3 💚

325 25 1
                                    

Sekarang keduanya sudah ada di kamar Gibran memainkan ponsel, "ngapain sih lo ikut masuk, sana pulang", usir Gibran tanpa rasa bersalah sedikit pun, Gerry melempar bantal ke arah cowok itu kesal sendiri.

"Gue malas di rumah ngak ada orang, lo tahu lah orang tua gue di luar kota", ujarnya berbaring di tempat tidur kembali melanjutkan memainkan ponsel di tangannya.

Gerry membuka status di whattsap langsung bangkit tertawa terbahak-bahak melihat postingan Rangga membuat Gibran tersentak kaget, "astagaa Gib lihat ponstingan Rangga di wa deh, Stella, gila tuh cewek", ujarnya masih tertawa membuat Gibran penasaran bergegas membuka wa melihat postingan Rangga.

Gibran melongo melihat di dalam vidio yang di posting Rangga, gadis itu tengah memanjat jambu air yang telihat sudah merah menyala di sana, namun bukan itu yang menarik perhatian Gibran melainkan tawa gadis itu yang terdengar renyah membuat wajahnya terlihat semakin cantik.

"Ger lo tertarik ya sama Stella, gue lihat banyak yang lo tahu tentang dia?", tanya Gibran menurunkan ponsel menyimpan di sampingnya, Gerry menoleh sejenak mendengar pertanyaan cowok itu dengan alis terangkat tinggi.

"Ngak, gue ngak ada rasa sama dia, cuman Rangga sering cerita kalau sudah stress hadapin tingkah Stella yang ajaib", ujarnya terkekeh menggelengkan kepala mengingat bagaimana frustasinya Rangga jika gadis itu sudah mengeluarkan tingkah-tingkah ajaibnya.

Gerry tersentak kaget menoleh sepenuhnya ke arah Gibran menyadari sesuatu, "jangan bilang, gadis yang lo maksud itu Stella, Gib?", tanyanya langsung membuat Gibran bangkit dari tidurnya duduk dengan bantal di pangkuan mengangguk pelan membuat Gerry semakin melotot tidak percaya.

"TANTEEE, GIBRAN SUKA-SUKAAN SAMA TEMAN KELASS", teriaknya menggelegar membuat Gibran langsung menendang tubuh cowok itu sampai terjungkal kebelakang.

"Ada apa sih teriak-teriak ?",tanya mama di ambang pintu dengan alis terangkat tinggi melihat Gerry tersenyum jail.

Gerry berlari mendekat ke arah mama Gibran membuat cowok itu melotot panik, "tante anak tante sudah dewasa sudah mulai suka-sukaan, sukanya sama satu kelas lagi", cepunya membuat Gibran menoyor kepala cowok itu agar menjauh dari mamanya.

"Wah betul itu Gibran, lain kali bawa ke sini ya, mau nyuruh cobain roti bikinan mama, jadi penasaran siapa yang mampu luluhin hati Gibran", ujar mama girang membuat Gerry melongo rahangnya jatuh kebawah.

Gibran tertawa melihat ekpresi Gerry.

*****

Suasana kelas sudah heboh dengan permainan ular tangga di dalam kelas, Nina sengaja membawa ular tangga agar bisa bermain di dalam kelas, tawa mereka pecah setiap ada yang berhasil menendang lawan, yang lain ikut menonton meramaikan, Gibran duduk di bangku menahan wajah menoleh ke arah Stella yang sudah tertawa melihat kehebohan teman kelasnya.

Gibran menarik ikat rambut Stella membuat gadis itu langsung memekik kaget, "ihhh ngeselin bangat sih lo", amuk gadis itu berusaha mengambil ikat rambutnya, namun cowok itu semakin meninggikan tangannya membuat gadis itu semakin kesal

Melihat gadis itu sudah marah Gibran berlari menjauh, Stella di belakang berlari mengejar mengomel, Gibran yang sudah tidak mendengar omelan gadis itu berhenti membalikan badan tersentak begitu kaget saat tubuh Stella tiba-tiba menubruk tubuhnya hampir membuat gadis itu terjungkal kalau cowok itu tidak cepat menahan pinggang gadis itu.

Posisi keduanya terlihat saling memeluk, tatapan keduanya bertemu menyalami, Gibran menahan nafas menatap wajah Stella dari dekat seperti ini membuat jantungnya berdetak tidak karuang, "CIEEEEEEEEEEEE", keduanya tersentak spontan menjauh mendengar teriakan kompak dari teman kelas yang terdengar mengejek, Stella mencibir mengambil ikat rambut di tangan Gibran kembali duduk di bangkunya.

"Stella".

Panggil seorang cowok di ambang pintu membuat mereka kompak menoleh menatap, "kenapa Satria?", tanya Stella tersenyum berbeda dengan Gibran yang langsung mencibir kembali duduk di bangkunya kembali bad mood dengan kehadiran cowok itu.

"Nanti ada rapat jangan lupa hadir", ujarnya mengingatkan setelah itu keluar dari kelas 2IPA2, Stella hanya menganggukan kepala merapikan rambutnya tidak menghiraukan suara riuh yang kembali terdengar melanjutkan permainan.

Stella mencuatkan bibir kesal menoleh menatap tajam ke arah Gibran yang tengah memainkan ponselnya, "tanggung jawab ngak lo", sentaknya membuat cowok itu menoleh dengan alis terangkat.

"Tanggung jawab untuk apa ?, gue ngak ngapa-ngapain, gue ngka hamilin lo", ujarnya apa adanya membuat Stella melotot menjambak rambut Gibran membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Auuhhhh apaan sih dasar cewek bar-bar", ujar Gibran mengusap rambutnya yang sudah acak-acakan setelah berhasil melepas tangan gadis itu.

Stella menghembuskan nafas panjang menyodorkan ikat rambut di tangannya, "ikatin lagi harus sama persis dengan yang sebelumnya", perintahnya langsung berbalik memudahkan cowok itu mengikat rambutnya.

Gadis itu sama sekali tidak menyadari jika cowok di belakangnya sudah menahan diri agar tidak teriak kesenangan moodnya kembali membaik perlahan merapikan rambut Stella lembut menyatukan untuk di ikat seperti sebelumnya, cowok itu benar-benar lemas sekarang tidak kuat dengan detakan jantungnya yang lebih menggila.

"Sudah", ujar Gibran memalingkan wajah menutupi pipinya yang sudah terasa hangat sampai telinga.

Stella menoleh, "makasih", ujarnya tersenyum tipis.

"Heh pengharum ruangan kantin kuy", ajak Rangga tiba-tiba mendekat.

Rossa yang bergabung dengan teman yang lain menoleh dengan tatapan menyendu, kenapa selalu Stella yang Rangga panggil?, "gue ngak mau, ajak Rossa aja sana", ujarnya kembali membuka ponsel.

Rangga mencibir mendekat ke arah Rossa sengaja ke kantin bersama, dengan hati yang bahagia Rossa langsung menerima ajakan cowok itu.

"Gib, ngak ke kantin?", tanya Gerry menatap cowok itu.

Gibran menggelengkan kepala sebagai jawaban membuat Gerry mendengus kesal, "dasar bulol", gumamnya keluar dari kelas menuju kanting bergabung dengan teman yang lainnya.

Gibran membasahi bibir bawah menyadari tinggal mereka berdua yang ada di dalam kelas, melirik dari ekor mata, cowok itu menghembuskan nafas panjang menoleh sepenuhnya ke arha gadis itu mengeluarkan roti dari dalam tas, "hm ini", ujarnya menyodorkan taperware berisi roti berisi coklat itu.

Stella menoleh dengan binar bahagia membuat Gibran mengulum bibir menahan senyuman.

*****

School Love On (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang