៚❤ 005

141 25 1
                                    

[❤];

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[❤];

Tsukasa sigap menangkap [Name] yang tiba-tiba terjatuh. Ia membantu si kasih berdiri.

"[Name]-san baik saja?"

"Aku hanya flu," [Name] mendorong Tsukasa pelan. "Jangan dekat-dekat nanti tertular."

"Kayaknya flu nya parah banget. [Name]-san istirahat aja."

"Nggak perlu. Aku baik saja."

"Ah!" Tsukasa menggenggam tangan [Name], menahan tuk pergi. "[Name]-san harus istirahat. Jalan aja linglung gitu."

"Aku masih bisa melakukannya."

"Kenapa keras kepala!" Tsukasa menempelkan tangan ke dahi [Name]. "Lihat! [Name]-san panas banget."

"Nanti turun sendiri."

"Tolong jangan anggap remeh," Tsukasa memutar badan [Name] tuk menatap matanya. "[Name]-san sakit begini aku yang sedih."

"Kalian sedang apa?"

Tsukasa terlonjak, ia melepas tangan dari [Name]. "Tenshouin onii-sama."

"[Name]-chan keliatan pucat, sakit?"

"Hanya demam biasa. Aku baik saja."

"[Name]-san tolong menurut!" Tegas Tsukasa, ia mulai kesal dengan kepala batu [Name].

"Tsukasa-kun antar [Name]-chan pulang," Tutur Eichi. "Kamu tau alamatnya? Aku bakal panggil dokter kesana."

"Yha..."

"Tapi..." [Name] meremas lengan Eichi.

Eichi melepas tangan [Name] pelan. "Tsukasa-kun bisa gendong [Name]-chan? Dia kalau demam panas banget sampai sulit berjalan."

"I see."

Tsukasa menggendong [Name] ala tuan putri. Mata [Name] yang masih memiliki sisa kekuatan melirik ke siluet Eichi. Tangan lemahnya bergerak seakan berusaha menggapai si siluet.

"Jangan..." Rancaunya.

[❤];

Di depan pintu apartemen [Name], Tsukasa baru ingat ia tak tau password pintu. Ia tak enakan tuk membangunkan [Name]. Tsukasa memilih tuk menebak sendiri, tebakan pertama tanggal ulang tahun [Name], tebakan kedua tanggal ulang tahunnya. Keduanya salah. Tsukasa mulai panik, ia terakhir mencoba dengan tanggal jadian mereka dan pintu terbuka.

Segera mungkin Tsukasa membawa [Name] ke kamar tidur. Ia dengan halus meletakkan [Name] di kasur, seberusaha mungkin untuk membuat suara berisik.

Tsukasa menarik selimut sampai di dada [Name]. Ia duduk di pinggir kasur. Jemarinya menyisir poni [haircolor].

Merasakan dingin tangan Tsukasa, [Name] membuka sedikit matanya. Ia mendesul ke tangan Tsukasa seperti kucing.

"Jangan..."

Tsukasa membelai lembut pipi puja. Ia tak mengerti kenapa [Name] merancau dengan kata 'Jangan' apa benar hanya halusinasi saat demam atau, ada arti di balik 6 huruf ini.

'Aku nggak tau apa-apa tentangnya.'

[Name] menggengam tangan Tsukasa. Keringat membasahi wajahnya. Ia tampak sulit bernapas. "...Kasa."

"Aku disini."

"Jangan..."

Tsukasa kembali membelai pipi [Name]. "Apa yang jangan?" Suaranya lembut seperti kapas.

[Name] merentangkan kedua tangan berisyarat tuk pelukan. Lantas Tsukasa membiarkan dirinya di peluk. Tak masalah kalau tertular demam.

"Kasa."

"Ya?"

"Tetap bersama ku."

Tsukasa diam dua detik. Ia mengelus pelan punggung [Name]. "Aku bersama [Name]-san selamanya."

[Name] tampak lega mendengar jawaban si adam. Seakan segala yang berat di bahunya hancur menjadi pasir.

"Aku menyukai mu. Sangat menyukai mu."

Tsukasa jadi gemas. Ia jadi ingin mencium [Name].

'Nggak boleh mikir bejat, Tsukasa!'

[Name] menatap dua detik wajah rupawan sang pacar lalu, ia menarik si marga Suou terbarimg di kasur. [Name] memeluknya laiknya bantal guling. Tsukasa membiarkan dirinya jadi pelukan buat doi.

[❤];

"Maaf yah Tsukasa," [Name] menerima cangkir isi teh hangat. Pagi ini kondisinya membaik. "Aku kalau sakit suka nggak jelas, kamu pasti kesulitan."

"Nggak," Tsukasa duduk di pinggir kasur, menyesap sebentar isi cangkir. Ia belum mengganti bajunya semalam. "Tenshouin onii-sama dan, Kohakun bantu nolongi."

"Aku harus berterima kasih pada mereka."

"[Name]-san, aku? Aku nggak dapat?"

"Makasih buat Tsukasa belum cukup, apa ada yang kamu mau?"

Apa ini kesempatan untuk Tsukasa! Dia punya satu yang sangat-sangat di inginkan saat ini. Cuman [Name] yang bisa mengabulkannya!

"Kalau gitu," Tsukasa memajukan badan. "Aku boleh kiss?"

[Name] terkejut, ia tak menyangkah Tsukasa bakal meminta sesuatu seperti ini. "Boleh."

Mata Tsukasa melebar. Detak jantungnya tak karuan. Arus di nadi terasa cepat. Pelan-pelan wajahnya mendekat. Matanya fokus pada bibir persik.

Satu jarak lagi. Bel berbunyi nyaring membuat jantung Tsukasa jatuh dari tempat. Tsukasa memaki dalam hati pada orang yang berani mengganggu momennya.

[❤];

[❤];

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐓𝐫𝐲𝐬𝐭┋𝘚𝘶𝘰𝘶 𝘛𝘴𝘶𝘬𝘢𝘴𝘢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang