Hari ini, seperti biasa, kamu akan berangkat mengunjungi rumah salah satu pasienmu yang mengalami depresi. Ia sebenarnya menolak untuk psikoterapi dan berkonsultasi dengan psikolog sepertimu, tapi kamu sendiri lah yang sangat ingin membantunya.
Awal kamu bertemu dengannya juga karena ada salah satu dokter -yang merupakan salah satu temanmu- , yang menangani pasienmu karena ia jatuh sakit, meminta bantuan kamu karena pasien itu sepertinya mengalami depresi. Akhirnya kamu dengan sukarela membantunya karena kamu merasa sedikit iba dengannya. Umurnya tidak terpaut jauh darimu. Usianya hanya 4 tahun lebih muda dari mu.
"Ke rumah pasien lo lagi? Setiap hari loh lo ke sana.. " tanya kakakmu, hyunsuk, yang berdiri menyender di ambang pintu seraya menatapmu yang tengah bersiap - siap.
"Iya emang harus setiap hari. Karna dia gak akan makan kalo gak dipaksa makan! Pokoknya gue bakal selalu nyamperin dia dan bantuin dia sampe dia sembuh. Kasian soalnya.. dia aja 4 tahun lebih muda dari gue.." jelasmu.
"Kasian bener.. kenapa bisa depresi?"
"Bokap nyokapnya di bunuh di depan mata dia.. mana dia anak tunggal.."
"Jahat bener sih orang.."
"Iya.. makanya gue mo nolongin dia meskipun gak di bayar.."
"Bangga gue punya adek kayak lo.." ujar hyunsuk sambil tersenyum bangga melihatmu. Kamu pun terkekeh mendengar penuturan kakakmu itu.
"Yaudah.. gue berangkat dulu yaa.. " pamitmu seraya melenggang pergi.
"Gak sarapan dulu?"
"Gue mo makan bareng dia"
"Yaudahh... hati - hatiiii"
🐺🐺🐺🐺🐺🐺🐺
Toktoktok...
Kamu mengetuk pintu rumah yang cukup besar itu. Namun, seperti biasa, tidak akan ada yang membukakan pintu untukmu. Kamu pun meraih gagang pintu dan membuka pintu yang sama sekali tidak pernah terkunci itu. Saat melangkah masuk, lagi - lagi seperti biasa, kamu disuguhi oleh pemandangan kondisi rumah yang begitu berantakan.
"Hhhh... semoga dia bisa cepet membaik deh.." gumammu setelah menghela nafas panjang. Kamu kemudian mencoba mencari keberadaan pasienmu. Biasanya ia akan meringkuk di kamar dingin dan gelapnya sendirian. Dan benar saja, saat kamu membuka pintu kamarnya, kamu menemukan pasienmu itu tengah meringkuk di sebelah ranjang, dengan kondisi kamar yang begitu gelap dan dingin.
"Jeongwoo-ya..." panggilmu seraya berjalan perlahan mendekatinya. Karena tidak mendapat sahutan, kamu memutuskan untuk duduk di sisinya, lalu menariknya ke dalam pelukanmu, seraya mengelus lembut kepalanya.
Perlakuanmu itu tentu membuat jeongwoo sedikit emosional. Kamu mengingatkannya pada ibunda tercintanya. Dulu saat jeongwoo sedang merajuk atau sedih karena di marahi oleh ayahnya, ia akan meringkuk di sisi ranjang. Kemudian ibunya pasti akan datang menghampirinya, lalu tanpa sepatah kata, ibunya pasti akan memeluk jeongwoo sambil mengelus - elus kepalanya.
Mengingat kenangan itu, jeongwoo pun kembali menangis di dalam pelukanmu. Ia sungguh merindukan ibunya, dan tentu juga ayahnya. Ia masih tidak bisa menerima kalau kedua orang tuanya itu harus pergi meninggalkannya dengan cara yang begitu kejam, dan ia hanya bisa menyaksikannya dalam tangis.
Kamu membiarkannya menangis di pelukanmu sampai ia merasa tenang. Kamu juga tidak berhenti mengelus - elus lembut kepalanya, dan berusaha untuk membuatnya sedikit lebih tenang dan merasa nyaman di pelukanmu. Setelah hampir 30 menit, akhirnya tangisan jeongwoo mulai berhenti. Kamu pun memutuskan untuk mengajaknya makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure x You (Oneshoot)
ФанфикStory about you and Treasure Follow us on TikTok @sinballalagattaa