4 💚

293 28 1
                                    

Stella berjalan menuju lapangan basket indoor yang menjadi tempat lerkumpulan anak-anak basket, sampai di sana gadis itu mendekat bergabung dengan anak-anak basket lainnya, "sudah datang Stel?", tanya Satria basa basi.

"Kalau gue belum datang gue ngak ada di sini Satria", ujarnya gemas sendiri mencuatkan bibir, masih badmood karena Gibran yang lagi-lagi menganggunya saat keluar kelas tadi.

Satria terkekeh mengambil posisi memulai rapat tentang kegaiatan-kegiatan yang akan mereka lakukan, "baiklah rapat kali ini kita tutup, makasih sudah menyempatkan untuk hadir di sini" ujar Satria menutup rapat membuat mereka keluar untuk pulang ke rumah masing-masing begitupun dengan Stella.

"Stel tunggu", teriak Satria membuat gadis itu langsung menoleh dengan alis terangkat tinggi.

Satria berlari mendekat tersenyum, "pulang sama gue, mau ?", tanyanya menatap lekat wajah gadis itu.

Gadis itu mengatupkan bibir bingung, Stella belum pernah pulang dengan cowok selain Rangga selama ini, bukan karena ngak ada yang mau hanya saja Stella yang selalu menghidar, "ngak usah Sat, kita beda arah, biar gue naik angkot saja, sebentar lagi hujan", tolak Stella membuat cowok itu tersenyum mengangguk-anggukan kepala.

"Yaudah gue duluan ya, lo hati-hati", pamit Satria di jawab anggukan Stella.

Stella keluar dari gerbang berjalan sedikit menuju halte menunggu angkot yang lewat sesekali menatap jam tangannya, hujan mulai turun membasahi bumi perlahan semakin deras, gadis itu mengusap lengan menahan rasa dingin yang menjalar di sekujur tubuhnya, beberapa orang mendekat untuk ikut berteduh di sana.

Diwaktu yang sama cowok 2IPA2 berkumpul di cafe dekat sekolah menikmati secangkir minuman hangat mengobrol tentang sesuatu yang tidak penting, Rangga yang tidak sengaja menoleh ke arah kaca cafe tersentak menyadari di luar tengah hujan, cowok itu menepuk jidat membuat Gibran yang duduk di depan menautkan alis bingung.

"Kenapa lo ?", tanyanya.

Rangga menoleh mencoba menghubungi Stella mamun nomor gadis itu tidak aktif, "anjir gue lupa kalau Stella rapat di sekolah, mana hujan lagi", ujarnya panik.

"Emang kenapa ? Bukannya ada anak basket yang nganterin pulang ya", tanya Reza bingung mewakili yang lain.

Rangga menggelengkan kepala mencoba menghubungi gadis itu namun nomornya masih tidak aktif, "lo pernah lihat Stella pulang sama cowok selain gue ngak ?, ngak pernah kan, karena selama ini Stella ngak pernah berani pulang sama cowok selain gue yang sudah dia kenal dari kecil", ujarnya semakin cemas menyadari hujan di luar semakin deras.

"Biar gue yang antar sekalian gue juga mau balik, sudah di chat sama mama", ujar Gibran memasukan ponsel kedalam saku celananya.

Rangga langsung menoleh, "serius lo, makasih ya, titip sobat bontot gue", ujarnya hanya di jawab anggukan santai dari cowok itu, Gerry yang duduk di seberang mengigit bibir bawah menahan agar tidak mengejek Gibran terang-terangan.

Gibran keluar dari cafe untung cowok itu selalu menyiapkan jas hujan di dalam bagasi motor, setelah menggunakannya Gibran menancap gas menuju sekolah, hanya beberapa menit cowok itu sampai di sana melongo menatap Stella yang duduk berjongkok di halte menelungkupkan kepala di atas lutut masih mengusap lengannya.

Stella tersentak kaget merasakan sebuah jas hujan menutupi tubuhnya mendongak dengan wajah sembab menatap Gibran yang berdiri di hadapannya


Bughh


Gibran tersentak kaget, tubuhnya sampai mundur sekali mendapat serangan Stella yang tiba-tiba memeluknya, "hiks gue takut", isak tangis gadis itu kembali pecah membenamkan wajahnya di dada bidang Gibran.

Cowok itu mencoba menguasai diri membalas pelukan Stella mengusap punggung gadis itu menenangkan, "yuk kita pulang, pake dulu jas hujannya, itu tadi gue pinjam di warung sana, ngak mungkin lo pake jas hujan yang sudah basah", ujarnya mengusap rambut gadis itu lembut.

Stella menganggukan kepala memakai jas hujan, naik ke atas motor Gibran, melihat posisi gadis itu sudah aman Gibran menancapkan gas dengan kecepatan sedang sesuai arahan dari gadis di belakangnya.

"Gib, singgah dulu, tunggu hujan reda baru pulang", ujar Stella mengajak Gibran untuk berteduh di rumahnya.

Cowok itu menganggukan kepala membuka jas hujannya menyimpan di atas motor ikut masuk kedalam rumah yang terlihat sangat sepi, "Gib tunggu ya gue ganti baju dulu", ujarnya bergegas masuk kedalam kamar menganti seragam dengan baju kaos panjang, gadis itu keluar kamar membawa jaket membuat Gibran lagi-lagi terpesona dengan kecantikan gadis itu.

"Ini lo pake dulu", ujar Stella menyerahkan jaket di tangannya.

"Makasih", ujar Gibran

Stella menganggukan kepala, "Gue buat minuman dulu, sekalian bikin mie", ujarnya bergegas ke dapur

Hanya beberapa menit gadis itu keluar membawa dua mangkok mie telur dan juga teh hangat, "makan dulu Gib maaf gue cuma punya ini", ujarnya.

Sebenarnya Gibran sangat penasaran dengan kehidupan gadis itu namun mengurungkan niat untuk bertanya, Gibran duduk lesehan di atas karpet bulu ikut menyantap mie yang di siapkan gadis itu, "makasih, tapi kok lo tahu gue ada di sekolah ?", tanya Stella mengunyah mie di mulutnya.

Gibran menelan mie di mulut menatap ke arah gadis itu, "Rangga yang bilang, tadi kamu ngumpul di cafe dekat sekolah", ujarnya membuat Stella menganggukan kepala mengerti.

"Lo tahu ngak kalau baru kali ini gue pulang di antar orang lain selain Rangga", ceritanya membuat Gibran menautkan alis bingung walaupun sudah mendengar itu dari Rangga sendiri.

"Emang kenapa ?", tanya cowok itu penasaran.

Stella tersenyum, "gue ngak percaya sama siapapun selain Rangga, setelah kedua orang tua gue meninggal", ujarnya.

Duaaaarrrrrr

Bertepatan dengan suara petir dari luar ucapan gadis itu keluar dari mulutnya membuat Gibran membeku di tempat begitu kaget menyadari gadis yang selalu terlihat ceria ini tidak seceria yang nampak.

"Yaudah, lanjutin makannya jangan cuma di aduk, makin tembem tuh pipi", ejek Gibran mencoba untuk menghibur gadis di depannya.

Stella mencuatkan bibir kesal, "toh mulai lagi ngeselinnya", ujarnya sebal melanjutkan menghabisi mie di depannya.

Diam-diam Gibran menatap lekat wajah garis itu, sial cowok itu merasa di pelet.

*****

School Love On (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang