7 💚

220 24 1
                                    

Kelas heboh seperti biasanya, Stella duduk di bangku membuka ponsel bermain game terlalu fokus sampai tidak menyadari kehadiran Gibran di sampingnya, ide jail muncul di kepala cowok itu dengan cepat Gibran menarik ponsel dari tangan Stella membuat gadis itu memekik mengomel, "woy jing game gueeee, kalau kalah gue bikin prekedel lo", ujarnya marah menjambak rambut Gibran meraih ponselnya.

"Aisshh sakit anj, lo kek preman", ujar Gibran mengusap rambutnya duduk di kursi.

"Nyenyenyeee", celetuk Stella mengejek kembali melanjutkan permainan di ponsel.

Gibran sedikit mendekat mengintip permainan gadis itu, "ck cuma main cacing ternyata", celetuknya tepat di samping telinga Stella membuat gadis itu tersentak kaget spontan menoleh.

Cup

Mata Gibran membola begitu pun Stella yang spontan memegang bibirnya tatapan keduanya bertemu, waktu terasa berhenti, Stella tersentak bergegas menatap kedepan mencoba menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah, Gibran mengulum bibir menahan senyumannya, sial Gibran ngak akan bisa melupakan hal tidak terduga hari ini, cowok itu ikut menatap ke depan mengangkat tangan mengusap ujung bibir yang terkena kecupan kilat dari gadis itu

"Siang anak-anak", sapa seorang guru menyadarkan mereka.

"Sianggg buu", sapa balik murid kelas 2IPA2.

Guru di depan tersenyum membuka buku paket di hadapannya, "baiklah kita akan belajar mendalami karakter tokok, jadi ibu minta kalian membuat satu atau dua dialog yang akan kalian bacakan di depan kelas, ibu akan menilai bagaimana kalian mendalami karakter tokoh", ujarnya

Reza unjuk tangan membuat guru menoleh, "bu tugas perorangab atau gimana bu?", tanyanya membuat guru itu kembali tersenyum.

"Kalian satu kelompok dengan teman sebangku kalian, ibu harap kalian buat dua dialog atau lebih, ibi beri kesempatan untuk membuatnya, setelah itu ibu akan panggil secara acak untuk berlakon di depan kelas", ujar guru di depan.

"Bu temanya bagaimana ?", tanya Nada ikut unjuk tangan

"Gimana kalau tentang perasaan, di masa remaja kalian mungkin ada yang mulai suka-sukaan, jadi lebih mudah untuk mendalami karakter, anggap teman kelompok kalian adalah orang yang kalian sukai", ujarnya membuat mereka menganggukan kepala mulai mengerjakan.

Stella melirik Gibran yang tengah berfikir, "lo yang buat dialognya ya", ujar Stella menyadarkan cowok itu.

"Ngak usah buat, natural aja, ceritanya lo ungkapin perasaan lo sama gue, ceritanya cinta kita tidak di restui", jelasnya membuat Stella langsung melotot kemudian menganggukan kepala pasrah terlalu malas untuk berfikir, sedangkan cowok itu mengulum bibir menahan senyuman

"Baiklah siapa yang sudah siap?", tanya guru di depan.

"Gibran Buuuuuu", teriak Gerry mendengar ucapan cowol itu tadi membuat semua tersentak kaget begitupun dengan Gibran dan Stella yang langsung melototkan mata garang.

"Yaudah, Gibran, Stella maju ke depan", ujar guru di depan.

Stella memgepalkan tangan menahan rasa gugup yang tiba-tiba menjalar berbeda dengan Gibran yang terlihat santai, kini keduanya berdiri di depan kelas saling berhadapan, "temanya tentang apa ?", tanya guru di depan.

"Cinta tak di restui bu", ujar Gibran membuat murid di dalam kelas langsung heboh seketika.

"Mulai", perintah guru.

Stella berdehem menutup mata terlebih dahulu menghembuskan nafas panjang, teman kelasnya sudah fokus menatap kedepan dengan bibir terkunci penasaran, "gue mau ngomong sama lo Gib, gue ngak tahu apa lo merasakan hal yang sama, gue juga bingung dari mana muncul perasaan aneh yang kini gue rasakan, perlakuan lo pada gue di arti salahkan oleh hati gue, mungkin lo hanya menganggap perlakuan lo hanya sekedar perbuatan baik, tapi hati gue salah mengartikan, maaf Gib tapi gue suka sama lo", ungkapnya membuat teman kelasnya mengigit jari gemas sendiri menahan agar tidak memekik.

Gibran tidak kalah kaget, jantungnya sudah berdetak kencang apa lagi melihat wajah gadis di depannya terlihat sudah memerah, "gue juga punya perasaan yang sama, mungkin gue lebih dulu menaruh hati sama lo, perlakuan gue murni dari hati terdalam gue, tapi maaf, sampai kapan pun kita ngak mungkin bisa bersatu, dari awal kita tidak pernah dapat restu maaf", ujar cowok itu lirih.

Keduanya sama-sama terdiam saling pandang tersentak kaget mendengar riuh tepuk tangan dari teman kelas mereka, "anj dari hati ngak tuh", celetuk teman kelasnya yang lain.

"Iya ya kayak bukan drama tapi dari hati", ucap salah satunya ikut berkomentar.

Semuanya ikut berkomentar guru di depan sampai terperangah, Stella dan Gibran kembali ke bangku mencoba terlihat biasa saja, Rangga menipiskan bibir menatap dengan pandangan sulit di artikan, semuanya bergantian naik sampai semuanya selesai.

Waktu istirahat pun tiba membuat semua berhamburan keluar kelas berbeda dengan Stella yang tengah menelungkupkan kepala di atas meja dengan tas sebagai bantalan memejamkan mata meringis menahan rasa sakit di perutnya, Rangga yang sudah di kantin dengan teman-temannya mencari keberadaan gadis itu.

"Liat Stella ngak ?", tanyanya membuat semua menoleh menggelengkan kepala kompak.

"Tadi di kelas, kenapa ?", ujar Rossa bertanya menahan nada cemburunya.

Rangga menggelengkan kepala membuka ponselnya membelalak kaget melihat pemberitahuan pada ponselnya, "sial hari ini kemungkinan anak itu dapat", ujarnya langsung panik, Rangga memang sengaja membuat peringatan pada tanggalnya waktu-waktu di mana kemungkinan gadis itu halangan.

Bukan apa-apa hanya saja waktu SMP walaupun mereka beda kelas waktu itu, di hari pertama gadis itu datang bulan tepat kelas 3, Stella sampai pingsan karena rasa sakit di perutnya, "kenapa ?", tanya Gibran menyadari wajah cemas cowok itu.

Rangga mengatupkan bibir menatap ke arah cowok itu dengan pandangan sulit di artikan, "ngak ada gue balik ke kelas", ujarnya bergegas pergi berlari menuju kelas, Rossa menghembuskan nafas menahan rasa sakit yang tiba-tiba terasa di hatinya.

Kenapa begitu sakit ? Padahal tidak ada kisah di antata mereka.

"STELLA".

Stella tersentak kaget menatap ke arah pintu melihat Rangga masuk dengan kantongan di tangannya, "lo dapat?", tanyanya menatap wajah pucat gadis itu, Stella mengangguk meringis.

"Kita ke uks, sekaliam lo pake yang gue beli", ujarnya menarik tangan gadis itu.

Membuka jaket menutupi pinggang Stella, melihat gadis itu begitu lemas, Rangga langsung menggendong menuju uks bertepatan saat teman kelasnya masuk kedalam kelas, Rangga tidak menyadari ada dua hati yang terasa retak.

*****

School Love On (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang