepalanya. Ia melangkah tegas ke arah itu.