Sepulang sekolah Stella menuju lapangan basket mengumpulkan formulir di tanganya, "woy Stella", teriak seorang cowok di lapangan melambaikan tangan membuat senyuman gadis itu mengembang berlari kecil mendekat.
"Hay Satria, gue mau ngumpulin formulir", ujarnya menyerahkan kertas di tangannya.
Cowok itu menganggukan kepala menerima kertas itu, "gue kira lo ngak lanjut di basket", ujarnya tersenyum tipis.
"Ngak mungkin dong, basket hobby gue, jadwal masih sama kan latihan setiap hari kamis, kalau gitu gue duluan ya, di depan sudah ada Rangga nungguin gue", ujarnya langsung pamit berlari kecil membuat Satria yang menatap mengulum bibir menahan senyuman.
Stella menautkan alis melihat beberapa orang berdiri di koridor bersama Rangga, "lama lo, ngapain di dalam ?", tanya Rangga langsung menoyor kepala gadis itu kesal membuat Stella langsung mencuatkan bibir ikut kesal.
"Ngak usah tanya deh, ayok pulang", ujarnya berhenti menatap Gibran, Gerry dan juga Rossa berdiri di sana, Stella meringis menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lo sama pengharum ruangan ini dekat bangat ya, Rangga ?", tanyanya menatap lekat keduanya terutama pada tangan Stella yang sudah mengapit lengan Rangga
"Maksud lo apa manggil gue pengharum ruangan hah", omel Stella melototkan mata.
"Bukannya Stella itu pengharum ruangan ya, lo ngak pernah nonton", ejek Gibran membuat gadis itu mengepalkan tangan menahan agar tidak mencakar wajah cowok songong di hadapannya.
"Sudahlah, pulang yuk", ajak Gerry mencoba menengahi keduanya.
Stella menghembuskan nafas panjang, "Ros kita duluan ya", pamitnya langsung menarik lengan Rangga menjauh menuju tempat cowok itu menyimpan motornya, tidak ada yang menyadari tatapan Gibran dan Rossa terlihat menyendu menatap keduanya yang terlihat sangat dekat.
"Mereka memang sedekat itu ya ?", tanya Rossa membuat kedua cowok itu kompak menoleh ke arahnya.
Gerry menganggukan kepala, "setau gue Rangga satu perumahan dengan Stella cuma beda blok saja, keduanya sudah dekat dari sd, teman seperjuangan sampai sekarang, walaupun baru kali ini mereka kembali jadi satu kelas setelah beberapa tahun terakhir", jelas Gerry membuat keduanya menautkan alis bingung.
"Kok lo tahu ?", tanya Gibran memicingkan mata curiga.
"Lo lupa gue sama Rangga anak futsal, tentu gue dekat dengan dia, jadi sedikit gue tahu tentang mereka", jelasnya membuat keduanya kompak menganggukan kepala.
"Kalau gitu gue duluan, jemputan gue sudah sampai", ujar Rossa berlari kecil menuju mobil yang sudah terparkir di depan gerbang sekolah.
"Oh iya, lo lanjut futsal Ger ?", tanya Gibran melangkah menuju motor.
Gerry menganggukan kepala mengeluarkan motornya, "lo gimana ?", tanyanya memasang helm pada kepalanya.
"Oh itu gue tetap di musik", ujarnya membuat Gerry menganggukan kepala.
Keduanya sudah menjalankan motor dengan kecepatan sedang kebetulan rumah keduanya dekat hanya beberapa rumah sebagai perantara, sampai rumah Gibran langsung masuk kedalam mencium aroma harum dari ruang tamu, "MAAAAAAAA, laparrrrr", teriaknya membuang sepatu ke belakang pintu bergegas menuju kedapur.
"Sana ganti baju dulu, ini roti bikinan mama, resep yang di racik sendiri", ujarnya tersenyum senang membuat cowok itu mendengus bergegas berlari masuk kedalam kamar menganti pakaian.
Bukannya kembali keluar cowok itu duduk di tempat tidur menatap ponselnya, terlihat satu grup di sana, grup yang sengaja Reza buat untuk memudahkan mereka komunikasi jika ada informasi penting, grup baru di buat sudah banyak yang muncul membahas sesuatu unfaedah, alis Gibran terangkat tinggi menatap satu nomor yang juga masuk memeriahkan suasana, dengan senyuman mengembang Gibran menyimpan.
Gibran mengigit bibir bawah menekan kirim pesan, mencoba menguasai diri, Gibran mengutuk dirinya sendiri hanya ingin mengirim pesan saja sudah membuat tungklai cowok itu melemas, sekali lagi cowok itu menghembuskan nafas panjang.
Gibran : sv ya teman sebangku lo, Gibran.
Cowok itu menahan nafas menyadari gadis di seberang tengah menulis.
Stella : siap
Gibran : lo pacaran sama Rangga ya kok deket bangat ?.
Stella : teman dari kecil, walaupun bukan teman yang selalu bersama
Gibran : oh kirain.
Stella : Y.
Gibran menghembuskan nafas menatap roomchat bersama gadis itu, cowok itu mengusap wajah kasar tidak tahu mencari topik, cowok itu menyimpan ponsel berbaring menatap langit-langit kamar mengingat di mana cowok itu pertama kali melihat Stella yang sialnya membuat cowok itu langsung jatuh hati.
Saat itu di adakan pertandingan di sekolah, Stella salah satunya yang bergabung dengan tim basket, di sana Gibran pertama kali melihat Stella yang terlihat sangat cantik dengan rambut yang sengaja di ikat seperti ekor kuda, bibir merah jambu alami selalu mencuat saat gagal mendapatkan bola, namun saat dia mampu mencetak angka binar mata gadis itu terlihat sangat indah, walaupun keringat membasahi wajah Stella saat itu sialnya pesona gadis itu semakin meningkat membuat Gibran benar-benar jatuh hati.
Dulu hanya mampu menatap dari jauh, sekarang menjadi teman kelas bahkan duduk sebelahan namun cowok itu malah menciut, "GIBRANNNN", cowok itu tersentak mendengar teriakan dari mama di dapur.
Dengan cepat cowok itu bergegas keluar, "kenapa ma?", tanyanya langsung menatap mama tersenyum senang.
"Sini cobain dulu roti bikinan mama", ajaknya membuat cowok itu duduk di kursi mengambil satu roti dan memakannya.
"Wahh enak bangat maaaa", ujar Gibran kembali memasukan roti di tangannya kedalam mulut, mengunyah namun cowok itu berhenti teringat di kelas Stella menyodorkan roti kearahnya, dan setelah cowok itu mengigit roti di tangan Stella, gadis itu sama sekali tidak jijik malah melajutkan menghabisi roti itu.
Mengingat hal itu wajah Gibran memerah.
"GIBRANNN OOO GIBRAN".
Gibran tersedak mendnegar teriakan dari luar dengan cepat mama menyodorkan minuman menggelengkan kepala melihat Gerry yang sudah muncul dengan seringai kecil si wajahnya, "Gerry kalau masuk rumah ngak usah ngagetin, tante sampai kaget", omelnya membuat Gerry meringis.
"Wahhhh bagi dong tan rotinya", ujar Gerry berbinar menatap roti isi coklat di sana.
"Sini, ini buatan tante tau racikan sendiri", ujarnya.
Gerry tersenyum senang, "roti isi coklat kesukaan Stella bangat", celetuknya membuat Gibran kembali tersedak menatap memicing ke arah Gerry curiga
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
School Love On (Selesai)
Короткий рассказ"Ck ganggu mulu sih, di dalam kelas, di luar lo ganggu mulu kalau naksir bilang, lo naksir gue kan, ngaku lo". "iya, gue naksir, baru nyadar lo" "hah, Ngak jelas" ***** cover by pinterst