៚❤ 007

146 18 7
                                    

[❤];

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[❤];

Jemari Tsukasa memainkan cincin perak, cincin yang biasa digunakan jadi liontin kalung. Wajahnya murung seperti langit mendung, seperti kain kusut. Tepi bibirnya kebawah, tak ada senyum cerah bersinar miliknua disana. Semakin Tsukasa merenung semakin buruk ekspresinya.

Semua orang di Ensembel Square cemas dengan Tsukasa yang galau kayak habis di putusin. Shinobu terkadang kaget saat bangun malam-malam tuk ke toilet melihat Tsukasa masih terjaga, wajahnua sudah seperti zombie. Izumi pun memarahinya yang menghabiskan 5 gelas parfait dalam sehari. Tapi Tsukasa acuh, mau semengerikan apa pun Izumi mengamuk bukan urusannya saat ini.

Sebulan bisa selama ini.

Kaki berpijak pada lantai coklat tua, kedua tangan di lipat di dada. Kohaku mendengus halus melihat tuan mudanya di lara cinta. "Udah lah jangan murung, [Name] Nee-han seminggu lagi pulang."

Tsukasa memasang cincin tersebut ke jari manis, hari ini ia ingin menggunakan di jari. "Seminggu itu lama. Makin lama aku makin rindu."

"Nee-han pun disana rindu sama Bon. Kalau dia melihat mu murung kek gini dia pasti sedih juga."

"Sungguh?" Mendung di wajahnya pudar.

"Sungguh."

[❤];

Izumi menyilangkan kaki, pupil samudra jatuh ke kertas coretan Leo. Ia membuka percakapan. "Ini cuman perkiraan ku atau bukan aku aja yang merasa doang," Ia diam beberapa saat. "Kasa-kun jadi gini gara-gara [Name]-san pergi libur."

Untuk waktu yang lama hanya ada sunyi. Arashi, Ritsu berpikir sebentar sebelum menyetujui ucapan Izumi ada benarnya. Leo yang mencoret-coret kertas di samping Izumi tak peduli, si oren sibuk dengan inspirasi yang menderaskan adrenalin.

"Apa mereka punya semacam hubungan spesial?" Tanya Arashi. Yang spesial cuman martabak.

"Menurutku iya." Ritsu mengiyakan.

"Aku nggak heran kalo [Name]-san suka Kasa-kun, tapi sampai punya hubungan agak..." Izumi menggantung perkataan di ujung lidah terasa sulit baginya tuk mengeluarkan.

"Emang kenapa kalo [Name] pacaran sama Suo?" Leo mengangkat wajah dari kertas, bertanya dengan polos. "Ah! Kertas ku habis. Anzu!! Minta kertas lagi!" Ia berlari keluar ruangan.

Itu sunyi setelah teriakan Leo berakhir selama 10 detik tak ada suara yang melambung.

"...Kita ini idol loh." Mata azure memandang bergantian pada Arashi dan Ritsu.

Seakan sedang bertelepati, dua orang ini langsung mengerti. Mereka saling tatap satu sama lain tanpa suara saling melempar pikiran tanpa ucapan. Tak ada yang bisa membalas.

[❤];

Di tengah malam yang senyap, di tempat bulan menampilkan pesona, Tsukasa terjaga laiknya makhluk nocturnal. Tak ada yang penting sampai menghabiskan malam tanpa tidur. Diremang kamar, iris violet memantau beranda media sosial, jarinya dengan lincah menggulir layar. Media sosial seakan mengerti lara sang merah, menampilkan kemesraan yang di publikasi orang-orang membuatnya iri.

𝐓𝐫𝐲𝐬𝐭┋𝘚𝘶𝘰𝘶 𝘛𝘴𝘶𝘬𝘢𝘴𝘢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang