7. Rania kangen ayahnya

392 18 0
                                    

Pagi ini Galuh kembali mengantri kue sus. Bedanya ia kini berangkat lebih pagi. Ia rela tidur hanya 3 jam untuk mengantri kue sus kesukaan Rania. Namun tetap. Ia bilang ke Rania bahwa ia menitip ke temannya.

"Nitip lagi?" tanya Rania.

Galuh mengangguk." Iyalah yakali gue antri."

Rania hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu mendudukkan dirinya di tepi bangku koridor sekolah. Ia menatap Galuh lama. "Gal." panggilnya.

Galuh menatap Rania." Kenapa? Badan lo enggak enak lagi?" tanya Galuh.

Rania menggeleng." Duduk makan bareng gue."

Galuh hanya menatap Rania sebentar lalu mendudukkan dirinya di sebelah Rania. Ia menatap lurus ke depan. Netranya menatap para siswa dan siswi yang baru berdatangan.

"Nih makan." ucap Rania sambil memberikan 1 bungkus kue sus.

Galuh menbuka plastik kue sus lalu memakannya.

"Gal kangen ayah." ucap Rania.

Galuh menatap Rania lembut. Ia menggengam tangan Rania yang kini terasa dingin. "Mau ketemu?" tanya Galuh.

Rania menggelengkan kepalanya." Sakit. Ketemu ayah sakit. Tapi lo tau enggak apa yang lebih sakit?" tanya Rania.

"Apa?" tanya Galuh.

"Saat ayah gue udah enggak nyariin gue lagi. Saat gue ngerasain kangen, tapi ayah enggak. Saat gue enggak baik-baik aja hidup tanpa dia tapi dia justru baik-baik aja tanpa gue. Kenapa kaya gitu, ya Gal? Aneh, padahal kita harusnya deket. Tapi sekarang asing banget."

Galuh menghelakan nafasnya panjang. Ia mengusap tangan Rania lembut. Kali ini ia membiarkan gadis itu untuk berkeluh kesah. Membiarkan Rania mengutarakan perasaannya. Ia tau bahwa Rania tak bertemu dengan ayahnya sudah hampir 2 bulan lamanya. Dulu tak bertemu satu minggu aja Raina sebegitu rindunya, apalgi tak bertemu berbulan-bulan.

"Gal... sakit." kali ini suara Rania mulai bergetar. Galuh tau Rania sedang menahan tangisnya.

"Mau kebelakang?" tanya Galuh.

Rania menggelengkan kepalanya. Ia menggengam tangan Galuh erat." Gue terlalu takut buat hadapin hidup tanpa ayah nantinya."

Galuh mengusap tangan Rania lembut."Ada gue, lo enggak perlu takut." ucap Galuh.

Kali ini Galuh hanya bisa menggengam tangan Rania sampai gadis itu merasa lega dan tenang. Karena jika seperti ini, Rania hanya ingin di temani dan di dengarkan.

Galuh merengkuh tubuh Rania yang menunduk."Gapapa nangis sepuas lo, gue siap buat dateng dan ngusap pundak lo. Tapi janji ya Ran? Untuk kembali lanjutin hidup lo lagi. Tunjukin ke dunia kalau lo bisa, kalau hidup tanpa ayah bukan hal yang bikin lo hancur. Gue ada disini. Selalu di samping lo. Jadi jangan takut, ya Ran?"

Rania tak menjawab. Ia hanya diam sambil menyenderkan kepalanya. Ia bersyukur mempunyai teman sebaik Galuh yang selalu ada untuknya. Meskipun sikap Galuh terkadang menyebalkan, ia tetap menjadi orang paling perhatian.

————————-

Tamara mengusap rambutnya kasar saat motornya terhenti di jalan raya. Ia menatap arlojinya yang kini menunjukkan pukul 7 pagi. Sudah pasti ia terlambat. Terlebih lagi ia terlalu malas harus bertemu guru Bk karena cat rambutnya yang kini berganti lagi.

"Heh Teleteubbies ngapain lo!" tanya seorang laki-laki dari belakang.

Tamara memutar matanya malas lalu menendang motor beat hitam itu." Bacot lo."

"Yee malah marah-marah sih, sekarang jadi apa nih, Winky?" tanya Edo saat melihat warna rambut Tamara yang berbeda lagi.

Tamara melipat tangannya kesal. Ia membuang pandangannya. Kini ia lebih memilih menatap warung depan di banding laki-laki di sampingnya.

Dari Galuh untuk RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang