Angin berhembus menerpa rambut keduanya yang masih menatap satu sama lain dengan wajah serius, Rangga menghembuskan nafas mengepalkan tangan memejamkan mata menahan gejolak yang tiba-tiba muncul di hatinya, "gue harap lo ngak main-main Gibran, lo bisa mempermainkan perempuan di luar sana tapi tidak dengan Stella", ujarnya menekan kata-katanya.
Senyuman Gibran hilang di gantikan wajah datar menatap cowok di hadapannya, "gue ngak pernah main-main soal perasaan, gue punya seorang ibu, ngak mungkin gue mendekat kalau hanya berniat untuk main-main", ujarnya penuh keyakinan.
Rangga mencibir pelan terkekeh sinis, "gue sama lo sama-sama cowok, gue tahu bagaimana brengseknya fikiran cowok Gibran", ujarnya lagi.
Gibran mengepalkan tangan menahan agar tidak tepancing untuk memberi bogeman cowok di hadapannya sekarang, "gue memang brengsek Rangga, tapi gue tahu batas", ujarnya dingin.
Rangga tersenyum remeh, "gue pengen lihat apa ucapan lo itu bisa di percaya", ujarnya bersedekap dada.
"Gue ngak akan berjanji tapi gue akan buktiin", ujar Gibran beranjak pergi meninggalka Rangga yang menutup mata mengusap wajahnya kasar tatapan serius berubah menyendu begitu saja.
Tubuh cowok itu luruh ke bawah menekan dadanya yang tiba-tiba terasa sakit, "aaaaaaaaaaaa sialan", umpatnya teriak mengacak rambutnya kasar.
Rangga keluar dari pekarangan sekolah menancapkan gas membawa dengan kecepatan rata-rata satu tujuannya sekarang, Stella, sampai di depan rumah Stella Rangga langsung masuk tanpa mengetuk membuat Stella tersentak kaget menoleh dengan wajah terkejut menatap cowok itu yang terlihat kacau.
Hanya satu sentakan Stella sudah berada di dalam dekapan cowok itu, roti yang ada di genggaman gadis itu jatuh begitu saja, "lo kenapa ? Ada masalah?", tanya Stella panik mengusap punggung cowok itu menenangkan.
Mendengar kekhawatiran gadis itu membuat Rangga mengutuk dirinya, cowok itu melepas pelukannya mengusap pipi Stella lembut, "maafin semua kesalahan gue Stel", ujarnya lirih.
Stella menipiskan bibir, menganggukan kepala dengan senyuman tipis, "lo pulang dulu, ganti seragam, lo terlihat jellek Rangga", celetuk Stella membuat cowok itu melotot garang.
"Ck orang ganteng juga, yaudah gue pulang, kunci pintunya, lo selalu ceroboh Stella", peringatan Rangga.
Stella menganggukan kepala ikut mengantar Rangga keluar rumah melihat cowok itu sudah pergi, Stella menutup pintu mengunci bersandar di sana dengan air mata yang sudah luruh membasahi pipinya, "sampai kapan lo menyimpan semuanya Rangga, gue sudah tahu hanya menunggu lo untuk jujur", lirihnya terisak
Drettt
Stella tersentak kaget mendengar getaran ponsel dari meja, gadis itu bergegas mendekat menautkan alis melihat pesan dari Gibran.
Gibran : lo sudah baikan ? Gue mau ke rumah lo, mau nitip apa ?
Stella : boleh emangnya nitip
Gibran : boleh, apa sih yang ngak buat penghatum ruangan.
Stella : ck kentara ngak ikhlas malah mengejek
Gibran : gitu aja marah, cepetan gue sudah di jalan
Stella : minuman dingin
Gibran : oke.
Stella menghembuskan nafas menyimpan ponselnya tersentak kaget mendengar ketukan pintu, gadis itu membuka melihat Gibran sudah ada di sana, "lo cepat bangat nyampenya, lo terbang ?", tanya gadis itu menyuruh Gibran masuk sengaja membuka pintu lebar.
"Gue ngilang", celeruk cowok itu menaruh satu kantongan berisi air dingin dan juga cemilan.
"Tumben baik", ujar Stella mengambil satu minuman kaleng.
Gibran mencibir, "gue memang baik hanya saja lo ngak tahu", ujarnya sombong membuat Stella memutar bola mata malas.
"Gimana perut lo sudah baikan?", tanya Gibran lagi menatap lekat wajah Stella yang masih terlihat pucat.
Stella menganggukan kepala, "gue sudah minum obat lagi, untung sakitnya ngak seperti biasanya, pernah gue sakit sampai 3 hari cuma karena datang bulan, untung ada Rangga yang setia nemenin gue", ujarnya membuat cowok itu merapatkan bibir mendengar nama Rangga keluar dari mulut gadis itu.
"Oh, ada makanan ngak lapar gue",celetuk Gibran mengalihkan membuat Stella mencibir pelan.
"Gue miskin anj_ lo malah cari makan di rumah gue, tunggu gue buat nasi goreng", ujarnya hendak berlalu namun tangan hangat Gibran menahan pergelangan tangannya.
"Gue bantu", ujar cowok itu berdiri mengikuti gadis itu menuju dapur.
Keduanya terlihat asik membuat nasi goreng, namun Gibran yang selalu jail tidak pernah berhenti menganggu gadis itu, "akhirnya selesai juga baru kali ini gue buat nasi goreng sampai setengah jam", celetuknya menatap sinis ke arah Gibran yang terlihat cengengesan.
Stella membawa nasi goreng buatannya di meja makan, menuangkan untuk Gibran yang terlihat menahan senyum di kursinya, "makasih", ujar Gibran, Stella hanya mengangguk duduk di kursi berhadapan dengan Gibran yang sudah mulai menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Hm kalau boleh tahu yang nangung kehidupan lo siapa ?", tanya Gibran mengunyak makanan di mulutnya menatap Stella yang hanya diam memainkan minuman kaleng di tangannya.
"Saudara nyokap, mereka awalnya minta gue untuk pindah tapi takut repotin jadi gue milih hidup sendiri walaupun masih di tanggung oleh mereka", jelas Stella membuat Gibran mengangguk-anggukan kepala mengerti.
"Anjir, ngak sadar sudah malam saja", celeruk Gibran kaget membuat Stella memutar bola mata malas.
"Lo datang setengah 6, buat nasi gorenganya hampir setengah jam karena lo, wajarlah sudah malam gini", ujar Stella kesal mencibir pelan membuat Gibran terkekeh.
"Yaudah kalau gitu gue pul...", ucapan Gibran terpotong mendengar getaran ponsel Stella, keduanya menoleh dengan alis terangkat tinggi melihat nama Reza muncul di layar ponsel.
Dengan cepat gadis itu mengangkat menekan ikon louspeaker, merapikan piring di meja makan.
"Stel, lo ke sini, si Rangga anjing mabuk-mabukan, sekarang dia di rumah gue, masih pakai serangam lagi", ujar Reza di seberang sana membuat Stella langsung melebarkan mata cemas.
"Gue ke sana Rez", ujar Stella bergegas berlari menuju kamar mengambil jaket berlari keluar lupa kalau di sana masih ada Gibran.
Stella tersentak saat cowok itu menarik lengannya membuat tubuh jatuh menubruk tubuh cowok itu, "biar gue antar, jangan panik semuanya baik-baik saja", ujarnya menenangkan membuat Stella menghembuskan nafas menganggukan kepala.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/348779525-288-k283514.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
School Love On (Selesai)
Short Story"Ck ganggu mulu sih, di dalam kelas, di luar lo ganggu mulu kalau naksir bilang, lo naksir gue kan, ngaku lo". "iya, gue naksir, baru nyadar lo" "hah, Ngak jelas" ***** cover by pinterst