Jiwoong meneguk ludah kasar ketika pria yang lebih muda darinya memasangkan pengait helm miliknya. Jiwoong benar-benar disudutkan dengan permintaan pria manisnya yang sedang dalam masa ngidam, dan ingin sekali pergi ke pusat perbelanjaan menggunakan motor, tapi syaratnya adalah harus Matthew sendiri yang mengemudi.
Pria dengan mata mengantuk itu kembali mengingat bagaimana suami mungilnya ini mengendarai motor, benar-benar sangat cepat juga tak segan-segan untuk mendahului motor ataupun mobil yang ada di depan mereka.
Semenjak mereka berpacaran, itu sudah beberapa tahun yang lalu, sejak saat itu Jiwoong mulai melarang Matthew untuk membawa sepeda motor. Jika pria manis itu ingin keluar, Jiwoong yang akan mengantarnya.
"Kak Jiwoon, kenapa bengong? Ayo naik!" Matthew sudah duduk santai di atas motor sport milik Jiwoong. Bisa-bisanya pria itu masih bisa tersenyum manis sambil menepuk-nepuk jok belakang.
"Ayang, emang yakin mau boncengin kakak? Kam-"
"Kakak lebay banget, aku sering bawa motor kok dulu."
Iya, itu dulu. Sekarang bagaimana?
"Hm, bagaimana kalau kakak ya-"
"Banyak omong ih, keburu jelek moodku, ayo naik!" Bentak Matthew.
Jiwoong yang sudah menjadi budak cintanya Matthew itu akhirnya hanya bisa pasrah lalu naik ke atas motor perlahan, takutnya Matthew tidak bisa menahan berat badannya, apalagi badan Matthew tidak terlalu tinggi.
"Kakak udah duduk bener-bener kan?"
"I-Iya, Cintaku. Kakak udah aman di belakang."
Jiwoong melingkarkan tangannya pada perut Matthew, tangannya ia masukan ke dalam hoodie milik Matthew, memegang perut Matthew yang agak membucit karena jagoannya sudah tumbuh di dalam sana.
Motor mulai bergerak, bahkan baru bergerak saja sudah lumayan lajunya. Jiwoong hanya bisa berdoa untuk keselamatan mereka bertiga di perjalanan.
Sebenarnya dia tidak masalah jika hanya mereka berdua, tapi sekarang sudah ada anak di perut Matthew. Bisakah pria manis itu mengidamkan sesuatu yang wajar, jangan yang seperti ini lagi.
"Ayang, pelan-pelan ya. Inget, Yang, kamu bawa anak kita." Ucap Jiwoong dengan suara yang kuat karena motor yang sangat laju.
"Tenang, Kak. Lagian ini kan maunya dedek bayi, masa gak mau diturutin? Nanti dedeknya ileran kayak papanya."
Jiwoong hanya mendengus kesal mendengar ucapan Matthew, dia kembali menatap lurus ke depan sembari menginstruksi Matthew agar lebih pelan lagi mengendarai motor. Sesekali Jiwoong akan melirik ke kaca spion melihat pujaan hatinya yang terlihat sangat luar biasa meskipun setengah wajahnya terhalang helm.
Setelah hampir satu jam mengendarai motor dan pergi belanja, akhirnya mereka kembali pulang ke rumah.
Matthew tersenyum bahagia karena ngidamnya berhasil dituruti, ada kepuasan tersendiri ketika sudah dituruti. Moodnya sangat bagus.
Setelah Jiwoong menyimpan belanjaan yang mereka beli tadi, dia kembali lalu mulai duduk di samping Matthew yang sedang memakan beberapa camilan sembari menonton film kesukaannya, ia melingkarkan tangannya di perut Matthew.
"Baby Gunwook deg-degan gak naik motor tapi yang nyetir si papi?" Jiwoong menggerakan tangannya yang melingkar di perut Matthew.
"Papa lebay banget ah. Gitu doang kok."
Jiwoong menahan rasa gemasnya karena Matthew yang mengomel dengan bibirnya yang maju-maju. Suami mungilnya itu semakin hari semakin gemas karena pipinya yang semakin mengembang.
"Papa setuju gak kalo gede nanti dedeknya jadi pembalap?" Tanya Matthew sambil ngelus perutnya sendiri.
"HAH? Gak, gak, gak! Jangan ngadi-ngadi deh kamu. Itu resikonya gede banget. Kakak gak setu-"
Jiwoong berhenti ketika Matthew mulai menatap Jiwoong dengan matanya yang begitu berbinar.
"Kakak gak ak-"
Jiwoong kembali berhenti ketika melihat bibir Matthew yang melengkung ke bawah, sangat imut!
"Ah, iya deh. Pasrah kakak mah." Jiwoong mengusap kasar wajahnya.
Matthew memeluk Jiwoong lalu mengecup pipi suami tampannya. "Aku bercanda aja, Kak Jiwoon sayang~ kita gak bisa nentuin dari sekarang, karena semua itu tergantung dari anak kita. Aku juga kurang setuju karena gak mau membahayakan nyawa anakku."
"Anak kita, Sayang." Jiwoong mengelus kepala Matthew yang sedang terkekeh.
*17 years later*
"Sayang, Gunwook mana?" Matthew yang baru selesai memasak bertanya pada suaminya yang asik membaca koran sesekali menyesap kopinya.
"Bukannya tadi lagi cuci motor di depan ya?"
Matthew menggeram marah lalu segera berlari ke depan rumah.
Benar saja, pemuda bongsor itu sudah tidak ada. Meninggalkan jejak busa sabun dan keran air yang tidak dikunci kembali.
"Anak nakal itu!" Teriak Matthew.
Jiwoong yang menyusul suaminya keluar langsung merangkul pria mungil itu.
"Mau marah gimana lagi tapi kamu juga dulu kayak begitu, Sayang." Jiwoong mengelus punggung Matthew.
"Belain aja terus tuh anak kamu!" Bentak Matthew.
"Anak kamu juga, Sayang."
Matthew hanya bisa menghela nafas pasrah karena anaknya yang suka sekali membuat rumah berantakan lalu pergi bermain ke sirkuit kota hingga langit berubah menjadi gelap.
***
celecai, maapkeun jika tdk sesuai dengan ekspektasi kalian. Bunda cuma mencoba keluarin semua imaginasi bunda. See ya guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYS PLANET BXB's FANFICTION
RandomDi sini tempatnya cerita geh anak bopeul. Jangan salah lapak ya. Oneshoot, twoshoot, etc. Peringatan : Cerita ini dapat membuat anda gumoh, pikirkan lagi sebelum membaca bcs I don't like conflict so I put a sweetness here.