Gibran menghela nafas menatap Stella yang duduk bersadar diatas brangkas, "lo udah enakan?", tanyanya menatap penuh perhatian, Stella menganggukan kepala tersenyum tipis dengan wajah pucat.
"Lain kali jangan ceroboh, jangan sungkan minta tolong sama gue, sebentar lagi lo tanding harus jaga kesehatan", ujar Gibran memperingati membuat gadis itu mencuatkan bibir kesal mau tidak mau menganggukan kepala.
"Makan dulu Stel", ujar Rangga yang masuk bersama Rossa membawa kantong yang berisi makanan, "lo juga Gib", lanjutnya.
Gibran menganggukan kepala mengambil makanan yang di sodorkan Rangga padanya, "boleh bareng ngak Gib, gue ngak mungkin ngabisin makanan itu, perut gue belum sepenuhnya sembuh", pintanya, Gibran menganggukan kepalanya mulai menyuapi Stella makanan.
Rangga menatap dari belakang dengan pandangan sulit di artikan interaksi keduanya, Rangga mengembuskan nafas bermain game sedangkan Rossa melanjutkan membaca cerita di aplikasi wattpad, "makasih Gib, gue susah kenyang", ujar Stella setelah suapan ke lima.
"Lo makannya baru sedikit Stell", ujar Gibran.
Stella menggelengkan kepala, "perut gue ngak bisa nampung lagi", ujarnya membuat Gibran menganggukan kepala menyuapkan makanan ke dalam mulutnya menghabiskan makanan sisa Stella.
"Gib, lo sudah selesai kan, keluar dulu gue mau ngomong sama lo, Ross nitip tu bocah satu ya", ujarnya membuat Rossa terkekeh mengangguk sedangkan Stella mengerucutkan bibir kesal.
"Mau ngomong apa sampai ke taman rumah sakit segala?", tanya Gibran langsung.
Rangga menatap dengan tatapan tajam, "lo beneran suka sama Stella, Gib?, jujur gue sangat takut melepas Stella sama orang lain, dia sudah menderita selama ini, gue ngak mau dia sakit hati lagi karena cinta", ujarnya.
Gibran menghembuskan nafas, "lo butuh bukti apa lagi sih untuk yakinin lo kalau gue benar-benar cinta sama Stella, Rangga", ujarnya menatap dengan wajah frustasi
"Gue ngak tahu, hanya saja gue masih belum bisa percaya, maaf, apa lagi gue tahu soal gadis yang bernama Sesil itu", ujar Rangga membuat Gibran melototkan mata mendengar nama itu.
Gibran memijit pelipisnya yang terasa berat, "lo tahu apa tentang Sesil, Rangga?", tanyanya lagi
"Lo punya hubungan dengan gadis itu kan?", ujar Rangga memastikan membuat cowok itu mengusap wajahnya kasar
"Gue ngak dekat sama siapa-siapa Rangga, lo lihat sendiri gue ngak pernah dekat sama perempuan lain selain Stella, kalau lo dengar gosip itu dari teman musik gue itu semua tidak benar, gue bahkan berani keluar dari musik jika itu bisa yakinin lo", ujarnya.
Rangga menganggukan kepala, "baiklah, gue akan coba percaya sama lo, tapi sekali saja lo buat Stella menangis gue ngak segan-segan menjauhkan Stella dari lo", ujarnya penuh penekanan.
Gibran menganggukan kepala yakin, "gue ngak janji, tapi gue akan buktiin, cuman sekarang gue masih berusaha luluhin hati sobat lo itu", ujarnya membuat Rangga terkekeh.
"Itu agak sulit, bukan hanya ceroboh, pelupa, Stella juga ngak pekaan, satu lagi yang dia sukai di dunia ini hanya satu, basket", ceritanya membuat Gibran melongo
"Lah masa saingan gue bola basket sih", gumamnya yang mampu membuat tawa Rangga pecah seketika.
Gibran mencibir pelan bergegas kembali masuk ke dalam rumah sakit menuju ruangan Stella di ikuti Rangga yang masih tertawa.
***
Stella merebahkan tubuh di karpet berbulu menatap siaran si kembar botak yang selalu terulang namun tidak pernah membuat gadis itu bosan menontonya, setelah pulang dari rumah sakit gadis itu benar-benar mager bahkan untuk mandipun gadis itu enggan melaksanakannya.
"STELLAAA OOO STELLAAAA"
Gadis itu tersentak mengigit lidah agar tidak mengumpat kasar dengan teriakan Rangga yang datang membawa makanan, "makan dulu, untuk sekarang jangan makan mie instan", ujar Rangga menyodorkan satu kantong berisis makanan.
"Thanks bro", ujar Stella bergegas menuju dapur mengambil dua piring dan juga air minum.
Kini keduanya makan sambil menonton, "Stel", panggil Rangga membuat Stella nelirik sejenak sebelum kembali menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Kalau ada yang suka sama lo bagaimana ?", tanyanya membuat Stella tersedak.
"Uhuk uhukk, ngagetin lo jing", umpat gadis itu meneguk minuman di sampingnya.
"Mana ada cowok yang suka sama gue, lihat aja penampilan gue, gue tomboy kerjaannya manjat pohon, basket, ngak tahu dandan, di lihat dari mana saja cowok ngak bakalan melirik",ujarnya mengangkat bahu acuh melanjutkan kegiatannya menghabiskan makanan yang tinggal beberapa suap.
Rangga menghembuskan nafas menggelengkan kepala, "ck gue heran apa yang buat dia suka sama lo", gumamnya melongo melihat Stella tertawa ke arah tv menahan agar tidak menenggelamkan gadis itu sekarang juga, "sial dia ngak dengar lagi, sobat gue gini amat Tuhan", ujarnya pasrah menyuapkan makanan ke mulutnya menahan rasa kesal.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
School Love On (Selesai)
Kurzgeschichten"Ck ganggu mulu sih, di dalam kelas, di luar lo ganggu mulu kalau naksir bilang, lo naksir gue kan, ngaku lo". "iya, gue naksir, baru nyadar lo" "hah, Ngak jelas" ***** cover by pinterst