224 ; 02

1.4K 201 46
                                    

𝟸𝟸𝟺 ; ʙᴏᴄᴀʜ ᴍᴀɴᴊᴀ

dari semalam jeongin tak ada keluar kamar, bahkan tak makan dan minum apapun karena marah dan kesal dengan hyunjin.

bertahan dengan tubuh yang tak mandi, pun ia hanya memakan snack yang ayah nya selipkan di koper nya, itupun hanya gery salut satu.

miris.

bunda hyunjin sudah memujuk jeongin untuk keluar, namun jeongin tak gubris juga. jelas hyunjin segera memberi keyakinan pada bundanya untuk tidak usah memujuk jeongin lagi, anak kota yang manja. lihat saja, sampai kapan jeongin tahan untuk tak keluar.

hari ini, pukul 3 sore. hyunjin sedang membuat kopi untuk ia teguk sebelum pergi bekerja.

cklek.

hentakan kaki berjalan ke arah nya, dengan cepat pria tinggi itu menoleh lalu menunduk melihat si pria mungil di depannya.

jeongin mencebik, dengan hidung merah dan mata sembab berdecih marah menatap lain "aku lapar" ucapnya sambil memeluk perut nya sendiri.

hyunjin menaikkan alis nya "kau bisa makan?"

"aku lapar!" jeongin mendongak, merengek kesal akan menangis membuat hyunjin menghela nafas. pergi mengambil piring dan siapkan berbagai makanan untuk istri kota nya.

"ini" di berikan di depan jeongin, pria mungil nya diam. jeongin menghadap kesamping dan berdecih marah lagi.

pejam mata sabar "jeongin.. "

"itu makanan apa, aku tidak mau!"

ah, tidak mau? hyunjin memandang ayam goreng, tempe dan tahu serta sambal di piring. jangan lupa sayur kangkung yang menjadi pelengkap. ini memang lauk yang sederhana, namun surga dunia untuk hyunjin.

"jeongin, makan ini saja ya? ini sehat kok, tidak kotor. kau lapar kan?"

"AKU TIDAK MAU, ITU MAKANAN TIDAK JELAS PASTI!" jeongin membentaknya, lalu menangis sandiri "aku tidak mau, hiks. aku lapar, aku tidak suka makanan kampung hiks.. "

hyunjin terkejut, ia pejam mata lalu berusaha tenang menenangkan si manis "jeongin, mau makan apa? jangan menangis ya, maaf"

jeongin terdiam mendengar suara lembut hyunjin, ia mendongak sambil menghapus air matanya "memang kau punya bahannya, ha?"

"aku akan mencarinya supaya kau makan"

"aku mau spaghetti!"

spaghetti? makanan apa itu, ha? hyunjin mengernyit bingung. membuat jeongin kembali menghentakan kakinya "tuh kan, ayah sepertinya memang menikahkan ku agar aku mati, sial"

"jeongin"

"aku tidak mau!!"

astaga, memang kesabaran harus diperluas ya saat menikah. ia melihat jeongin yang beranjak, meletakkan piring di meja "terserah, aku tidak peduli" lalu sungguhan pergi dari dapur walau sebelumnya berucap "dasar anak kota, manja"

jeongin di kamar hyunjin semakin mencakar dinding dengan tangis. kuku panjang bergerak menggores angka 182— pertanda ia benci hyunjin.

224Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang